Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Namun Rianty masih berada di kelas untuk membereskan pekerjaannya.
"Pesek pulang yuk!"
Rianty melihat ke arah pintu. Dan benar saja dia menemukan sosok Jovi disana yang sedang menunggunya.
"Iya sebentar lagi."
Rianty melanjutkan tugasnya. Tadinya dia ingin mengerjakan di taman pinggir kolam sekolah, tapi karena tinggal sedikit lagi jadi Rianty mengurungkan niat.
"Ngerjain apaan sih?" tanya Jovi yang sudah duduk di bangku kosong di samping Rianty.
"Ini nyalin nama-nama yang bakalan jadi panitia bazar Garuda."
Jovi mengangguk. Mulai paham dengan kesibukan Rianty yang saat itu menjabat sebagai sekretaris OSIS.
"Lo gak latihan basket? Kan ini hari senin, bukannya jadwal basket ya?" tanya Rianty yang tentu saja sudah hapal dengan jadwal latihan setiap ekskul yang ada di Satu Nusa.
"Latihan sih, tapi gue mau anter lo pulang dulu."
"Lo latihan aja, gue bisa pulang sendiri kok."
"Gak ah, nanti lo diculik."
"Gue udah gede kali, mana ada yang mau nyulik gue."
"Iya ya, kan lo makannya banyak jadi mana ada orang yang mau nyulik lo," ucap Jovi asal. Lalu tertawa keras.
Rianty menyubit lengan Jovi. Membuat Jovi meringis namun tetap melanjutkan tawanya.
"Iya ampun ibu negara," Jovi meringis lagi ketika Rianty mencubit lengannya berkali-kali. Kata orang kalau dicubit sama orang yang kita sayang itu 1% sakit dan 99%nya lagi senang. Dan memang itu kenyataannya sekarang. Jovi senang meledek Rianty. Melihat wajah Rianty yang sedang kesal. Baginya itu hiburan tersendiri.
Saat kesal mencubiti Jovi, handphone Rianty bergetar. Menandakan ada pesan masuk. Dan pesan masuk itu dari Elvano. Elvano bilang di pesan itu bahwa dia sudah berada di depan sekolah Rianty untuk menjemputnya.
Rianty membacanya singkat lalu segera beranjak. "Udah ah, gue mau balik," ucapnya sembari membereskan peralatan tulis yang masih berantakan di meja.
"Gue anter."
"Gak usah, gue ada perlu. Dadah! Semangat latihannya," Rianty berlari meninggalkan Jovi.
Namun Jovi tak menyerah. Ia berusaha mengikuti Rianty. Dan tak disangka Jovi melihat Rianty sedang bersama cowok lain. Di depan sekolahnya. Dan tersenyum ramah dengan cowok yang tak Jovi kenali itu. Tangan Jovi mengepal. Tak terima kekasihnya dengan cowok lain.
Tanpa sepengetahuan Rianty, Jovi mengikuti mereka sampai di rumah Rianty. Jovi marah, kesal, cemburu. Ia ingin tahu siapa cowok yang sedang bersama Rianty saat itu. Amarahmya semakin meledak lagi saat cowok itu merangkul Rianty masuk ke dalam rumah.
Jovi berusaha mengabaikannya. Berusaha berpikir positif. Mungkin saja itu saudaranya. Tapi hatinya tetap tak tenang. Mau disamperin takutnya salah paham. Akhirnya Jovi pergi meninggalkan rumah Rianty saat itu juga.
*****
Rianty sudah sampai di rumahnya dengan Elvano. Kemudian memasuki rumah dengan Elvano yang merangkulnya mesra seperti sepasang kekasih. Namun bagi mereka itu sudah biasa dilakukan.
"Iya iya aku jelasin," ucap Rianty saat melihat Elvano yang menatapnya seolah meminta penjelasan langsung darinya.
"Jadi setelah tanding basket selesai Jovi nembak aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...