Malam ini hujan deras. Mungkin doa para jomblo terkabulkan pada malam minggu ini. Rianty pun tak kemana-mana. Pasalnya Jovi tak pernah mengajak Rianty untuk malam mingguan bersama.
Kali ini Rianty sedang duduk santai di ruang tengah dengan televisi yang menyala dan beberapa makanan ringan di hadapannya.
Rianty merasa bosan sekali malam minggu ini. Sudah hujan, pacar tidak ada kabar, di rumah sendirian pula. Berasa jomblo sekarang.
Rianty merasa lelah, dia merebahkan tubuhnya di sofa yang didudukinya. Masih dengan mulut yang mengunyah tiada henti. Terdengar seperti derum motor ditengah hujan seperti ini. Namun Rianty menghiraukannya. Tetap fokus pada layar televisi.
Tok... Tok... Tok...
Rianty terduduk, jadi merinding sendiri. Siapa yang bertamu pada malam minggu yang hujan begini? Dengan hati-hati Rianty bangkit dan berjalan mendekati pintu utama. Dengan ragu Rianty membuka pintu secara perlahan. Dan menemukan pemuda yang sudah basah kuyub karena terguyur hujan deras. Wajahnya sudah tidak karuan. Sangat berbeda dengan yang Rianty lihat tadi sore.
Pemuda itu melangkah maju. Dan menjatuhkan dirinya pada tubuh Rianty secara tiba-tiba. Rianty membeku ditempatnya. Masih belum sadar dengan apa yang terjadi sekarang. Rianty kemudian mengerjap beberapa kali, mulai tersadar.
"Jo..." panggilnya lemah.
"Sebentar aja, Ri," pintanya dengan suara serak yang sudah lemah.
Jovi mengeratkan pelukannya dengan Rianty. Rianty jadi bungkam. Tak tau harus berbuat apa. Ini pertama kalinya Jovi berani memeluknya. Tubuh Jovi semakin lemah. Rianty yang tidak kuat menopang tubuh Jovi pun mulai oleng. Akhirnya Rianty memapah Jovi dan membawanya ke ruang tengah, tempat dimana Rianty menonton acara televisi tadi.
"Kamu kenapa bisa kayak gini?" tanya Rianty yang tak tega melihat Jovi terkujur lemah dihadapannya.
Jovi hanya diam. Saat ini kepalanya sangat pusing. Bahkan untuk menjawab pertanyaan Rianty pun dia tidak sanggup.
Rianty seperti tertohok hatinya melihat Jovi yang sangat kacau malam ini. Ada apa dengan Jovi? Mengapa Jovi bisa sekacau ini? Pikiran Rianty sudah melayang. Mencoba menerka apa yang terjadi saat ini.
Rianty membantu Jovi berbaring di atas sofa. Tangannya mendapati tubuh Jovi yang panas. Jovi demam saat ini. Rianty lalu ke dapur mengambil air hangat untuk mengompres Jovi. Setelah air hangat dan handuk kecil siap, Rianty berjalan menuju kamarnya. Rianty mengambil selimut yang dia pakai setiap malam.
Rianty buru-buru turun dan membantu Jovi melepas jaketnya yang basah karena derasnya hujan. Dengan telaten, Rianty menyelimuti tubuh Jovi yang mulai menggigil. Jovi masih setengah sadar saat ini. Bibirnya memucat, tubuhnya masih terasa panas.
Rianty mengompres dahi Jovi dengan rasa khawatir serta penasaran yang melandanya.
"Jangan tinggalin aku, Ri," gumamnya. Padahal kedua mata Jovi sudah tertutup. Bahkan Rianty kira Jovi sudah tertidur.
"Aku gak akan tinggalin kamu, Jo," Rianty menggenggam jemari Jovi berusaha menghangatkannya.
"Aku sayang banget sama kamu, Ri."
"Aku juga sayang kamu, Jo," ucap Rianty dengan mata yang memerah melihat keadaan Jovi.
"Maaf Ri, maaf, aku bukan pacar yang baik buat kamu," Jovi kembali bergumam.
"Kamu baik, Jo, baik banget malahan."
Entah dorongan dari mana, Rianty mengecup punggung tangan Jovi yang sudah ikut pucat. Setelah itu Jovi benar-benar tertidur pulas. Rianty meneteskan air matanya tanpa sadar. Lalu segera menghapusnya agar Jovi tidak melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...