18

641 24 0
                                    

Pagi itu matahari sudah menampakkan cahayanya. Namun 4 gadis belia ini masih tertidur pulas. Pasalnya semalam mereka begadang. Biasalah jika cewek sudah berkumpul pasti akan ngerumpi. Tak pernah kehabisan topik pembicaraan.

Dering telepon membuat mereka menggeliat. Masing-masing mengecek benda pipih kepunyaannya. Dilihatnya samar-samar siapa yang mendapat telepon sepagi ini. Dan ternyata April yang mendapat telepon dari ibunya untuk segera pulang karena akan pergi ke rumah saudara.

Setelah telepon tersebut. Mereka semua bangkit dari tidurnya. Merapikan tempat yang sudah mereka buat kacau. Mandi dan bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Nay, gue nebeng ya. Gue mau ke rumah Elvano. Udah lama gak ketemu dia." Ucap Rianty.

Naya mengangguk. Pertanda setuju.

"Nda, lo langsung anter gue balik. Jangan mampir-mampir, gue ditungguin sama emak di rumah." Tutur April.

"Iya-iya. Berisik banget lo. Ngomong kok kayak kereta." Cibir Franda.

Franda dan April memasuki mobil lalu pergi dari pekarangan rumah Rianty. Lalu disusul oleh Rianty dan Naya yang akan ke rumah Elvano.

"Gue langsung pulang ya, Ri." Kata Naya saat sudah sampai di depan rumah Elvano.

"Iya, hati-hati Nay." Ucap Rianty.

Rianty memasuki pekarangan rumah Elvano. Masih pagi dan masih terlihat sepi. Rianty memencet bel rumah Elvano. Tak lama kemudian wanita paruh baya membukakan pintu dan menyambut Rianty.

"Eh, Rianty. Udah lama kamu gak kesini. Ayo, masuk!" Mama Elvano, Erni, menyapa Rianty dengan riang.

"Iya tante." Jawabnya sopan.

"Kebetulan banget nih tante baru aja selesai masak. Kita sarapan bareng ya." Erni mengajak Rianty ke ruang makan.

Rianty tersenyum, sudah tahu jika Mama Elvano tidak pernah terima penolakkan. "Yang lain pada kemana, tan? Kok sepi banget minggu pagi gini." Tanya Rianty karena dari tadi tidak melihat keberadaan orang lain selain Erni.

"Om Aga lagi keluar kota. Vano udah pergi dari jam 7 pagi tadi, katanya dia ada latihan futsal gitu buat turnamen. Kalo Vino masih di atas." Erni menjelaskan kemana mereka berada.

Baru saja namanya disebut, Vino sudah ada dihadapan mereka. "Loh, Rianty, pagi-pagi udah ngapel aja nih." Ledeknya saat melihat Rianty sudah di rumahnya sepagi ini.

"Jangan mulai deh bang masih pagi." Rianty memperingatkan Vino.

Vino terkekeh. Lalu beralih ke Erni. "Ma, abang mau pergi sama temen-temen ya." Vino meminta izin dengan Erni.

"Iyaudah, tapi pulangnya jangan malam-malam ya bang."

Vino tersenyum lalu memberi hormat kepada Erni. "Siap komandan!" Katanya lantang.

Elvano dan Alvino adalah kakak beradik yang usianya hanya terpaut 4 tahun. Namun mereka memiliki kesamaan sifat, yaitu sama-sama manja dengan orang yang disayangnya. Jika di luar sana mereka akan terlihat seperti lelaki perkasa. Yang diidam-idamkan banyak wanita.

"Oh iya, Ri, kamu bisa kan ke sekolah Vano? Tante mau titip bekal buat dia. Dia belum sarapan." Pinta Erni disela-sela sarapannya.

"Bisa kok, tan."

"Kamu gak bawa kendaraan kan?"

Rianty menggeleng.

"Bareng abang aja sekalian, kebetulan abang lewat Garuda."

Rianty mengangguk dan melanjutkan makannya.

"Hati-hati, bang!" Ucap Erni saat anak sulungnya itu akan pergi.

ADRIANTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang