[16]

969 114 12
                                    

Badan Sanomat menutupi seluruh pemandangan di belakang pintu. Percuma saja kamu, Deev, Galea, Zsolt, dan Leth mengintip-intip.

"Heh. Tamu. Mau apa kalian?"

Malah yang terjadi adalah meningginya sedikit level kemurkaan Sanomat. Dulu, kamu gemar menertawakan ia kalau sedang marah. Karena ia begitu lucu dan pantas diolok. Mukanya yang sudah bulat itu bertambah bulat, dengan bonus perubahan warna menjadi merah seperti udang rebus baru matang, napas yang satu-satu menjadi dua-tiga-empat dan mengendus-endus seperti macan marah, dan naik turunnya topi bulu ayam di puncak kepalanya. Setali tiga uang dengan monster di buku-buku komik ataupun film kartun. Sekarang, kalau kamu berani tertawa, mungkin nyawamu bisa langsung terbang saat itu juga.

"Ka-ka-kami undang... maksud saya, kami diundang ke-kemari," sahut Zsolt gelagapan. Deev memelotot ketika menyadari kalian semua sudah salah memilih juru bicara.

Ekspresi balasan Sanomat kemudian sungguh di luar dugaanmu.

"Oh. Utusan komitariat, toh."

Busung dadanya yang tadi menjejali tepi kosen ke tepi kosen kini sedikit ciut. Ia melonggarkan adangan dari ambang pintu, sambil menoleh ke belakang. Rupanya, tepat di belakang tempat Sanomat berdiri itu cuma foyer biasa. Semacam tempat untuk melepas kasut ketika tamu masuk ke rumah, tetapi lebih ramping dan sempit. Anehnya, tak ada satu pun sepatu tergeletak di situ. Hanya ada beberapa kantong plastik hitam yang digulung-gulung. Seraya memeragakan gestur mengajak kalian untuk turut serta, Sanomat beringsut, lalu masuk melewati lorong di depan pintu tadi, menghilang di balik belokan ke kanan. Kalian mengikuti tanpa banyak bertanya. Leth membuntuti tepat di belakangmu. Berikutnya Galea, yang sempat menengok kiri-kanan karena penasaran. Lalu disusul Zsolt yang seolah bertambah bungkuk saja. Terakhir, barulah Deev, yang sesekali masih menoleh ke belakang kalau-kalau ada yang mengejar atau mau meringkusnya.

Sanomat berhenti di depan sebuah pintu yang terbuka.

"Di sini."

Zsolt, yang terlalu asyik menunduk sambil berjalan, tak sadar Galea baru saja berhenti. Ia tersandung, nyaris membuat gadis itu jatuh. Beruntung, Galea cuma terdorong dan membentur tubuh Leth, kemudian Leth ikut terdorong dan membentur punggungmu. Kalau kalian masih di luar, mungkin sehabis adegan itu kalian akan tertawa-tawa. Namun, kali itu kalian tidak tertawa. Tersenyum pun tidak. Dimulai dari kamu, kalian berjinjit perlahan sambil memasuki ruangan yang ditunjuk Sanomat.

Ruangan itu terang dan menyenangkan, meskipun tidak berjendela. Lorong tempat kalian berdiri sekarang cukup bersih, tetapi onggok kabel di lantai segera menyambut kalian hanya setelah beberapa meter. Di dalam ruangan ada sepuluh (ya, kamu kemudian menghitungnya ulang untuk memastikan, dan ternyata benar) perangkat komputer mutakhir. Susunannya konservatif dan tak menarik. Kamu bertambah yakin, semakin tinggi jabatan seseorang di lingkup negara, semakin rendahlah daya kreativitasnya. Untungnya, komputer-komputer itu dilengkapi dengan beberapa peranti keras yang masih asing bagimu di kanan kiri monitornya; sehingga kamu masih tertarik untuk mendekat. Semua identik. Zsolt membulatkan mulut, diikuti Deev yang melotot. Dua gadis itu menunjukkan ekspresi sama. Sama antusias sekaligus sama datarnya. Mungkin karena mereka tidak terlalu antusias dengan teknologi komputer sehingga sulit membedakan mana komputer mutakhir dan mana komputer zaman milenial.

Dua kursi di antaranya sudah diisi manusia. Yang satu tak asing bagimu. Itu Brio. Kulit kepala depannya yang kian tandus oleh rambut berkilau diterpa cahaya lampu LED. Ia melambai pada kalian, lalu berdiri dan menyalami kalian satu per satu. Telapak tangannya agak basah. Satu orang lainnya yang duduk jauh di pojok belakang, rupanya belum kalian kenali. Kamu memandangi Leth, ia malah menggeleng. Galea dan Deev pun.

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang