Suasana canggung masih terasa diantara mereka. Tak ada yang berani membuka suara hanya untuk sekedar bertanya apa yang telah terjadi kepada Rianty. Franda pun selalu berusaha mengalihkan setiap pembicaraan yang berhubungan dengan Jovi. Dia tau Rianty pasti akan semakin sedih mendengarnya.
"Pulang sama siapa? Kalo gak ada yang jemput sama gue aja, Ri," ajaknya. Kini mereka sudah berjalan bersisihan di koridor kelas.
"Gue dijemput kok, kalian duluan aja."
"Gue tungguin aja gimana?" tawar Naya.
"Gak usah, kalian pulang aja duluan," tolaknya.
Franda, Naya , dan April tak bisa lagi memaksa Rianty saat ini. Mereka tau Rianty butuh waktu sendiri untuk memikirkan apa yang terjadi hari ini.
"Apapun yang terjadi lo harus dengerin semua penjelasan Jovi," Franda menepuk pundak Rianty lalu berjalan menyusul Naya dan April yang sudah beberapa langkah di depan mereka.
Rianty tersenyum sebagai respon. Saat sahabat-sahabatnya telah hilang dari pandangannya, Rianty melangkah menuju GSG, tempat dimana Jovi latihan basket. Hari ini adalah hari senin, Jovi pasti akan latihan tentunya.
Rianty mengedarkan pandangannya di dalam gedung. Ada beberapa yang sedang berebut bola basket, ataupun hanya mendribble bola sendirian. Dan ada pula yang masih duduk dan tertawa di pinggir lapangan.
"Nyari siapa?" Satria menghampiri Rianty yang sedang mencari seseorang disana.
"Jovi gak latihan?"
"Barusan aja dia izin, katanya lagi ada perlu jadi gak bisa latihan hari ini."
Rianty mengangguk dan bergumam. "Makasih, Sat," ucapnya lalu pergi meninggalkan Satria yang juga dirundung heran.
Rianty berjalan lesu menuju halte. Dia sudah memesan ojek online untuk pulang sekarang. Saat ojek online itu datang, Jovi keluar dari area sekolah bersama gadis itu lagi.
"Bang, ikutin mereka ya!"
"Tapi mba-"
"Cepetan, bang!" pinta Rianty yang tak mau dibantah lagi.
Sang driver pun hanya bisa mengikuti perintah Rianty. Tak ada pilihan lain saat ini.
Siang menjelang sore hari itu Rianty mengikuti Jovi dan Rain. Namun tujuannya pun bukan ke rumah Jovi. Rianty tau betul jalan yang dilalui bukan arah rumah Jovi. Karena setau Rianty, rumah Jovi masih satu komplek dengan Franda.
Atau mungkin Jovi akan mengantar gadis itu pulang? Mungkin saja itu terjadi. Namun dugaan Rianty salah. Jovi menghentikan motornya di salah satu tempat makan yang cukup terkenal disana. Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh juga dari sekolah sehingga banyak remaja hingga orang dewasa yang mampir kesana.
Jovi dan Rain sudah memilih meja dan duduk menunggu sang pelayan menghampirinya. Rianty masih berdiri di depan pintu masuk. Dan Rianty memberanikan diri masuk tempat dimana pacarnya sedang makan dengan cewek lain. Ternyata disana ada Adrian yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Rianty. Adrian tidak sendiri, Natalie selalu di sampingnya.
"Lo disini?"
Rianty mengerjapkan mata. Baru sadar bahwa Adrian menghampirinya. Rianty langsung membalikkan tubuh dan menabrak dada bidang Adrian. Adrian memeluknya. Tangis Rianty mulai pecah saat itu. Natalie yang tidak terima pacarnya memeluk cewek lain pun menghampiri dengan raut wajah tidak suka.
"Kamu apa-apaan sih?!" Natalie melepaskan pelukan Adrian pada Rianty. Rianty jadi terdorong dan sedikit menjauh dari Adrian.
"Kamu yang apa-apaan?!" sahut Adrian yang tidak terima Rianty diperlakukan seperti itu oleh Natalie.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...