"Lo balik sama Jovi?" tanya Franda yang sedang piket di kelas ditemani dengan 3 sahabatnya.
Rianty mengangguk sembari membereskan mejanya yang masih banyak buku di atasnya.
"Sinta kemana? Bukannya dia piket sama lo ya?" tanya April saat menyadari Sinta tak ada di kelas.
"Dia bilang mau ke toilet bentar."
"Jovi kemana ya, kok dari tadi gue belom liat dia kesini gitu nyari gue."
"Ceileh mbanya pengen banget dicariin sama doi," Franda menggoda Rianty.
"Ya gak gitu juga sih Nda, lo tau kan biasanya dia udah nongol depan pintu, lah ini tumben banget gak kesini padahal bel udah dari tadi."
"Palingan lagi nongkrong sama Satria Jevin," sahut Naya yang masih sibuk dengan rambutnya.
"Biasanya nongkrong dimana ya?"
"Gue sering liat di ujung koridor deket toilet. Tapi gak tau juga deng, coba lo cari aja disana siapa tau ada," April memberi tau yang lain karena sering melihat ketiganya disana.
"Yaudah deh gue kesana dulu ya," Rianty pamit untuk mencari Jovi di ujung koridor dekat toilet.
Rianty berjalan santai, menikmati area lapangan yang sedang digunakan untuk latihan futsal saat itu. Dilihatnya Rey sedang berkonsentrasi menggiring benda bulat itu. Rianty tersenyum singkat melihatnya. Rey begitu menawan saat sedang berada di lapangan.
"Aduh!" pekik Rianty saat dirinya menabrak seseorang.
"Lo enggak papa?" tanya seseorang yang ditabraknya.
"Gue enggak papa, maaf gue gak liat." Rianty mendongak dan melihat siapa yang ditabraknya.
"Makanya kalo jalan jangan ngelamun."
"Hehe, maaf."
"Kebiasaan banget lo kalo jalan sering ngelamun."
Rianty meringis. "Oh iya, Fan, datanya udah selesai kemarin, gue lupa mau ngasih tau lo, nanti gue kirim deh ya."
"Iya, Ri, gue tunggu ya, soalnya mau gue kasih datanya ke Garuda."
"Yaudah ya gue duluan."
Refan hanya mengangguk sebagai jawaban.
Rianty melanjutkan langkahnya menuju ujung koridor setelah berbincang dengan Refan. Dan saat dia sudah sampai disana, Rianty terdiam. Perasaannya mulai tak karuan. Seperti ada yang menghantam hatinya. Matanya mulai memerah. Nafasnya tidak teratur.
Rianty melihat dengan mata kepalanya sendiri, cowok yang berstatus pacarnya sedang merangkul mesra cewek lain. Rianty langsung membalikkan badannya dan berlari meninggalkan tempat itu.
Jovi dan Sinta tersadar saat ada langkah kaki yang berlari menjauh. Jovi melihat itu Rianty. Dia ingin sekali mengejar Rianty saat itu juga, tapi keadaan Sinta yang tak memungkinkan itu mengurungkan niatnya.
"Kejar dia, Jo!" Sinta memerintah Jovi untuk mengejarnya.
"Tapi lo gimana?"
"Gue enggak papa, sekarang Rianty lebih penting."
"Gue gak mungkin ninggalin lo dengan keadaan kayak gini, Ta."
"Tapi Rianty gimana? Gue gak mau dibilang perebut pacar orang."
"Rianty biar gue yang urus nanti, yang penting sekarang kaki lo. Itu kaki lo keseleo parah."
Sinta tak bisa mengelak lagi. Kakinya keseleo saat dirinya keluar dari toilet. Dan disitu hanya ada Jovi, karena Jevin dan Satria sudah pergi. Dan mau tak mau Jovi membantu Sinta yang sedang kesakitan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...