"Ini buat kamu," ucap Rianty sembari menyodorkan sepiring nasi goreng kepada Jovi.
Rianty lalu mengambil tempat duduk tepat menghadap Jovi. Dan melihat Jovi sedang merasakan aroma nasi goreng yang begitu harum.
"Dimakan, jangan diliatin terus."
Jovi meringis menatap Rianty. Mulai menyendok nasi goreng itu lalu memakannya. Jovi mengunyah dengan perlahan, merasakan berbagai sensi dari masakan kekasihnya.
"Enak."
Senyum Rianty mengembang begitu sempurna. Tidak sia-sia masakannya pagi hari ini. Pertama kalinya memasak untuk Jovi.
"Aku juga bisa masak loh."
"Masa iya?"
"Iya dong, kan aku calon suami idaman buat kamu."
Rianty tak kuasa menahan senyum. Jovi terlalu apik menyembunyikan rasa sedihnya dihadapan Rianty saat ini. Hanya ada senyum pagi ini diantara keduanya.
"Kapan-kapan masakin aku dong," pinta Rianty dengan manja.
"Mau aku masakin apa tinggal sebut aja."
"Kamu bisa masak semuanya?"
"Gak sih."
"Aku kira bisa," Rianty berdecak.
Jovi terkekeh melihat Rianty yang merengut.
"Yang, aku mau nanya."
"Apa?"
"Emang bener ya kalo kita minum Good day malem hari bisa jadi Good night?"
Rianty menatap Jovi sedikit kaget. Ini Jovi bertanya macam apa sih? Receh banget astaga.
"Receh banget sih," ucap Rianty namun tetap tak kuasa menahan tawanya.
"Oh iya, Mama pulang kapan?"
"Mamanya siapa?"
"Mama kita."
"Kok Mama kita? Kan kita belom apa-apa," tanya Rianty heran, namun bahasanya terlalu ambigu.
"Astaghfirullah, sadar yang."
"Hah?"
Jovi sudah geleng-geleng kepala dramatis. Sedangkan Rianty malah melongo heran karena tak tau apa yang sedang dibahas.
"Yaudah besok kita nikah aja deh biar kita bisa apa-apa," celetuk Jovi asal.
Rianty tersedak. Mengangkat wajahnya menatap Jovi. Kemudian mendelik ke arah Jovi yang sudah tertawa jahil di depannya.
"Kamu tuh ya emang minta ditampol mulutnya."
Jovi reflek menutup mulutnya dengan telapak tangan. Berusaha tidak tertawa.
"Eh eh mau dibawa kemana?" ucap Jovi saat piring nasi gorengnya geser ke arah Rianty.
"Mau aku makan, laper."
"Yah marah. Jangan dong, yang! Aku juga laper tau."
"Laper ya makan."
"Jadi cewek itu gak boleh galak tau yang," sahut Jovi sok manis.
"Oh jadi kamu bilangin aku galak? Iya?"
"Eh bukan gitu," Jovi menegak. Garis wajahnya berubah menjadi panik.
Rianty menyendokkan nasi goreng dari piring lalu menyuapkan ke mulut Jovi yang akan berbicara. Jovi langsung diam dan mengunyah makanannya.
"Yang ini lebih enak karena disuapin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...