"Menurutku jangan. Kita jangan kubur ini."
Leth menatapmu tajam. Ia tak percaya kamu akan menolak rencana briliannya.
"Kita bisa pakai ini untuk.... Ayolah, Leth."
Ia menatapmu terus. Menerka rencana busukmu akan bermuara ke mana.
"Kita bisa hidup tenang. Kita simpan otak ini, sebagai penanda bahwa kita harus... kita bisa saling jujur."
Ia mendengus. Mungkin ia kecewa rencana itu ternyata tidak berakhir sebusuk dugaannya, atau minimal tak sebusuk apa yang tengah ia reka dalam kepalanya. Ia mengumpulkan gerai rambutnya menjadi satu, seolah akan diikatnya, tetapi tidak. Ia sampirkan saja semuanya ke belakang bahu.
"Kita tidak akan tenang selama otak itu ada," sahut Leth, "ia akan terus menghantui kita."
"Tapi aku juga tidak bisa tenang kalau tidak tahu apa isi pikiran sang profesor."
"Tidak bisa. Readcorit hanya bisa bekerja di otak segar. Kamu harus cepat mencarinya," Leth mewanti-wantimu.
"Readcorit cuma ada di fasilitas Veritaject. Tak bisa kudekati. Sama juga bohong."
"Kecuali kalau kaupakai itu sebagai barang tawar menawar nanti dengan pasukan ring satu Sanomat."
"Sekarang? Bukankah kejujuran yang begitu itu sama saja bunuh diri? Aku bakal langsung dituduh sebagai penjahat utamanya! Karena mereka akan bertanya dari mana aku mendapatkan otak ini!"
"Bukan begitu," sahut Leth, sebelum ia rendahkan suaranya sendiri, "kamu pasang ini sebagai tawaran bahwa aku dan kamu akan keluar selamanya dari pertempuran antara bohong dan jujur yang tak berkesudahan ini! Pasti Sanomat atau Solomat takluk. Mereka ambil otak ini, mereka bebaskan kita."
Kamu menggeleng-gelengkan kepala, seraya menangkupkan kedua telapak tangan ke wajahmu.
"Makanya kan, tadi kubilang, kubur saja," pungkas Leth.
Kamu harus mengakui bahwa mengubur stoples mungkin adalah pilihan yang baik, tetapi kamu merasa teramat sayang melakukannya. Satu kebohongan besar yang akan berbuntut pada kebohongan-kebohongan lainnya.
"Paradoks."
Leth mendongakkan kepalanya dan sedikit berjingkat, mendekat ke wajahmu.
"Kita ingin orang lain jujur sama kita. Tapi kita ingin orang lain tidak tahu ketika kita berbohong. Seperti kasus kamu dan Gilles...."
"Sudahlah. Jangan sebut Gilles lagi. Irelevan."
"Aku jelas masih ingin keleluasaan berkata-kata. Kitalah yang berhak menentukan kapan harus jujur, kapan harus mengeluarkan stoples otak itu...."
"Jadi...." Leth memotongmu. Wajahnya jelas masih tak puas. Tampaknya ia menuntutmu bersikap tegas seputar apakah kamu pro dengan kebohongan ataukah terpaku pada kejujuran saja. Dari gesturnya, kamu menerka Leth ingin masih diperbolehkan berbohong.
"Oke, kita simpan stoples ini. Di tempatmu?"
"Tidak. Di sini saja," sergah Leth. "Aku ingin masih bisa berbohong, tapi aku tidak mau berbohong terlalu banyak."
Kamu mundur, masuk ke dalam kamarmu. Kamu buka pintu lemari, lalu kamu benamkan stoples berisi otak Profesor Tamara itu jauh-jauh ke dalam. Masih sempat kamu pasangkan beberapa tumpuk selimut di sebelahnya, agar tidak ada yang menyangka. Kebetulan, dekat rak yang itu ada lekukan tangga. Pas sekali.
Kamu menengok penyeranta. Sepertinya tadi ia sempat berbunyi beberapa kali, tetapi kamu memilih mengabaikannya dan membuka peranti ketik untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi. Kini, tidak bisa. Notifikasi darurat muncul di layar, dan mau tak mau kamu harus mengeceknya. Saat itu juga.
Perang dikumandangkan negara.
Sanomat mencium ada pengkhianat di lingkungan terdekatnya. Ia mengerahkan pasukannya untuk mencari formula Veritaject dan Veritasensor yang asli untuk segera disita negara, sekaligus mencari siapa pembunuh Profesor Tamara, dan di manakah otaknya berada sekarang.
Kalian berdua berpandangan. Apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur, dan kenyataan di hadapan kalian sudah kian berbaur.
"Kamu masih tidak mau berbohong menghadapi situasi genting seperti sekarang?" tanyamu.
Leth menggeleng.
Kini kalian saling tahu, di manakah kalian berdua berpijak.
Beranikah kamu terus menipu semua orang dan menghadapi semua tantangan dari timmu Humanitarian dan rekan-rekan di Biomedicine? Majulah ke [52], hadapilah kenyataanmu.
Atau kamu punya rencana lain bersama Leth? Mendekatlah ke [53] untuk mengintip masa depanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conundrum Apropos
Science Fiction**The Watty's Award 2020 Winner: Science Fiction in Indonesian** **Cerita pilih-sendiri-petualanganmu** Negaramu, Augariana, lelah menghadapi kebohongan penduduknya, baik bohong putih maupun hitam. Wacana "Jujur Konsisten Lurus" mulai dicanangkan, d...