"James, mau kemana?" tanya Brianca ketika melihat James yang sudah rapi dengan pakaian formal seperti biasanya.
James tidak menjawab, ia tetap berjalan ke arah pintu keluar.
Brianca menyusul James dan membentangkan ke dua tangannya untuk menghalangi jalan James.
"James, kau masih sakit! Jangan kelayapan dulu!" perintah Brianca yang dalam seketika membuat tatapan tajam James menyala.
"Oh, please! Jangan menatapku begitu, James." ucap Brianca memelas karena takut dengan tatapan yang diberikan oleh James.
"Kau masih sakit, James. Aku tidak mau kau tambah sakit nanti jika kau berpergian." jelas Brianca.
Tatapan tajam James perlahan meredup. Diperhatikan begitu oleh Brianca, membuatnya jadi mengingat masa-masa kecilnya ketika masih dirawat oleh Rose.
"Setidaknya, sebelum kau pergi, kau harus sarapan dan minum obat dulu." pinta Brianca lagi.
James tidak menjawab. Tapi, dia membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah ruang makan. Brianca tidak memerlukan jawaban dari James lagi karena sudah mendapatkan jawabannya dari bahasa tubuh James.
"James, ini obatnya." Brianca memberikan obat flu dan juga penurun demam setelah James menghabiskan makannya.
James meminum dua obatnya secara bersamaan. Lalu, ia membersihkan mulutnya dengan tissue.
"Sebenarnya, kau mau kemana, James?" tanya Brianca penasaran.
James tidak menjawab. Ia meninggalkan Brianca begitu saja.
***
"Kau masih hidup?" tanya James ketika ia sudah berada dihadapan Liam yang sedang terbaring di ranjang rawat dengan wajah yang lebam dan perban di kepalanya, serta luka di beberapa titik tubuhnya.
Axel yang mendengar pertanyaan James, bergedik ngeri. James benar-benar seperti tidak merasa bersalah telah membuat Liam babak belur.
"Kupikir, kaulah yang akan mati." jawab Liam tak kalah sinisnya.
"Heh? Harusnya kau menyadari betapa menyedihkannya dirimu saat ini, sobat." ucap James.
"Fuck! Ini akibat ulahmu, brengsek!"
James terkekeh, "harusnya kau bersyukur, aku tidak membuatmu mati dengan percuma."
"Kau tidak mungkin melakukan itu! Aku tahu, kau menyayangiku." jawab Liam dengan percaya dirinya.
"Cih! Kau menjijikan, Liam!" umpat James.
Liam terkekeh, "mana gadisku?" tanyanya.
"Gadismu?" James menaikkan sebelah alisnya.
"Ya, gadisku? Dimana dia? Kau tidak mengajaknya?"
"Maksudku, Brianca. Dimana dia?" jelas Liam.
Mendadak, rahang James mengeras. Dia tidak suka mendengar Liam mengatakan jika Brianca adalah gadisnya. Sungguh memuakkan.
"Sepertinya, kau benar-benar tidak menyayangi nyawamu." ucap James dengan nada yang begitu rendah.
"Bukannya kau tidak menyukainya? Jadi, tidak salahkan, jika aku menyebutnya gadiss... aaw! Damn! Fuck you!" umpat Liam ketika James menekan luka yang ada di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BASTARD HUSBAND
Romance|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy my story. DON'T COPY MY STORY! #HR :21 in romance (15.05.2018) & 25 in romance (13.05.2018) --- Kisa...