"Aduh!" pekik Rianty saat dirinya menabrak seseorang saat akan keluar kelas.
"Lo enggak papa? Ada yang sakit gak?" Jovi meneliti tubuh Rianty bila saja ada yang terluka.
"Apaan sih lo? Lebay banget, gue enggak papa kok, gak jatuh juga kan."
"Ya siapa yang gak kawatir liat bidadari jatuh di depan gue."
Rianty tergelak. "Apaan sih? Gak jelas banget," Rianty memukul lengan Jovi pelan.
"Lo mau kemana sih buru-buru amat? Sampe gue yang segede gini aja lo gak liat."
"Gue ada kumpulan sebentar mau bahas bazar Garuda besok."
Jovi mengangguk mengerti.
"Lo gak latihan?"
"Ini mau latihan."
"Yaudah sana latihan, gue mau ke ruang OSIS."
"Kalo udah pulang kabarin ya, gue latihan di GSG, cari aja gue disitu."
"Iya nanti gue kesana, sekalian liat lo latihan."
"Gue duluan ya," Jovi mengusap singkat pucuk kepala Rianty. Kemudian melenggang pergi menuju ruang OSIS.
Rianty berjalan menyusuri koridor menuju ruang OSIS yang tak jauh dari kelasnya. Disana sudah ada presidium inti yang siap membahas acara bazar Garuda yang diselenggarakan tiap tahun dengan mengundang SMA Satu Nusa.
Setelah 1 jam berunding. Barulah mereka mendapat kesepakatan.
"Jadi setiap perwakilan kelas harus tanggung jawab atas kelasnya masing-masing agar tidak ada yang bolos saat bazar besok," ucap Refan sebagai akhir dari rapat kecil itu. Kemudian yang lain membubarkan diri saat rapat benar-benar ditutup.
"Ri?"
"Hm" Rianty hanya bergumam sebagai jawaban tanpa menoleh ke arah lawan bicara karena masih sibuk membereskan alat tulis.
"Gue anter lo pulang ya?"
Rianty mendongak, menatap lawan bicaranya sekarang. "Yahh gue udah ada janji tapi."
Wajah Refan terlihat kecewa. "Padahal gue mau ketemu tante, udah lama banget gak ketemu."
"Ah iya, Mama juga sering nanyain lo kenapa gak pernah ke rumah lagi. Yaudah deh gue pulang sama lo, tapi ke GSG bentar ya."
"Ngapain?"
"Mau izin dulu sama Jovi," ucap Rianty yang sudah berjalan keluar dari ruang OSIS. Refan mengekori Rianty.
"Harus ya izin sama Jovi?"
"Iya, gue soalnya udah janji mau liat dia latihan."
Refan hanya mengangguk-angguk.
"Jovi!" Rianty melambaikan tangan ke arah Jovi, membuat Jovi menepi kepinggir lapangan.
"Kenapa sayang?"
"Ih rame loh, malu," Rianty meringis karena Jovi selalu memanggilnya 'sayang' disaat yang tidak tepat.
"Enggak papalah, kan pacar sendiri juga," Jovi tersenyum jahil. "Udah mau pulang?"
"Iya nih, tapi gue pulang sama Refan enggak papa ya?"
"Ngapain lo pulang sama dia?" Jovi menunjuk Refan menggunakan dagunya.
"Mama pengen ketemu dia."
"Oh Mama mertua mau ketemu ketos kaku itu?" Rianty mengangguk.
"Terus kapan gue dikenalin sama Mama mertua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...