[106]

90 6 2
                                    

        

Kamu melompat, menerjangkan kedua tangan ke bahu Gilles, hingga kalian terjerembap bersama di lantai. Leth memekik histeris. Kamu memindahkan satu tangan ke leher Gilles, berusaha mencekiknya. Satu tanganmu yang lain membalik badan Gilles, meraba-raba saku celananya. Celana yang ia pakai berkantong terlalu banyak. Kamu harus mengecek satu-satu, di manakah saku yang memuat kunci borgol.

"Kauapakan Leth? Kauapakan?"

Gilles meronta-ronta hendak bangkit, tetapi ia telanjur kaubekap terlalu kuat, sehingga kepala itu tak bisa bangun dari telungkupnya.

Kaujambak ia sekali lagi, "Kauapakan dia?"

"Medium untuk kaejibi tumbuh paling subur adalah di rahim manusia. Kami belum bisa," ia menarik napas sebentar, "Belum... belum bisa buat medium in vitro. Mau tidak mau harus diinjeksikan ke dalam...."

"Tahu enggak kamu kalau dia lagi hamil, hah?" teriakmu, tepat di depan wajahnya. Jambakmu belum lagi kaulepaskan. Gilles masih meringis.

"Tumbuhan apa yang coba kautumbuhkan? Bukannya semua sudah?"

"Belum, belum," rintih Gilles. "Masih ada beberapa varian subspesies yang harus di...."

"Berengsek! Di sini ada Galea!"

"Ti-ti-tidak bisa. Dia tak tersentuh."

Kamu mendengar kelotak sol sepatu. Beradu dengan lantai.

"Jangan bilang kalau kamu tidak...."

"Itu, itu.... Minta saja sama pemerintah, contoh sampel yang sudah ada. Sumpah... sumpah...."

Kamu menampar Gilles. Ia bertambah melantur saja. Kaukira ia mabuk, atau pura-pura bodoh. Jambakmu kauperkuat, tetapi kini sambil kautarik ia berdiri.

Langkah itu mendekat. Kamu bersiap-siap.

"Sampel yang sudah kukasih ke pemerintah, baru sampel campuran antara efbiai dan pelepah...."

"Siaie," ujar sebuah suara lain. Berat, serasa keluar dari tenggorokan yang dicengkeram kepungan lemak.

Sial, pikirmu dalam hati. Perlahan-lahan, kamu lepaskan jambakmu dari rambut Gilles. Kamu dan Gilles beringsut, membalik badan.

Hanya untuk mendapati kehadiran Sanomat.

*

"Ini kenapa?" tunjuk Sanomat ke Leth, yang tengah meringkuk di lantai dengan tangan teborgol pada kaki lemari, masih terjaga dengan raut penuh ketakutan.

"Medium percobaan pelepah siaie," bohong Gilles. "Buah itu cuma mau tumbuh mikro di medium rahim manusia. Nutrisinya paling cocok. Di tempat lain tidak bisa."

Kamu berharap ini candaan belaka. Gilles ini penipu yang menakjubkan. Kapan ia bohong dan jujur, kamu sudah tidak bisa membedakan. Segera, Sanomat menegakkan badan, membuang muka dari Leth. Kamu bersyukur pria buntal itu tidak memasang niat yang bukan-bukan ke gadismu.

"Oke. Jadi, kapan?"

"Aku belum bisa janjikan, Kapten."

"Kan ada jam kuarsa," tandas Sanomat menggampangkan.

"Baik, Kapten. Semua baik."

"Oke. Bagus," Sanomat mundur, kembali ke posisi berdiri biasa. Ia ayunkan kepala ke kanan dan ke kiri, mengitarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan, dengan decak puas.

Dalam hati kamu bertanya-tanya, siapakah yang mengantar Sanomat sampai ia bisa muncul dari pintu belakang ruangan ini. Kamu juga penasaran pintu yang satu lagi itu menembus ke mana, dan apakah si pengantar itu ada di sini juga, mendengarkan kalian berdebat dan bertukar informasi. Apakah Sanomat hadir di sini karena dipanggil Gilles? Jadi, Gilles mau mengerjaimu? Mau merebut Leth dan.... Dan apa itu di dalam perutnya? Bayimu? Bayimu sudah mati?

"Lengkap sekali. Ini semua koleksi dari proyek Nottingham?"

"Sebetulnya belum. Kita masih menanti satu otak lagi, Kapten. Otak itu hilang waktu pengalokasian rutin beberapa minggu lalu. Sepertinya tercecer, atau dicuri orang."

Kamu menahan amarah dan napas, simultan. Leth menatapmu, tak berkedip. Sanomat dan Gilles masih berjalan-jalan ke rak terdekat, menekuni isinya, sestoples demi sestoples. Kamu merasa tahu siapa pemilik otak yang sedang mereka tunggu, tetapi tidak berani menerima kenyataan. Kamu mencari-cari mata Leth, mencoba bersepakat. Leth mengerling satu kali, dua kali. Menyuruhmu jujur.

"Otak siapa yang sedang kalian tunggu?" tanya Sanomat.

Gilles menukas cepat, "Otak Profesor Tamara, Kapten."


Mengapa Gilles begitu bermuka dua? Bergeserlah ke [111] untuk menyaksikan aksi Gilles dan Sanomat selanjutnya.

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang