Masih sepagi ini rumah Rianty sudah kedatangan tamu. Rianty keluar dari kamar menuju pintu utama. Saat Rianty sampai di bawah pantas saja bel masih terus berbunyi karena tidak ada orang yang membukanya. Mama dan Papanya sudah pergi sehabis subuh tadi.
"Iya sebentar," teriaknya dari dalam.
Rianty membukakan pintu dan agak terkejut melihat siapa yang datang sepagi ini. Padahal sebelumnya ia kira itu Elvano.
"Lo kok disini?" tanya Rianty heran melihat cowok berbadan tegap itu sudah di rumahnya sepagi ini. Karena selama Rianty mengenalnya cowok itu selalu datang terlambat ke sekolah.
"Emangnya salah gue jemput pacar sendiri?"
Rianty tersentak kembali mengingat statusnya dengan Jovi sekarang.
"Emak bapak lo mana?" tanya Jovi kepada Rianty karena rumah ini terlihat sepi.
"Udah pergi. Lo kok gak bilang kalo mau jemput?"
"Gue udah chat lo, telpon lo berkali-kali tapi gak ada jawaban dari lo."
"Oh iya handphone gue mati dari kemaren."
"Jangan kebiasaan buat orang khawatir."
Rianty mengangguk paham. Kemudian mempersilakan Jovi masuk. "Yaudah masuk dulu, gue mau siap-siap bentar."
"Boleh? Kan gak ada orang di dalem."
"Masuk aja, gue percaya lo gak bakal macem-macem sama gue. Karena kalo lo mau macem-macem sama gue, gue duluan yang bakal macem-macem ke lo."
Jovi terkekeh dengan penuturan Rianty. "Serem banget pacar gue, jadi makin sayang."
"Yaudah masuk."
Jovi mengangguk lalu masuk ke dalam rumah Rianty. Tak perlu waktu lama Rianty sudah turun menemui Jovi. Dengan ransel dipunggungnya.
"Lo udah sarapan?" tanya Rianty saat akan menuju meja makan.
"Udah kok," jawab Jovi.
"Gue sarapan sebentar enggak papa kan?"
"Ya enggak papa lah, lo kira gue pacar yang kejam biarin pacarnya ke sekolah tanpa sarapan. Yang ada gue pites kalo lo sekolah gak sarapan."
Rianty terkekeh. Merasa nyaman dengan sikap Jovi yang mau menerimanya apa adanya. Dan tak segan lagi untuk berbicara panjang lebar.
Rianty menghabiskan sarapannya kemudian beranjak menemui Jovi.
"Tumben lo bawa helm dua?"
"Ya kan sekarang gue udah punya prioritas, jadi harus gue jaga baik-baik. Jangan sampe lecet sedikitpun."
"Sa ae lo buaya."
Jovi tertawa kecil. Kemudian menyuruh Rianty segera naik. Karena sebentar lagi akan bel masuk. Mengingat hari ini adalah hari senin. Dan Jovi pastikan Rianty tidak akan terlambat.
Dan untung saja mereka sampai sekolah dengan selamat dan tepat waktu. Mereka tidak terlambat. Malahan masih ada waktu untuk bersiap-siap upacara.
*****
Adrian masih terlihat kesal. Membuat teman-temannya heran.
"Kenapa lo? Masih pagi muka udah ditekuk kayak martabak telor," tanya Diko.
"Gue ditikung anjir." Terlihat sekali nada kekesalan Adrian yang belum terima kenyataan.
"Kan gue udah bilang jangan banyak gaya nunggu waktu yang tepat. Ditikung kan lo," omel Faren yang melihat kejadian kemarin
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...