[60]

78 5 0
                                    

Nomor formula di tanganmu berakhiran 3824. Kamu yakin inilah formula yang benar, meskipun Kirkin sudah memperingatkanmu.

Tanpa kausangka, Kirkin sudah berdiri di belakangmu. Lalu ia rampas kertas itu dari tanganmu.

"Oh, lihat, lihat! Anak muda ini punya formula Veritaject nomor seri 3824. Lalu dia pikir dia bisa pakai formula ini untuk diracik jadi ramuan pembaca pikiran yang bisa memindai isi kepala orang. Ck, ck, ck, ck. Kamu terlalu naif, Nak. Sudah kubilang, 3824 tidak mengandung buah efbiai dan pelepah siaie."

Kamu menggeleng. Menggeram. Pikiran berengsek itu mau tak mau hinggap di kepalamu. Bagaimana kalau ternyata Kirkin inilah penipu sesungguhnya?

"Hei, tadi apa kubilang, heh? Kalian buang waktu saja. Sudahlah, ikut aku ke Gudang Otak saja," tukas Kirkin ketus. Archer terus menggeleng sambil mencebik ke arahmu, ketika Kirkin membelakangi. Ia menyuruhmu diam, jangan reaktif, terhadap bapak tua itu, selagi tangannya sibuk masuk ke saku celana sendiri, merogoh apa yang tak jelas.

"Siapa yang kepikir kalau tiba-tiba Sanomat menyetujui formula terlama?"

Tanpa angin dan hujan, Deev bangkit. Mukanya memerah. Dengan cepat, ia adangkan lengannya, kanan lalu kiri, tepat ke dada Kirkin. Mengungkungnya agar tidak bisa lari.

"Formula yang mana, Pak Kirkin yang terhormat? Formula lama yang mana?"

"Tidak ada! Tidak ada! Belum kita buat!" cuih Kirkin, selang-seling dengan kelebat kata-kata yang cepat meluncur dari mulutnya.

"Bukankah kalimatmu barusan bilang ada formula yang itu? Formula-yang-itu itu formula yang mana lagi?"

"Ah, eh.... Uh...."

"JAWAB!" bentak Deev. Ia pindahkan tangan satunya ke rahang si lelaki tua. Kamu membuang muka saja. Sejak dahulu, kamu tak tahan menyaksikan orang tua disakiti anak muda. Pun ketika orang tua itu semenyebalkan dan sekeras kepala Kirkin.

"Tidak ada! Aku salah.... Salah ngomong.... Percayalah.... Meracik formula yang dimau Sanomat itu bukan perkara gampang. Kamu bisa mati bosan mencobanya.... Tanya Galea. Tanya!"

Galea menjengitkan bahu sesaat, sebelum mengalah dan mengatakan semacam iya yang artifisial. Satu lengan Deev masih mengunci dada Kirkin, meskipun ketegangan di wajah Deev jelas telah mereda.

"Kusarankan kalian ikut aku ke Gudang Otak. Kumohon."

Kali ini, nada bicara Kirkin berubah total. Menjadi meminta-minta. Mengalah sekalah-kalahnya.

"Kumohon. Di sana kalian lebih berpeluang mendapatkan sesuatu. Kamu tahu, Anak Muda," wajahnya berpaling kepadamu, "berapa lama aku sudah menghabiskan waktuku di sini? Lima belas tahun. Lama sekali. Cukup lama, sampai aku tahu ada jalan tikus untuk menuju ke Gudang Otak. Berkali-kali aku mau ke sana, tapi tidak bisa. Sekaranglah kesempatan kita."

Matanya mengitari kalian semua. Satu per satu, dari ujung kiri hingga kamu yang paling kanan.

Ganti mereka yang menatapmu. Menunggumu memutuskan.

"Tidak," sahutmu tegas, "Kita harus buat formulanya dulu."

Galea dan Deev meneriakimu dengan ejekan. Mereka berkali-kali mengeluhkan susahnya proses yang awam ketahui sebagai sekadar-mengekstrak-buah-efbiai untuk mencapai baku emas, hingga setiap ekstraksi pasti menghasilkan esens yang berkualitas sama terus. Belum lagi pelepah siaie yang ukuran dan warnanya saja tak pernah sama setiap kali musim panen. Kirkin cuma berkacak pinggang, lalu bersedekap, terakhir malah ia membuang muka.

"Ya sudah. Kita ke Kubah Esens," sahut Archer lemas. "Tapi kamu jangan menyesal," ujarnya lagi, ketika mendahuluimu. Bahunya nyaris bertubrukan dengan bahumu.

"Karena kita bisa berada di sana selama-lamanya."


Ikuti Archer ke Kubah Esens Veritaject di [62].

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang