Hari ini adalah hari terakhir ulangan akhir semester. Dan tinggal menunggu hari untuk pembagian lapor kenaikan kelas. Dan hari ini tepat satu bulan Jovi menjauhinya. Rianty merasa ada yang berbeda sejak Jovi menjauh. Dunianya tak seceria dulu. Terlalu monoton sekarang. Tapi di rumah, ada Adrian yang siap menghiburnya. Hubungannya dengan Adrian semakin hari semakin dekat.
Rianty meregangkan otot-otot tubuhnya. Melepas penat selama seminggu ini yang hanya berkutat dengan buku.
"Nyerah deh gue ngerjainnya," celetuk April yang sudah terlihat frustasi.
"Otak gue pas-pasan malah suruh ngerjain soal yang susahnya ngelebihin dapetin doi," Naya juga ikut mengeluh.
"Otak lo berdua mah kosong, kagak ada isinya," sahut Franda membuat April dan Naya mencibir.
"Kayak otak lo gak kosong aja."
"Otak gue mah masih berisi, walopun gak penuh sih," ujar Franda.
"Berisik banget lo semua, gue mau balik duluan kalo gitu," seru Rianty yang sudah lelah mendengarkan perdebatan sahabatnya sejak tadi.
"Balik sama siapa, Ri?"
"Sama Adrian."
"Lo sama Jovi udah putus?"
"Dia udah minta putus sih,"
"Terus lo iyain?" tanya April penasaran.
"Belom," Rianty menggelengkan kepala.
"Tapi kenapa saling menjauh?"
"Bukan gue yang menjauh, tapi dia. Gue sih cukup tau diri aja," ucap Rianty santai. "Udah ah, gue balik duluan, Adrian udah di depan."
"Hati-hati oy," teriak Naya.
"Lo pada mending jalan-jalan gih, cuci mata sekalian isi ulang otak biar otaknya penuh," pekik Rianty yang sudah melenggang pergi.
"Ye dasar anak Pak Abi kalo ngomong suka gak ngaca," cibir Franda.
"Jadi Rianty bakalan sama Adrian?" tanya Naya.
"Ya mungkin aja," jawab Franda.
"Tapi mereka masih sama-sama punya pasangan. Rianty harus pilih salah satu dan Adrian juga harus pilih salah satu."
"Gue tau mereka yang ngejalanin, tapi nih ya menurut gue Rianty lebih cocok sama Jovi dari pada Adrian. Kalo sama Jovi, Rianty jadi diri dia sendiri. Tapi kalo sama Adrian dia jadi kalem kayak jaga image gitu," April mengutarakan pendapatnya pada Franda dan Naya.
"Iya sih, gue perhatiin juga gitu." Naya setuju dengan apa yang dikatakan oleh April.
"Yaudah biarin aja Rianty pilih siapa, kita sebagai sahabat dukung semua keputusan dia. Jovi ataupun Adrian gak masalah selagi mereka bisa bahagiain Rianty."
"Aduh si teteh makin hari omongannya makin bijak aja, Aa Faren makin cinta nih agaknya," ucap April lalu tergelak sendiri dengan ucapannya.
"Eh si jomblo sirik ya."
"Dih siapa juga yang sirik," ucap April sembari membuang muka.
"Kan gue udah bilang buka mata dan buka hati lo, ngeyel sih jadi cewek," cibir Naya.
"Gue gak mau cepet buka hati, nanti cepet sakit hati juga soalnya," sahut April.
"Terserah lo deh ya, gue mau balik si Faren udah di depan sekarang, bye maksimal!" pangkas Franda lalu berjalan keluar kelas.
"Gue juga mau balik, lagi ada job soalnya," ujar Naya yang juga ikut pergi meninggalkan April sendiri di kelas.
April mendengus. "Dasar laknat lo pada."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...