64

479 21 1
                                    

"Udah siap?" tanya Adrian ketika Rianty sudah dihadapannya.

Rianty meremas ujung bajunya. Merasa gugup. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan ibu Adrian. Sebelumnya ia hanya mendengar cerita tentang keluarganya saja. Kecuali Ardi yang sudah beberapa kali mereka bertemu di luar.

Adrian jadi terkekeh kecil. Yang berikutnya dibalas tatapan sebal oleh Rianty. "Nyokap gue gak makan orang kok, jadi lo tenang aja," ucap pemuda itu asal.

"Tapi tetep aja gue gugup. Ini pertama kalinya gue ketemu sama nyokap lo."

"Udah, ayo! Keburu sore nih."

Rianty mencuatkan bibir. Kembali merasakan gugup yang tiada henti. Berusaha menetralkan degup jantungnya untuk bertemu dengan ibu kandung Adrian.

Rianty sangat takut jika ibu dari Adrian itu akan menjadi mertua yang galak seperti di film-film yang sering Sita tonton di rumah.

Adrian jadi gemas sendiri melihat Rianty yang tidak percaya diri seperti ini. Lalu beralih meraih lengan Rianty dan membawanya pergi.

"Ck, tunggu!" sela Rianty menahan. Wajahnya masih gusar.

Adrian mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa lagi?"

"Kalo nyokap lo gak suka sama gue gimana?"

"Gak bakal, dia pasti suka sama lo," ujarnya berusaha menenangkan. Tangannya kini memegang pundak Rianty erat. Dan menatapnya dalam. "Percaya sama gue."

Rianty menghela nafas gusar. Berusaha setenang mungkin saat berhadapan langsung nanti. Dan memantapkan langkahnya dengan senyum yang sedikit kaku.

"Assalamualaikum, bu."

"Waalaikumsalam."

Terdengar sahutan lembut dari dalam rumah. Lalu tak lama kemudian seorang wanita paruh baya menghampiri mereka di ruang tamu.

"Oh jadi ini yang namanya Rianty?"

"Iya, bu," jawab Rianty sembari mencium tangan ibu Adrian sebagai tanda hormat dan sopannya.

"Kalian belom pada makan kan? Ibu lagi masak, nanti kita makan bareng ya. Kebetulan masmu sama istrinya mau kesini," tutur sang ibu.

Rianty yang mendengar kata masak jadi berbinar. Bakat terpendamnya seakan mengoar kembali. Namun setelahnya kegugupan kembali menghampirinya. Terlebih lagi kakak Adrian dan keluarga kecilnya akan datang. "Boleh aku bantu, tante?"

"Panggil ibu aja biar lebih akrab. Yaudah ayo!" sahutnya tersenyum lalu berjalan mendahului ke dapur.

Rianty mengekor. Adrian tersenyum melihat ibunya yang terlihat menyukai Rianty. Dan bersyukur karena Rianty bukan gadis manja yang tidak bisa memasak.

"Kamu bisa masak?"

"Ya bisa dikit-dikit sih, bu," jawabnya agak canggung.

Melihat Rianty yang begitu cekatan membuat Risa, ibu kandung Adrian jadi tersenyum penuh arti. "Udah biasa masak di rumah ya?"

"Em iya, bu, kalo di rumah suka bantu Mama di dapur."

Risa semakin mengembangkan senyumnya. "Wahhh, bener-bener istri idaman ya kamu. Adrian gak salah pilih," pujinya.

Pipi Rianty jadi merona. Merasa malu telah dipuji oleh Risa. Senyumnya pun terlihat malu-malu.

Sesaat kemudian Rianty agak tersentak dengan kedatangan seorang perempuan yang menghampiri Risa.

Matanya memicing melihat Rianty yang berdiri dan tersenyum kikuk kepadanya. "Calonnya Adrian, bu?" tanyanya sedikit menggoda. Lagi-lagi membuat pipi Rianty kembali merona.

ADRIANTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang