Jovi memandang tubuh istrinya dari belakang yang sedang sibuk berkutat dengan peralatan dapurnya. Lelaki itu jadi teringat kenangan 5 tahun yang lalu saat Rianty memasak nasi goreng untuknya. Walaupun sudah berlalu tapi kenangan itu selalu membekas dalam otaknya.
Jovi berjalan mendekat dan memeluk tubuh Rianty dari belakang. Ia melakukan hal yang sama seperti 5 tahun yang lalu. Ah, Jovi sangat rindu dengan itu.
"Kalo istri lagi masak cantiknya kuadrat ya," lirih Jovi yang menyandarkan kepalanya di bahu Rianty. Semenjak menikah kelakuan Jovi memang sangat manja padanya.
Rianty tersenyum tipis mendengar gombalan receh Jovi pagi buta begini. "Kamu udah bangun?"
Jovi mengangguk pelan, Rianty dapat merasakan itu pada bahunya.
"Ada yang bisa aku bantu istriku tersayang?"
"Kamu mandi aja sana, siap-siap untuk kerja," ujar Rianty.
Jovi berdecak. "Mau bantuin dulu."
Rianty melepaskan dekapan Jovi lalu berbalik menghadapnya. "Gak usah sayang," lirih Rianty lembut.
"Aku cuci piring aja deh ya, kasian kalo kamu semua yang ngerjain. Kan kamu juga mau kerja," ujar Jovi tetap kekeh ingin membantu.
"Gak usah, itu kan kerjaan aku di rumah masa kamu yang ngerjain. Lagian aku masih ambil cuti."
"Gak terima penolakan!" ucap Jovi lalu mengambil alih piring di wastafel dan mulai mencucinya. Rianty tersenyum bangga pada sang suami. Benar-benar suami idaman Rianty. Rianty melanjutkan masaknya yang sebentar lagi selesai. Cucian piring pun tidak banyak sehingga Jovi cepat menyelesaikannya.
"Makasih suamiku sayang," ujar Rianty sembari mencubit pipi gemas Jovi.
"Kok cuma dicubit sih?"
"Terus apa dong?"
"Ciumnya mana?" kata Jovi menyeringai.
Rianty jadi merona malu walau akhirnya mencium kedua pipi Jovi bergantian.
"Ini belom," tunjuk Jovi pada bibirnya.
Rianty menggeleng pelan melihat tingkah suami kesayangannya ini. Lalu dengan cepat mengecup bibir suaminya. Jovi lagi-lagi menyeringai senang dan kini mengecup kening Rianty dengan sayang.
"Mandi dulu sana, nanti kesiangan," ujar Rianty.
Jovi menurut, pergi mandi dan bersiap untuk berangkat kerja.
Rianty sangat bersyukur memiliki suami yamg sangat sayang padanya. Begitu perhatian dan selalu ada di sampingnya. Dan selalu bisa diandalkan tentunya.
Setelah sarapan selesai Jovi berpamitan kepada sang istri untuk bekerja. "Aku berangkat ya, kamu hati-hati di rumah. Kalo ada apa-apa langsung telepon aku," ujar Jovi saat Rianty mencium tangannya.
"Kamu juga hati-hati jangan kebut bawa mobilnya," ujar Rianty memperingati.
Rianty melambaikan tangan sambil tersenyum memandang mobil Jovi yang melaju semakin menjauh.
*****
Hari ini berjalan tak seperti yang Jovi pikirkan. Ia berharap bisa pulang lebih cepat dari biasanya. Tapi sekarang malah lembur dan pukul 10 malam baru sampai di rumah.
Jovi memandangi istrinya yang sedang tertidur di sofa ruang keluarga dengan tv yang masih menyala. Jovi merasa bersalah. Ia lupa memberitau bahwa dirinya lembur sehingga Rianty tertidur di sofa karena menunggunya.
Jovi merunduk, mengusap lembut kepala Rianty lalu mencium keningnya. Rianty melakukan pergerakan kecil setelahnya menyipitkan mata terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...