50

509 18 5
                                    

Rianty berangkat pagi karena hari ini adalah persiapan classmeeting. Rianty juga berniat menemui Jovi dan menjelaskan apa yang terjadi malam minggu kemarin antara Rianty dan Adrian.

Rianty sudah berdiri di depan pintu kelasnya. Berharap Jovi datang dan menyapa dirinya seperti pagi yang terjadi pada hari sebelumnya. Rianty tersenyum miris saat tak mendapati Jovi. Dengan langkah lunglai Rianty memasuki kelasnya dan bersiap menuju ruang OSIS.

Sekedar mendudukkan diri di bangkunya saja Rianty tidak sempat. Rianty harus segera ke ruang OSIS sekarang dengan berkas perlombaan yang akan berlangsung. Rianty menghentikan langkahnya saat melihat Jovi sedang berdiri di depan pintu kelasnya seraya sibuk mengotak-atik handphone miliknya. Rianty tersenyum miris lalu menghampiri Jovi dengan perasaan tak menentu.

"Jo?"

Jovi hanya mendongakkan kepala menatap datar pemilik suara itu.

"Aku bisa jelasin semuanya," lirihnya berusaha menguatkan diri.

"Jelasin apa?"

"Kejadian malem minggu kemarin kenapa aku bisa sama Adrian."

"Emangnya gue siapa lo harus tau semuanya?" Jovi mengangkat dagunya menatap Rianty datar. Rianty tersentak saat Jovi menggunakan gue-lo saat berbicara padanya.

"Kamu masih pacar aku, Jo. Inget ya aku belom bilang iya saat kamu minta putus," Rianty menatap tajam mata Jovi.

"Gue gak peduli, karena bagi gue kita udah selesai," jawab Jovi dingin namun penuh penekanan disetiap katanya.

"Oke, Jo, kalo emang itu yang lo mau, kita putus!" ucap Rianty dengan nada suara yang meninggi.

"Baguslah, kenapa gak dari dulu lo bilang gitu," sahut Jovi masih kalem. Dengan senyuman meremehkan.

"Gue kira lo orang baik, gue kira lo bisa berubah. Tapi ternyata gue salah, semua perkiraan gue salah besar." Rianty menatap Jovi dengan tatapan nyalang siap menerkam. "Lo gak lebih dari sekedar cowok berengsek!" tunjuk Rianty tepat di depan wajah Jovi.

Jovi tersenyum miring. Dari sorot matanya terlihat menantang. "Gue emang berengsek, kenapa lo mau?"

Rianty berdecak kesal, "asal lo tau, gue pernah ngecewain seseorang demi bersama lo."

"Gue gak peduli," jawab Jovi acuh.

"Gue benci lo!" pekik Rianty. Setelah mengatakan itu, Rianty pergi dari hadapan Jovi. Air matanya mungkin sudah mengalir deras sekarang.

"Lo harus benci gue Ri, harus," lirih Jovi yang sama terlukanya dengan Rianty. Jovi menghela nafas gusar. Sedetik kemudian meninju pintu yang ada di sampingnya dengan brutal. Membuat beberapa orang yang berada disekitarnya menoleh heran. Terlebih lagi Satria.

"Lo apaan sih?!" Satria menarik lengan Jovi yang sedang bersiap menghantam pintu itu lagi.

Jovi meredam emosinya. Tidak seharusnya dia berbuat seperti itu. Akhirnya Jovi berjalan meninggalkan kelas yang masih terlihat bingung dengan Jovi. Satria membuntuti Jovi yang sedang berjalan menuju area belakang sekolah.

"Ayolah, Jo! Come on! Mana Jovi yang dulu?" Satria menghampiri Jovi yang sedang duduk sendiri di bawah pohon rindang.

Jovi masih diam enggan untuk menjawab.

"Gue tau lo sayang banget sama dia, apa gak ada cara lain selain ngejauhin dia?"

"Gak ada Sat, cuma ini caranya untuk buat dia bahagia tanpa gue."

"Lo salah besar kalo bilang dia bakal bahagia tanpa lo, lo liat keadaan dia sebulan ini? Kacau man!"

Jovi kembali termenung setelah mendengar ucapan Satria barusan.

ADRIANTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang