[97]

120 15 3
                                    

        

Kabar baiknya: otak Profesor Tamara masih kamu simpan dengan baik. Kamu berani bertaruh dengan lehermu, bahwa Leth masih ingat di mana letaknya; karena kamu meletakkan stoples itu atas saran dan sepengetahuannya. Di sudut dalam lemari pakaianmu, yang kaujejali selimut berlapis-lapis. Kamu sudah nyaris melupakannya, mengingat Readcorit, alat pembaca ekstrak otak itu, hanya mau membaca otak segar.

"Begini saja," kamu membatuk beberapa kali, "Aku masih menyimpan otak Profesor Tamara. Stoplesnya. Utuh."

Gilles dan Sanomat membelalak berbarengan. Ekspresi wajah mereka sama-sama mengeras. Mata Leth kembali memindai, mencari matamu, tetapi kauabaikan.

"Di mana itu? Kamu bawa?" tanya Gilles.

"Tidak. Di rumah."

"Ah. Ngapain ditawarin, kalau begitu," geram Sanomat.

"Lepaskan Leth dulu. Tolonglah."

Gilles menggeleng. "Lalu, habis ini kamu akan kembali ke komitariatmu? Tidak, tidak. Lebih baik Leth tetap bersamaku. Atau Sanomat dululah. Setidaknya, sampai eksperimen ini selesai." Ia menunjuk perut bulat Leth, lalu memanjangkan lehernya, menunjuk ke langit-langit, tepat ke atas. Kamu pikir di atas tak ada apa-apa, sehingga kamu diam saja. Namun, aneh. Gilles mengulangi gerakannya menunjuk langit-langit, ketika Sanomat sibuk membungkuk. Kali ini, kamu tak bisa diam saja. Matamu mengekor perlahan ke sana.

Jauh di atas sana, ada sebuah benda kecil berbentuk kubah. Kamera pemantau. Serupa drone pemerintah. Entah sejak kapan ruangan ini dipindai seperti itu. Kamu meminggir ke arah stoples otak Raimi diletakkan. Gilles memberimu kode yang tak kaupahami tentang Sanomat. Sadar kamu tak paham, ia mengedip dua kali.

"Percuma kamu cari tahu tentang Raimi dan Zsolt. Juga Anumet dan Brekit. Mereka semua mati karena... uhm," Gilles menarik napas dan menelan ludah sekali, "Mereka semua memang harus mati karena tahu terlalu banyak."

"Tetapi kamu tidak," sahutmu ketus.

"Begini saja. Aku selesaikan eksperimen tentang peran kaejibi dan siaie untuk memperkuat jaringan otak yang tumbuh pada Leth, setelah itu baru kita ke rumahmu. Kapten Sanomat pasti setuju. Deal?"

Buatmu, otak Raimi tak sepenting Leth. Leth adalah prioritas utamamu di atas segalanya.

"Tapi... tapi kamu janji bahwa Leth.... Dan urusan eksperimen ini butuh waktu berbulan...."

"Pasti. Dia tidak akan kenapa-kenapa. Tidak. Tinggal sebentar. Beberapa menit."

Jam kuarsa. Sanomat. Formula Veritaject dengan tumbuhan misterius. Lengkaplah sudah kepingan teka-teki tentang perkara jujur dan bohong yang kian tak kaupahami ini.

"Mengapa harus pakai rahim?" kamu memberanikan diri bertanya. Benar, kamu tidak paham. Bayangkan. Urusannya tumbuhan, botani. Kenapa harus melibatkan rahim manusia? Yang kamu tahu dari dosen dan para profesormu dulu, proses pengembangan ekstrak butuh setidaknya enam bulan sampai setahun. Kecuali kalau kamu menggunakan alat sihir lagi seperti jam kuarsa, maka ceritanya bisa berbeda.

"Hei. Jangan takut! Paham? Ekstraksi tumbuh-tumbuhan ini sudah mendesak. Formulanya sudah mau diminta. Lihat sendiri, kan, barusan? Medium paling ideal, ya rahim manusia. Bisa disuruh menumbuhkan apa saja. Apalagi rahim yang belum pernah melar untuk melahirkan."

Kamu tergeragap. Sanomat masih berdiri di sana, bersedekap dan menyilangkan kaki, seakan menunggu kamu dan Gilles bertarung bak gladiator. Terpaksa kamu urungkan sebentar soal niat bersepakat dengan Gilles tentang stoples otak Profesor Tamara. Gila saja, bisa-bisa eksperimen Gilles ini membunuh bayimu!

Tunggu. Jangan-jangan, Sanomat memang sengaja.


Terjang Gilles dan rebut kembali Leth di [106].
Atau tetap tenangkan dirimu, ajak dia bernegosiasi agar mau ke rumahmu bersama Leth, di [114].

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang