"Enak gak?" Mereka kini sudah berada disalah satu stand bazar. Duduk berhadapan dan saling pandang.
Rianty mengangguk semangat karena mulutnya masih penuh dengan makanan.
"Kalo makan idungnya makin pesek aja."
Rianty mendelik. Matanya sudah akan keluar. Bahkan kalau saja mulutnya tidak penuh, sudah pasti dia akan mengomel.
"Santuy mba, biasa aja dong itu matanya," Jovi tertawa ringan melihat wajah lucu Rianty.
Rianty meneguk minuman yang ada di depannya. "Lo kebiasaan banget sih ngeledekin gue."
"Gue suka aja gitu liat muka lo kalo lagi kesel. Lucu soalnya."
"Inilah, orang lagi kesel malah dibilang lucu, lo kira gue lagi ngelawak?"
Jovi makin tertawa mendengar perkataan Rianty. Membuat Rianty merengut kesal. Jovi makin gemas melihatnya.
"Ceileh, ngambek mba?" Jovi menoel hidung kecil Rianty. Rianty menipisnya.
"Udah tau nanya," ketus Rianty dengan wajah yang masih merengut.
Jovi menghela nafas pelan. Kemudian menopang dagu dihadapan Rianty, membuat dirinya menatap lurus ke arah Rianty. Rianty yang merasa diperhatikan menjadi salah tingkah sendiri.
"Apasih liat-liat?" ucap Rianty masih ketus.
"Siapa juga yang ngeliatin lo?" sahut Jovi.
Rianty memutar bola matanya dengan malas. "Ya terus itu ngapain ngeliatin kesini?"
"Gue lagi ngeliatin bidadari yang udah buat gue jatuh cinta sedalam ini."
Speechless. Rianty mengulum bibirnya menahan senyum. Pipinya pun merona begitu saja saat Jovi mengatakan itu.
"Ceileh baper mbanya?" Lagi-lagi Jovi merusak suasana dengan keusilannya.
"Kebiasaan banget ngerusak suasana," cibir Rianty.
"Maaf sayang," ucapnya manis.
Rianty bergumam. Melanjutkan makannya yang tinggal sedikit.
"Dimaafin gak nih?"
Rianty mengangkat bahu acuh.
"Maafin ya?" Jovi mengedipkan mata beberapa kali dengan wajah yang memelas. Wajah itu membuat Rianty jadi gemas melihatnya.
"Maafin gak ya?" Rianty menimang-nimang.
"Maafin dong," masih dengan wajah memelas andalannya itu ditambah bibir yang mengerucut.
Rianty terkekeh, kemudian menggelengkan kepala. "Oke deh, dimaafin," ucapnya seraya tersenyum. Membuat Jovi kegirangan.
"Eh, Ri, aku cariin ternyata kamu disini," Rianty menoleh kesumber suara.
"Aku juga nyariin kamu dari tadi. Kamu kemana aja sih?"
"Aku dari ruang futsal tadi," kata Elvano lalu melihat cowok yang duduk dihadapan Rianty membuat Elvano mengernyit. "Lo pasti Jovi kan? Pacar Rianty?"
"Lo tau gue?" Jovi terheran bagaimana mungkin tebakan Elvano setepat itu. Karena seinget Jovi mereka baru satu kali bertatap muka dan Jovi tidak mengenalkan dirinya ke Elvano saat itu.
"Ya tau lah, orang Rianty sering cerita."
"Ih apasih, gak pernah ya," elak Rianty yang sudah salah tingkah.
"Cerita apa aja dia tentang gue? Pasti yang jelek-jelek ya?"
"Ya gitu deh," Elvano menggedikkan bahu. Rianty sudah mendelik kearahnya, seolah memberi peringatan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...