Kamu memutuskan untuk menolak telepon dari Deev.
Begini. Kamu bersikeras bahwa timmu sudah bekerja susah payah. Kalau Deev mengajakmu bekerja sama, berarti kalian harus saling tukar informasi. Akibatnya, kalian akan saling tahu satu sama lain: mulai dari purwarupa produk, semua purwarupa yang gagal, citra cetak biru yang dimau pemerintah, hingga semua salinan dialog rahasia yang seharusnya tetaplah rahasia (kamu sendiri sebetulnya belum terlalu paham sampai di mana pagar rahasia ini membentang, omong-omong). Semua akan telanjang, lengkap dengan jejas masing-masing.
Bagaimana kalau itu semua nanti diaku-aku oleh Deev?
Tidak bisa kamu bayangkan. Keringat, darah, ludah, dan cairan-cairan tubuh lainnya (kalau ada) telah kalian--tim Biomedicine--curahkan untuk proyek mahapenting ini tak boleh diklaim orang lain dengan cara apa pun. Kauputuskan ini sepihak, tanpa meminta pendapat rekan-rekanmu. Kamu yakin seyakinnya, bahwa trio Archer-Kirkin-Galea pastilah setuju. Selama ini, belum pernah mereka menolak mengikuti komando darimu, apalagi membantahmu terang-terangan. Kamu yakin sekali tidak salah mengambil keputusan.
Mungkin karena itulah, hanya dalam sekejap, kamu sudah lupa akan telepon itu. Hari-harimu kembali membosankan dengan jemunya. Kalian jarang bertemu. Archer sering mengikuti pengujian spesimen di siang hari. Sementara Galea mengecek kesesuaian formula dan spesifikasi seperti biasa, selayaknya para penjaga mutu produksi di perusahaan. Kirkin saja yang selalu terpacak dalam ruangannya.
Barulah di suatu siang, kamu bertemu kembali dengan seluruh anggota timmu, lengkap. Sekadar menyambung obrolan ngalor ngidul yang tak berfaedah, kamu putuskan untuk membuka rahasiamu. Kamu beritahukan telepon itu, lengkap dengan penolakanmu.
"Sayang. Menurutku, malah, sebaiknya jangan ditolak," ujar Archer, ketika kautanyai pendapatnya.
Jantungmu mencelus.
Kamu mungkin telah melakukan kekeliruan, tetapi kamu memilih mengorek pendapat Archer lebih dalam. Kamu memicingkan pandang ke arahnya. Naiknya sebelah alismu cukup bagi Archer untuk diterjemahkan sebagai kode atas permintaan informasi lebih.
"Kenapa?" Kirkin menyahut di sela-sela sesapnya pada jus melon. Membantumu melantangkan suara dalam kepala.
"Deev itu orang penting," cerocos Archer cuek. "Baru tahu? Yaaah, telat kamu ah."
"Sepenting apa?" giliranmu menyela.
"Begini," Archer menyeka mulutnya dari sisa-sisa bumbu dengan selembar tisu, "Deev itu ahli psikologi andalan pemerintah. Lidahnya lincah. Bisa dipakai untuk memikat ular sampai naga. Bahkan kelabang. Intinya sih, dia punya koneksi langsung ke Sanomat. Atau setidaknya, bukan Sanomat pun, ia terhubung langsung ke Solomat. Solomat, kan, tangan kanan Sanomat. Istilahnya semacam, Solomat itu perpanjangan langsing dari Sanomat yang gendut. Sanomat enggak bisa bergerak karena keberatan bodi, Solomat yang bantu."
Omongan Archer makin melantur. Lanjutan perkataannya hanya masuk dan keluar telingamu, berganti-ganti. Anehnya, Kirkin dan Galea malah semakin seru menyimak. Semacam menyimak pidato pimpinan yang monumental.
"Berhentilah bicara seperti orang mabuk," sahutmu.
Archer begitu pemabuknya, sehingga ia bisa minum alkohol kapan saja. Tanpa mengenal jam, tanpa tahu terang atau gelap di luar sana. Taksirmu, mungkin Kirkin dan Galea lupa akan hal itu.
"Kamu tahu Deev?" tanyamu lagi, kini beralih pada Kirkin.
Kirkin mengedikkan bahu, "Di luar yang kutahu tentang proyek aspek psikokognisi kru permanen bawah air dan psikolog terbang ke Jupiter 2055, aku tidak tahu Deev seperti apa. Dia begitu tertutup. Kita tidak bisa tahu seperti apa kehidupan pribadinya di luar sana."
"Kalau kehidupan pribadi itu ada," tandas Galea, yang trengginas menghabiskan sekerat daging domba dicocol saos.
"Yang jelas sih, kurasa itu kesalahan konyol," seloroh Archer. Matanya mulai mengatup. Gerakannya seperti terbang. Kamu dan Kirkin memindahkan beberapa seloki dan gelas ke meja sebelah, takut tersapu oleh lambaian tangannya yang semakin tak terduga. "Hei, kamu tahu, tidak. Kalau.... Sano.... Eh...."
"Deev," teriak Galea, "tadi kita sedang bicara soal Deev! Kenapa kauubah jadi Sanomat?"
"Dia dendam dengan Sanomat," tandas Kirkin. Tangannya bersiaga membelit pinggang Archer, kalau-kalau ia membrutal.
"Eh!" Archer menyergah, menyingkirkan tangan Kirkin hingga pemuda itu nyaris terjengkang. Segera ia maju ke arahmu, dengan ekspresi mencibir dan bibir mencebik. "Kau ini bebal juga. Penolakan terhadap Deev itu berarti penolakan terhadap Sanomat! Bisa-bisa kau dikirim ke gulag habis ini."
Di negaramu tak ada gulag. Gulag yang kamu tahu hanya ada di zaman Josif Stalin dan fungsinya untuk meluruskan kumis lebatnya dalam mengomandoi negara. Seingatmu, nilai sejarahmu jongkok. Sebaiknya kamu mencari tahu lagi soal gulag, tapi nanti. Sekarang bukan waktu yang tepat.
"Jadi aku harus...."
"Telepon Deev. Minta maaf," terka Galea.
Ekspresi Kirkin tak setuju, "Memangnya masih keburu? Kalau enggak apa Sanomat sudah keburu murka?"
Obrolan kalian dihentikan oleh gedoran.
Di pintu utama.
"Pintu digedor?" tanya Galea dengan bodohnya. Sekarang, kamu menduga dialah yang mabuk dalam arti sebenarnya.
Terdengar gedoran sekali lagi.
Terdengar pula panggilan.
Menyerukan namamu.
Buka pintu dan temui tamumu di [50].
KAMU SEDANG MEMBACA
Conundrum Apropos
Science Fiction**The Watty's Award 2020 Winner: Science Fiction in Indonesian** **Cerita pilih-sendiri-petualanganmu** Negaramu, Augariana, lelah menghadapi kebohongan penduduknya, baik bohong putih maupun hitam. Wacana "Jujur Konsisten Lurus" mulai dicanangkan, d...