Berbagai usaha sudah kamu lakukan. Sayang, kamu tidak juga menemukan tanggal lahir Profesor Tamara dengan akurat.
"KIta coba 4 Oktober 1975. Seingatku tanggalnya segitu," sahut Deev. Kamu percaya penuh saja kepadanya, tak ada pilihan lain. Bagaimana pun, Deev punya begitu banyak informasi yang bahkan kamu tak tahu ia dapatkan dari mana.
"Empat ditambah sepuluh ditambah tujuh lima," bisik Archer, "sepertinya delapan puluh sembilan." Ia memasukkan angka-angka itu ke papan ketik di tembok.
Pendar merah dengan sirene setengah memekakkan. Kamu dan Deev tersentak ke belakang. Semoga saja Gilles tidak datang menggerebek kalian di lorong H ini.
"2 Oktober, ah," seloroh Archer. "Eh, sebentar. Kamu yakin dia lahir di tahun 1975? Bukannya 1971 atau 1973?"
"Kamu yakin benar dia lahir di tahun ganjil," timpal Deev.
"Karena latar kartu identitasnya hijau," sahutmu seadanya. Di Augariana, identitas semua penduduk bisa dilihat secara kasar dari latar belakang kartu masing-masing. Merah untuk kelahiran tahun genap dan hijau untuk kelahiran tahun ganjil. Kamu tak bisa melupakan pemandangan siaran langsung televisi ketika Profesor Tamara dilaporkan tewas dan satu-satunya benda yang mengukuhkan bahwa itu benar beliau adalah selembar kartu identitas. Kartu identitas itu berlatar hijau. Namun, kamu mulai sangsi. Seingatmu, warna itu tidak benar-benar hijau. Agak tersemburat merah. Ataukah itu cuma bayanganmu?
"Tapi kayanya... kayanya nih ya... 1973."
"Yakin amat kamu kalau dia bukan lahir di tahun 1975? Dia ngomong begitu ke semua orang. Termasuk ke aku," sergah Archer. Rupanya ia tak terima akan fakta bahwa ia tidak tahu tanggal lahir Profesor Tamara; padahal ia termasuk orang yang terdekat dengan sang profesor.
Deev memercayai bahwa 2 Oktober 1975 adalah benar. Ia memasukkan angka 87 ke panel.
Kembali salah.
Di layar muncul peringatan. Hanya boleh sekali salah lagi. Kalau percobaan terakhir ini salah juga, tamatlah riwayat kalian dengan lorong H.
"Jadi bagaimana?" potong Archer.
"Mungkin 1973. Atau 1971."
Kamu terdiam. Mulai berpikir lagi.
"Warnanya... warna itu samar-samar antara merah atau hijau...."
"Kemungkinannya 1 Januari atau 31 Desember. Ada beberapa orang yang kartunya begitu," jawab Deev. Archer memandanginya sekilas, lalu menampakkan gestur berpikir selayaknya emoji. Kamu tak suka melihatnya dalam ekspresi itu. Ia semakin tampak sok tahu saja.
"Aku saja. 1 Januari 1975. Berarti tujuh tujuh...."
Archer memasukkan angka 77 dengan begitu percaya dirinya.
Kali ini, suara peringatan yang muncul jauh lebih kencang, pendar merah lebih menyakitkan mata, dan pesan yang terpampang jauh-jauh lebih menyakitkan.
PINTU TERBLOKIR.Laporan pembobolan sistem keamanan: lorong I fasilitasuji coba.
"Sialan," sahutmu sekencang-kencangnya.
"Ini gara-gara siapa, coba," ganti Archer yang mengomel. Padahal tadi ia yang salah di kesempatan ketiga!
"Kamu yang bikin salah! Aku lagi mikir 1971 atau 1973 kamu udah main nyelonong saja!"
Dua rekanmu itu seperti anak kecil. Mereka masih berdebat terus, padahal sudah jelas lorong H sudah menutup pintu bergembok itu selama-lamanya dari kalian.
Teriakan menggema di seberang lorong I. Itu lorong G. Lantainya yang terlebih dahulu menarik perhatianmu. Penuh bercak darah di sana sini, seirama gesekan badan manusia.
Itu Galea. Tersuruk di lantai, dengan kilatan belati di tangan si penariknya. Mungkin itu Gilles, yang sudah mendapati calon korbannya. Mereka menuju kubah besar.
Namun, tunggu. Kalian belum punya potongan proyek Nottingham yang lengkap. Sementara kamu, kamu belum mendapatkan Leth kembali.
Kalian masih butuh Gilles!
Semoga kalian belum terlambat.
Hei,ada apa itu? Kejarlah Gilles sampai dapat. Mulai dari [81].
KAMU SEDANG MEMBACA
Conundrum Apropos
Science Fiction**The Watty's Award 2020 Winner: Science Fiction in Indonesian** **Cerita pilih-sendiri-petualanganmu** Negaramu, Augariana, lelah menghadapi kebohongan penduduknya, baik bohong putih maupun hitam. Wacana "Jujur Konsisten Lurus" mulai dicanangkan, d...