Pagi-pagi sekali Rianty sudah berada di kelas. Ia duduk di bangkunya. Sedang tersenyum melihat ke arah benda yang dipegangnya. Sesekali ia menopang dagu. Menelungkupkan wajahnya. Teriak-teriak tak jelas. Membuat penghuni kelas itu melihat Rianty heran. Termasuk Naya yang baru memasuki kelas.
"Lo kenapa sih? Masih pagi udah teriak-teriak gak jelas." Kata Naya sambil duduk di bangku sebelah Rianty.
"Enggak papa. Hehe." Kata Rianty dengan wajah yang memerah seperti sedang kasmaran.
"El?" Tebak Naya namun salah sasaran.
Rianty menggeleng cepat.
"Terus apa dong?" Tanya Novita.
Rianty mendengus kesal. Dan berpikir bahwa sahabatnya itu lupa saat hari bahagianya ini.
"Iss lo ini sahabat macam apa sih?" Rianty memanyunkan bibirnya.
Naya menghembuskan nafas berat "Ya gua tanyain lo malah kaya gitu."
Rianty memutar bola matanya malas "Lo gak inget ini hari apa?"
"Hari rabu." Jawab Novita.
Rianty mendecih kesal. Sahabatnya ini pura-pura tidak tau atau memang beneran lupa, sih?
"Bodo amat ah!" Rianty mengalihkan pandangannya.
"Hehe. Jangan ngambek dong!" Pinta Naya. "Happy birthday my best friend!" Lanjutnya sambil memeluk Rianty.
Rianty membalas pelukan Naya "Thanks you my best friend. Gue kira lo lupa."
Keduanya melepaskan pelukan.
"Mana mungkin gue lupa." Ucap Naya.
*****
Rey tergesa-gesa berjalan di koridor. Raut wajahnya mengulas senyum manis. Seolah hari ini adalah hari yang tak akan ia lewatkan.
Sampailah Rey diambang pintu kelas Rianty. Ya, dia tergesa-gesa tadi hanya ingin ke kelas Rianty untuk memberikan sesuatu yang sudah ia siapkan dari rumah.
Kebetulan saat Rey berada di depan kelas Rianty, ada Sinta yang sedang berdiri di depan pintu kelas bak penjaga kelas.
"Rianty ada?" Tanyanya pada Sinta.
"Ada kok, sebentar ya gue panggilin." Sinta berjalan ke arah dimana Rianty berada.
"Ri, dicariin, noh!"
"Sama siapa?"
"Liat aja sendiri!"
"Dih, gitu amat lo!"
"Bodo amat Ri, bodo amat!" Sambil mecubit pipi chuby milik Rianty.
Rianty menepisnya. "Rese lo ah! Nanti kalo pipi gua melar gimana?"
"Derita situ."
"Dasar kawan bangsul lo!"
"Bodo amat, wle!" Sinta menjulurkan lidahnya meledek Rianty. Naya, Franda, dan April hanya terkekeh melihat mereka berdua.
"Sana temuin dulu. Siapa tau pangeran ganteng." Franda cekikikan.
"Apaan sih lo, ah?"Rianty beranjak dari bangkunya menuju ambang pintu.
Dilihatnya Rey sedang berdiri disana. Saat itu juga Rianty membalikkan tubuhnya. Ingin menghindar dari lelaki itu. Namun tindakannya itu malah membuat Rey tersadar akan kehadirannya.
"Ri.."
Rianty menoleh kemudian tersenyum kikuk menunjukkan deretan gigi putih bergingsulnya.
"Kenapa lo balik lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...