LAST

853 50 49
                                    

"Anak Papa lagi ngapain nih di dalem?" tanya Jovi mengelus pelan perut Rianty yang sudah terlihat membuncit.

Mereka berdua sudah bersiap untuk tidur. Kebiasaan selama hamil Rianty tidak bisa tidur jika Jovi belum mengelus perutnya. Katanya sih debay yang minta.

"Besok jadi pergi?" tanya Jovi beralih pada Rianty.

Rianty mengangguk. "Jadi."

"Cowok kan ya anaknya Naya?"

"Iya, ganteng mirip banget sama bapaknya."

"Jadi, aku gak ganteng gitu?" Jovi menaikan satu alis.

"Ih, bukan gitu."

"Terus?"

"Ck, udah ih," decak Rianty tak mau memperpanjang.

"Yang, mau makan mie ayam," sahut Rianty jadi ngidam. Sudah jam sepuluh malam begini dimana yang masih buka?

"Beneran mau? Nanti udah aku beliin gak dimakan kayak coklat kemarin tuh nasibnya."

"Beneran deh nanti aku makan sampe abis. Ini adek bayinya laper katanya pengen makan mie ayam," kata Rianty memelas.

"Yaudah aku cari dulu deh ya." Jovi bangkit dan mengambil kunci mobilnya di nakas dan segera keluar.

Rianty jadi gelisah setelah Jovi keluar dari kamar. Perasaannya tak menentu. Tak ingin jauh-jauh dari suami kesayangannya.

Rianty bergeming. Berada di kamar sendirian membuatnya gelisah. Lalu meraih ponselnya dengan cepat menghubungi sang suami.

"Kamu dimana?"

"Baru mau masuk mobil, kenapa?"

"Balik ke kamar lagi!"

"Loh? Kan mie ayamnya belom dapet."

"Udah gak laper lagi. Adek bayinya kangen Papa katanya."

Rianty mendengar kekehan kecil dari telepon. Jovi menertawai tingkahnya. Kadang Jovi disuruh pergi tapi belom ada 5 menit udah disuruh balik lagi. Dasar ibu hamil. Moodnya melebihi cewek PMS.

"Iya sayang aku balik lagi ke kamar nih. Beneran gak jadi makan mie ayam?"

"Udah cepetan sini balik ke kamar!"

Jovi dengan sigap kembali ke kamar. Tapi bersyukur juga tidak jadi keluar malam hanya untuk mencari mie ayam.

"Anak Papa yang kangen apa si Mama nih?" tanya Jovi.

"Hm, dua-duanya," sahut Rianty sembari mengelus perutnya.

Jovi mengecup singkat kening Rianty. Jovi sudah tidak sabar menunggu anak pertamanya lahir. Dan menjadi seorang ayah. Pemuda itu menyendu, merasa terharu.

"Kamu kenapa?"

Jovi mendongak. Menatap perempuan yang ada di hadapannya. "Aku gak nyangka aja sebentar lagi akan jadi ayah," ujar Jovi.

"Apalagi ibu dari anak aku itu kamu. Perempuan yang selama ini aku sebut namanya dalam doa."

Jovi memeluk Rianty. Rasa haru makin menjadi dalam ruangan itu. "Makasih kamu udah mau jadi pendamping aku. Walaupun aku tau kamu pasti susah buat ngelupain Adrian yang ada buat kamu saat aku pergi."

Saat nama Adrian disebut butiran bening itu keluar begitu saja tanpa permisi. Mulai membasahi pipinya. "Maafin aku," kata Rianty serak. "Maaf dulu aku sempet gak setia nunggu kamu."

Jovi menggeleng tegas. "Bukan sayang, itu bukan salah kamu tapi salah aku yang udah ninggalin kamu tanpa pamit."

"Tapi tetep aja aku yang salah," ujar Rianty.

ADRIANTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang