Mereka semua terlihat begitu akrab. Banyak candaan yang dilontarkan. Membuat meja yang berada di pojok itu terasa ramai.
"Gue mau beli cemilan dulu ya." Rianty teringat bahwa ia lupa membeli cemilan saat belanja bahan makanan tadi.
"Gue temenin ya." Adrian menawarkan diri.
Rianty tersenyum ke arah Adrian. "Gak keberatan?"
"Gak kok." Jawab Adrian. Kemudian Rianty dan Adrian bangkit dari tempat duduknya.
"Kita tunggu sini aja ya, Ri." Ucap Franda saat Rianty melenggang pergi bersama Adrian.
Setelah Rianty pergi dengan Adrian, Naya pamit untuk ke toilet. Sebenarnya bukan ke toilet, tapi ia ingin mengangkat telepon dan menjauh dari jangkauan Franda, April, serta Faren.
"Kenapa lagi?" Ucapnya tanpa basa-basi saat mengangkat telepon itu.
"Kenapa mereka bisa jalan bareng?"
"Gue gak tau. Tadi Franda ngajak jalan sama pacarnya, ternyata pacar Franda ngajak cowok itu."
"Apa ini ada unsur kesengajaan?"
"Mana gue tau."
"Lo bilang kalo sama lo semua bisa beres. Tapi nyatanya begini."
Suara ditelepon itu semakin nyata. Naya merasa mereka seperti bicara secara langsung.
"Lo lagi dimana?"
"Di belakang lo."
Naya langsung membalikkan badannya. Dan tepat di belakangnya yang hanya berjarak satu meter saja antara Naya dengan cowok jangkung itu.
Naya langsung memutuskan sambungan teleponnya begitu saja. "Kenapa dimatiin?" Tanya cowok jangkung itu sedikit meledek.
"Kok lo bisa disini?"
"Lo lupa kalo kita sehati?"
"Lo tau gak kalo gue jijik?" Sarkasnya.
"Gak usah sok galak. Gue tau lo itu gak bisa marah sebenernya."
Naya memutar bola matanya. Jengah dengan suasana seperti ini. "Jangan sok tau ya jadi orang."
Cowok jangkung itu terkekeh. "Ikut gue!" Ajaknya.
Naya mengernyit heran. "Kemana?"
"Ke kamar gue." Sahut cowok jangkung itu asal.
Naya mendelik. "Lo gak usah macem-macem sama gue."
Cowok jangkung itu malah tertawa melihat reaksi Naya yang seperti itu. "Tenang. Lo bukan tipe gue."
"Malah sok ganteng." Naya mencebikkan bibir.
"Udah cepet ikut. Lo mau tau kan apa yang bakal cowok itu lakuin ke sahabat lo?"
Naya mengiyakan ajakkan cowok jangkung itu. Mereka berdua menyusuri mall itu dan mencari keberadaan Rianty beserta Adrian.
"Modus banget sih jadi cowok. Ketara bener cowok gampangan." Omelnya saat melihat Adrian dengan Rianty.
Naya terkejut. "Kok jadi lo yang sewot. PMS ya lo?"
"Apaan sih kok jadi bawa-bawa PMS. Ini kita lagi di mall bukan lagi ekskul."
"Itu PMR bego! Bolot amat sih lo, anaknya siapa sih?" Naya jadi sewot dengan tingkah bodoh cowok yang berada di sampingnya itu.
Cowok jangkung itu meringis. Lalu menjawab, "anak Bapak Hendri yang terhormat."
"Itu nama bapak gue bego." Gadis mungil itu menoyor kepala cowok itu hingga terhuyung ke depan.
"Kok sama? Berarti kita jo..?"
"Jongos maksud lo?" Tebaknya asal. "Atau jomblo?"
"Laknat bener lo ngomongin gue jongos. Nah, kalo mau gue gak jomblo lagi makanya bantuin gue deketin sahabat lo itu." Katanya panjang lebar.
Naya mendengus kesal. Menjitak kepala cowok itu keras hingga cowok itu meringis. "Kawan lo itu beneran suka gak sama dia?"
Cowok itu langsung mengangguk. "Beneran. Kalo dia gak suka gak mungkin dia galau waktu liat sahabat lo itu dijemput tuh cowok." Jelasnya panjang lebar.
Naya melotot tak percaya. Menahan tawanya. Membayangkan seorang cowok biang onar itu galau. "Galau? Kok gue jadi pengen liat dia galau ya?"
Cowok jangkung itu menggeleng cepat. "Jangan! Sumpah jangan sampe lo liat dia galau, apalagi ada di samping dia waktu galau. Bisa abis lo sama dia." Cowok itu memperingati agar Naya tidak mendekat saat sahabatnya itu dirundung galau.
Naya mengernyit heran. Dilihatnya cowok jangkung itu. Tak ada yang berbeda darinya selama 4 tahun terakhir ini. Hanya saja jika di sekolah cowok itu lebih nakal dari sebelumnya. Lebih sering bolos. Lebih sering buat onar. Lebih sering terlambat. Lebih sering masuk BK. Dan lebih sering dihukum akhirnya.
"Lo kesini sama siapa?"
Cowok itu menepuk dahinya. Baru mengingat bahwa ia sudah meninggalkan anak orang sendirian berkeliling mall. "Gue sama Nata. Gue tinggalin dia tadi waktu dia sibuk milih baju. Gue bosen dengerin curhatan dia mulu tentang tuh cowok jadi gue ajak aja dia ke mall."
"Gila lo ninggalin dia gitu aja."
"Dia gak bakal ilang. Mau keliling sampe besok pagi juga tetep tau jalan pulang." Kata cowok itu mengaco. "Yaudah ya gue cari dia dulu. Lo jagain tuh sahabat lo jangan sampe kemakan sama buaya darat."
Naya tersenyum geli mendengar perkataan cowok yang sedari tadi bersamanya itu. "Hati-hati, bang." Ucapnya tulus saat melihat cowok itu beranjak pergi dari tempat mereka berdiri.
Cowok jangkung itu tersenyum haru. Mendengar cewek itu memanggilnya seperti dulu, membuat dia jadi makin rindu.
Naya kembali ke tempat dimana sahabatnya berkumpul. "Lama amat? Lo boker batu ya?" Tanya April asal.
Naya melirik April. "Enak aja lo kalo ngomong." Sahutnya tak terima. "Rianty belom balik kesini?"
Franda menggeleng sebagai respon dari pertanyaan Naya. Namun belum ada 5 menit Naya bertanya, Adrian dan Rianty kembali.
Adrian terlihat sangat bahagia. Dan Rianty dengan wajah meronanya tak dapat menutupi rasa bahagianya juga.
"Udah malem, pulang sekarang ya." Ajak Naya saat melihat jam tangan yang berada di tangan kirinya itu.
Mereka bergegas membereskan barang yang sudah dibeli tadi. Cukup banyak. Seperti belanja bulanan saja. Faren dan Adrian cukup peka. Mereka berdua membawakan barang-barang itu menuju tempat dimana mobil Franda terparkir.
"Makasih ya." Ucapnya malu-malu.
Faren mengangguk dan tersenyum setelah ucapan Franda itu. "Yakin gak mau dianter?"
"Gak usah, Ren." Tolak Rianty halus.
"Hati-hati." Suara seseorang yang berdiri di sampingnya terdengar lembut.
Rianty tersenyum malu. Lagi-lagi dibuat salah tingkah oleh Adrian.
Naya dan April hanya memandang malas. Seperti sedang menonton drama. Mereka harus siap sebagai jomblo untuk melihat dua sahabatnya itu sedang bermanja ria dengan pacarnya.
"Jangan kebut-kebut." Faren memperingati pacarnya untuk tidak kebut di jalan, apalagi sekarang sudah malam.
Franda mengangguk patuh. Lalu tersenyum memandangi pacarnya. Faren merasa gemas dengan Franda. Dan mengusap pelan pucuk kepala Franda.
"Inget ya, disini masih ada orang." April mencebikkan bibir kesal. Merasa sudah tak dianggap lagi jika dia ada disana.
Pipi Franda merona. Terlihat sekali dia sedang salah tingkah. Begitu juga dengan Rianty yang sedari tadi berusaha menguasai diri. Mengontrol detak jantungnya yang berpacu cepat setiap dia berada didekat Adrian. Akhirnya mereka berpamitan. Lalu beranjak memasuki mobil. Franda membawa mobil itu keluar dari area parkir menuju rumah Rianty.
*****
Maklum ya gaesss si Satria lagi PMS makanya ngegas:v
Si Franda malah malu-malu tai kucing idiwww wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...