Masa Orientasi Siswa atau yang biasa disebut MOS sudah selesai kemarin. Kini saatnya Rianty kembali ke kelas dengan rutinitasnya. Saat ini Rianty sudah duduk di depan kelas. Diam-diam melirik ke kelas sebelahnya. Berharap bertemu seseorang yang sudah dia tunggu selama seminggu ini.
"Lo ngapain sih? Lagi nungguin orang?" tanya Naya yang heran melihat Rianty gelisah.
Rianty menoleh ke arah Naya sebentar dan mengalihkan pandangannya lagi. "Gue nyari Jovi, udah seminggu sekolah kok gue gak liat dia ya," ujarnya jujur. Matanya terus memandangi kelas itu.
"Lah lo gak tau?" tanya Franda yang kini ikut mendekat.
Rianty mengerutkan keningnya. Heran dengan perkataan Franda.
"Lo beneran gak tau, Ri?" ulang Franda. Rianty menggeleng pelan dengan wajah polosnya.
"Jovi pindah sekolah," ujar Franda membuat Rianty terkejut.
Rianty membulatkan mata. "Pi..pi..pindah? Kemana?" tanyanya tak percaya.
"Dia pindah ke Bandung, karena ibu sama kakaknya gak sanggup biayain dua orang sekaligus. Jadi waktu di Bandung kemarin dia ditawarin lanjut sekolah disana sama omnya, omnya bilang dia sanggup biayain Jovi sama Rain asalkan mereka tinggal disana bantuin usaha omnya itu," jelas Franda panjang lebar.
"Ja..jadi dia udah gak disini lagi, Nda? Dia udah beneran pergi?" Mata Rianty jadi memerah. Cairan bening itu menumpuk dipelupuk matanya. "Nda, gue belom jelasin apapun sama dia, gue belom minta maaf sama dia, gue belom bilang kalo gue sayang banget sama dia," rengek Rianty. Pipinya kini sudah basah dengan butiran bening yang sudah tidak dapat dibendung itu.
Franda dan Naya memeluknya. Mencoba menenangkan Rianty yang sudah sesenggukan. Masih merengek merutuki kebodohannya kemarin.
Franda dan Naya melepaskan pelukan mereka. Memberi jeda untuk Rianty bernafas. "Jovi sayang banget sama lo, Ri," ungkap Franda.
Rianty menyeka air matanya. "Kalo dia sayang sama gue kenapa dia pergi, Nda? Kenapa dia gak jengukin gue waktu gue di rumah sakit? Kenapa dia biarin gue salah paham sama Rain? Kenapa dia gak bilang sama gue kalo dia mau pergi ninggalin gue? Kenapa, Nda? Jelasin ke gue, Nda!"
Franda menghela nafas. Dirinya juga tidak kuat jika harus mengungkapkan apa yang sebenarnya Jovi rasakan selama ini. Beban apa yang Jovi pikul selama 17 tahun hidup di dunia yang kejam ini.
"Jovi minder sama lo, Ri. Dia takut kalo dia gak bisa bahagiain lo. Bokapnya udah nyakitin nyokapnya dan nyokap Rain. Dia gak mau nyakitin lo, dia takut kalo sikap bokapnya yang suka main perempuan itu nurun ke dia. Makanya dia lebih milih diem ketimbang jelasin semuanya ke lo," ujar Franda. Dia menarik nafas lalu melanjutkan lagi ucapannya. "Selama ini Jovi sering gak pulang ke rumah karena dia selalu liat bokapnya buat sakit hati terus. Dan yang terakhir kemarin bokapnya bawa perempuan lain lagi sampe tante Rina mutusin buat kerja jauh dan nitipin Rain sama keluarga Jovi. Sedangkan tante Farida, nyokap kandungnya Jovi cuma bisa pasrah karena harus dicerai sama bokapnya."
Franda jadi ikut meneteskan air mata. Menceritakan kehidupan Jovi memang semenyedihkan ini. Dia tak pernah membayangkan menjadi Jovi. Jovi cowok kuat yang mampu menutupi lukanya selama ini. Selama ini Jovi selalu mencari pelarian. Seperti merokok dan berteman dengan orang yang tidak semestinya ada dilingkungannya.
"Kalo lo nyangka dia gak jengukin lo waktu di rumah sakit kemarin lo salah, dia bahkan dateng dan jagain lo. Pas lo sadar dia ada disana, Ri, yang lo bilang lo mimpi ketemu dan denger suara Jovi itu bener. Jovi disana buat lo," ucap Franda lagi. Rianty yang mendengarnya sungguh tertohok.
