31

559 20 0
                                    

"Ri, dengerin penjelasan gue," Jovi memohon agar Rianty mau mendengarkan penjelasannya. Dan menyudahi kesalah pahaman yang terjadi.

Rianty mendongak, melihat wajah Jovi sudah seperti orang putus asa. Rianty memilih bangkit dari kursinya dan keluar kelas. Karena jujur dia tak bisa melihat Jovinya seperti ini. Rianty tak mau seegois ini. Tapi hatinya merasa sakit melihat kejadian itu. Apa Rianty sudah menyayangi Jovi sehingga dia begitu sakit melihatnya?

"Kenapa sih, Ri lo gak mau dengerin gue dulu?" perkataan Jovi membuat langkah Rianty berhenti.

"Kenapa lo gak mau kasih gue kesempatan buat ngomong sama lo? Kenapa lo malah milih pulang sama cowok lain dari pada dengerin semua penjelasan gue? Kenapa, Ri? Kenapa?" Jovi berusaha membuat Rianty menyadari dan mau mendengarkan semua penjelasan yang telah terjadi kemarin.

"Kurang sabar apa sih gue, Ri? Gue dengerin penjelasan lo tentang Elvano kemarin, tapi lo gak mau dengerin gue sedikitpun. Gue cemburu Ri liat lo sama Elvano, dan kalo gue gak percaya sama lo, gue udah hajar dia di depan sekolah waktu itu, gue udah habisin dia saat cewek gue dirangkul kayak gitu. Tapi gue lebih milih denger penjelasan dari mulut lo langsung."

Rianty tertegun. Matanya sudah tak sanggup menahan air bening itu, hingga air bening itu lolos begitu saja. Namun Jovi belum menyadari itu karena Rianty membelakanginya.

"Gue tau Ri lo belom sayang sama gue, lo belom bisa nerima gue di hati lo, tapi seenggaknya jangan giniin gue, jangan berasumsi sendiri, dan buat gue ngerasa bersalah. Gak semua yang lo liat itu bener, dan gak semua yang lo denger itu fakta." Semua yang mengganjal Jovi utarakan saat itu.

Banyak pasang mata yang menonton kejadian itu. Mereka hanya diam memperhatikan apa yang sedang terjadi antara Jovi dan Rianty.

Bahu Rianty mulai berguncang, pertanda isakannya semakin parah.

"Ri.."

"Gue kayak gini karena gue udah sayang sama lo Jo, gue gak suka liat apa yang jadi milik gue harus sama orang lain. Gue gak mau kehilangan lo dengan alesan gue belom sayang sama lo. Gue tau gue terlalu kekanak-kanakan, tapi ini semua karena gue gak bisa liat lo sama Sinta kemarin. Itu buat hati gue sakit, Jo." Air mata Rianty mengalir cukup deras.

"Maaf, Ri, gue gak bermaksud buat lo nangis gini." Jovi berjalan mendekat ke arah Rianty dan membalikkan badan Rianty untuk menghadapnya.

"Ini bukan salah lo, ini salah gue yang terlalu egois. Gue minta maaf." Rianty menyeka air mata yang membasahi pipinya.

"Gue juga minta maaf. Jangan ulangin lagi ya. Mau gimanapun juga lo harus dengerin penjelasan orang itu dulu baru berasumsi sesuka lo," Jovi tersenyum. Tangannya mengulur menghapus sisa-sisa air mata yang masih tergenang di wajah Rianty. "Jangan nangis lagi, maaf karena gue gak bisa nenangin lo pake pelukan yang kayak di film-film," Rianty makin menangis haru dibuatnya.

Sesabar inikah Jovi dengan sikapnya? Sesayang inikah Jovi dengan dirinya? Rianty merasa beruntung memiliki Jovi saat ini. Seandainya Jovi lebih dulu mengungkapkan perasaannya sebelum kehadiran Adrian, sudah pasti Rianty tak akan menyakiti Jovi karena masih menyayangi Adrian.

"Udah ah jangan nangis lagi, kasian idungnya nanti tambah pesek."

"Kebiasaan deh," Rianty mencubit lengan Jovi karena lagi-lagi meledeknya disaat seperti ini.

ADRIANTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang