Rianty berjalan menuju halte depan sekolahnya. Sesuai janjinya tadi, ia akan menunggu Adrian selama 10 menit. Lebih dari itu ia akan pulang sendiri.
"Nunggu siapa pesek?"
Rianty memutar bola matanya malas. "Sempit banget sih dunia ini. Bosen gue ketemu lo terus."
"Nanti kalo gak ketemu lo kangen lagi sama gue." Tampangnya sok percaya diri.
"Gak usah ngarep!"
"Pulang sama gue aja, yuk!"
"Ogah!" Tolaknya mentah-mentah.
"Yaudah sih, gue juga cuma basa basi sebenernya."
Wajah Rianty sudah merah padam atas kelakuan Jovi. "Kalo gak niat, gak usah sok nawarin!"
"Lah ya terserah gue, dong."
Rianty mengusir Jovi. "Udah sana lo pulang! Gak usah ganggu gue!"
"Yakin nih gak mau bareng?"
"Iya ih!" Jawab Rianty kesal.
"Yaudah deh, bye bidadari pesek!"
Rianty menatap kepergian Jovi. Ia tersenyum. Kenapa cowok seperti Jovi mampu mengembalikan moodnya? Walau kadang suka ngeselin, tapi dia sebenarnya baik. Hanya saja pergaulannya yang kurang baik.
"Gak sampe 10 menit kan? Buktinya lo masih disini." Ucap cowok yang baru saja datang.
"Belum kok."
"Yaudah, ayo!"
Rianty mendekat ke arah Adrian. Ia menerima helm yang diberikan Adrian. Rianty berusaha memasang helm itu. Namun ia mengalami kesulitan.
Adrian menoleh ke arah Rianty yang tengah kesulitan memasang helm. Adrian membalikkan badan, tepat di depan Rianty. Tangannya terulur memasangkan helm pada Rianty. Membuat Rianty diam membeku. Jantungnya berdetak tak seirama. Deru nafas Adrian terasa tenang.
"Pake helm aja gak bisa." Lamunan Rianty buyar.
"Bukan gak bisa, tapi susah."
"Sama aja."
Rianty mencebikkan bibir. Ternyata seorang Adrian bisa romantis dan ngeselin secara bersamaan. Ralat. Bukan romantis. Dia hanya membantu memakai helm. Jangan salah artikan kebaikan orang.
Dalam perjalanan, baik Rianty maupun Adrian sama-sama diam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Rianty masih gugup karena ini pertama kalinya ia sangat dekat dengan Adrian. Sedangkan Adrian sedang berusaha menetralkan detak jantungnya.
Tak sampai setengah jam, mereka sampai di rumah Rianty. Rianty turun dari motor Adrian. Adrian melepaskan helmnya. Dan ia melihat Rianty yang lagi-lagi bermasalah dengan helm.
"Bisa gak?"
Rianty menggeleng. Bukan. Bukan Rianty manja. Atau ingin romantis seperti pasangan di film-film. Rianty benar-benar tidak bisa berurusan dengan helm.
Setelah selesai Adrian melepaskan helm Rianty. "Masuk dulu, yuk!"
"Boleh?"
"Ya boleh lah."
"Nyokap lo gak marah lo bawa cowok ke rumah?"
"Nyokap gue gak galak kayak emak-emak di sinetron. Jadi lo tenang aja."
Adrian terkekeh. "Ada-ada aja lo."
"Yaudah, yuk!" Tanpa sadar Rianty menggandeng Adrian.
Adrian terpaku. Adrian memang mudah menyukai seseorang. Apalagi diperlakukan manis seperti itu. Rasanya ia ingin terbang ke angkasa karena perlakuan Rianty padanya. Wajar saja. Dia playboy kelas kakap. Sekali lagi dipertegas, Adrian seorang playboy.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...