"Jovi pergi karena dia pikir lo cuma butuh Adrian, lo gak butuhin dia lagi. Lo gak tau apapun tentang dia," kata Franda dengan sesak di dada. "Dia mau perjuangin lo lagi, dan apa lo tau dia nangis di parkiran rumah sakit waktu liat lo sama Adrian, waktu Adrian nyanyiin lo buat ngehibur lo yang bosen." Rianty menganga tak percaya. "Iya, Jovi disana, Ri. Dia liat semuanya, dia liat lo senyum ke Adrian. Dia bilang sama gue katanya kalo liat lo senyum ke Adrian buat hatinya sakit, Ri. Tapi gue bersyukur dia punya kawan kayak Jevin sama Satria. Mereka berdua yang udah buat Jovi mau perjuangin lo lagi."
Franda menyeka air matanya yang terus mengalir. Rianty pun sudah dirangkul oleh Naya. "Dia pergi dengan keadaan kecewa, Ri. Dia kecewa sama diri dia sendiri karena gak bisa buat lo bahagia," ucap Franda lirih.
Tangis Rianty kini semakin pecah. Hatinya benar-benar patah. Setelah mengetahui seberat ini penderitaan yang dirasakan oleh Jovi. Selama ini Rianty selalu mengeluh dengan Jovi perihal apapun. Tapi Jovi selalu bungkam jika ditanya tentang keluarga oleh Rianty. Bahkan Rianty pernah merasa tidak berarti dimata Jovi karena tidak pernah dikenalkan oleh keluarganya. Dibalik itu Jovi punya alasan yang kuat. Dia tidak ingin Rianty tau sebesar apa lukanya yang terus terbuka lebar.
Rianty merasa bersalah sekarang. Jovi pergi dengan rasa kecewa. Seandainya ada satu kesempatan lagi, Rianty ingin sekali bertemu dengan Jovi dan mengatakan maaf telah menyakitinya. Ingin mengatakan bahwa dirinya juga sangat menyayangi Jovi. Tak peduli dengan latar belakang keluarganya. Latar belakang keluarga Rianty pun bisa dikatakan tidak baik. Dia pernah frustasi dengan keadaan keluarganya. Tapi kini dia sadar ternyata masih ada yang lebih menyakitkan dari dirinya.
"Gue mau minta maaf sama dia, gue mau bilang kalo gue juga sayang banget sama dia," ucap Rianty dengan suara parau karena terus menangis.
Franda menggeleng lemah. "Lo telat. Dia udah pergi sekarang," ucapnya. "Sebelom pergi dia pesen ke gua, dia mau lo bisa ngelanjutin hidup lo tanpa dia. Jangan tunggu dia yang gak pasti kapan pulang."
"Gue jahat banget ya jadi cewek. Gue udah nyakitin dia, ngecewain dia. Dan gue gak tau beban yang selama ini dia tanggung."
Naya mengusap pipi Rianty. "Lo jangan ngomong gitu, ah. Kalo dia jodoh lo pasti dia bakalan balik lagi ke lo. Inget, masih banyak tempat yang belom lo kunjungin dan masih banyak orang yang belom lo temuin. Siapa tau salah satu dari mereka itu jodoh lo, kita kan gak tau. Yang harus lo lakuin sekarang itu ikhlasin dia. Biarin dia jalanin hidupnya, dan lo disini juga berhak jalanin hidup lo. Gue yakin dia pasti bahagia kalo liat lo bahagia."
"Jovi cowok yang baik, gue harap lo gak ngecewain dia dengan nyiksa diri lo karena kepergiannya."
"Udah jangan nangis lagi," kata Naya lembut.
Rianty mengangguk. Matanya sudah merah sembab akibat menangis. Bahkan dari tadi sudah banyak yang memperhatikan mereka yang berpelukan dan menangis di depan kelas.
*****
Huaaaaaa :(((( sedih akutu :'(
Ikhlas gak nih Jovi pergi? Atau Franda cuma bohongin Rianty? Atau Adrian yang sengaja nyuruh Jovi pergi? Atauuuu? Atau apanih menurut kalian?
Jangan lupa vote dan komennya yaa biar aku makin semangat untuk nyelesain cerita ini dan fokus sama cerita kedua ku..
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...