Semua keluarga sudah berkumpul di rumah Natalie untuk pertunangan yang sedang dilaksanakan. Acara ini hanya dihadiri oleh keluarga dekat dari kedua belah pihak. Rianty tentu saja datang bersama dengan senyum manisnya yang palsu.
Dan kini saatnya pemasangan cincin dijari manis Adrian dan Natalie. Di tempatnya, Rianty menahan mati-matian agar air matanya tidak tumpah saat ini. Namun gagal, pelupuk matanya sudah terlalu rapuh untuk menahannya.
Rianty buru-buru menyeka air matanya yang terjatuh tiba-tiba. Berusaha mengontrol emosinya. Pemuda yang selama ini bersamanya kini harus bersanding dengan gadis lain. Itu bukan sesuatu yang mudah.
Setelah pertukaran cincin selesai, para hadirin memberikan ucapan selamat kepada pasangan itu. Kaki Rianty seolah tak berdaya untuk berjalan mendekati mereka. Tubuhnya masih lemas melihat setiap proses yang berlangsung.
"Ri, lo nggak papa kan?" Naya menyentuh pundak Rianty. Membuat Rianty mengerjapkan mata tersadar.
Rianty menggeleng. "Gue nggak papa, Nay." Rianty mencoba bangkit dari duduknya. "Temenin gue kesana ya, gue mau ngasih selamat buat mereka berdua."
"Lo yakin kuat?"
"Gue kuat kok."
"Hati lo?" tanya Naya lebih intens.
Rianty tersenyum tipis. "Gue nggak papa, Nay. Seriusan deh."
"Kenapa sih Ri lo tuh selalu aja biarin orang yang lo sayang pergi? Sadar gak sih dulu Jovi pergi itu karena lo juga," kata April yang baru saja mendekat dengan Satria di sampingnya.
"Jangan dengerin dia, Ri, mulutnya emang gitu temen lo satu ini," ujar Satria melirik sinis ke arah April.
Rianty tak menanggapi perkataan Satria. Pikirannya hanyut dengan apa yang dikatakan oleh April. Ia sadar sekarang, ternyata sikap yang sok tegar inilah yang membuat Jovi pergi. Dan sekarang itu terulang lagi dengan Adrian yang sudah jelas-jelas seharusnya hari ini dia yang berada di samping Adrian.
"Lo bener, Jovi pergi karena gue dan sekarang Adrian bersanding sama Natalie juga karena gue. Gue emang gak berjodoh sama mereka," ucap Rianty masih menerawang.
Rianty beranjak dan melangkah menghampiri mereka berdua untuk memberi selamat. Rianty berusaha mengikhlaskan semuanya. Namun saat benar-benar berhadapan dengan Adrian, Rianty seakan ditarik oleh dimensi lain. Tubuhnya melemas, detak jantungnya perpacu lebih cepat. Dadanya terasa sesak melihat pemandangan ini.
"Selamat ya," ucap Rianty dengan suara paraunya. Adrian menerima uluran tangan Rianty dengan rasa bersalah. Ditatapnya Rianty yang kini sedang tersenyum manis dihadapannya.
Lalu beralih dengan Natalie yang langsung memeluknya senang. "Makasih ya Ri udah jagain Adrian." Rianty mengangguk saja. Tetap memakai topeng kebahagiaannya.
Rianty kini beralih dengan ibu Adrian yang sedang duduk sendiri. Isyarat matanya seakan meminta Rianty untuk menemaninya.
Rianty langsung menghamburkan pelukannya dengan ibu Adrian. Menumpahkan segala beban dan keluh kesahnya selama ini. Air mata yang sedari tadi dibendung pun sudah mengalir deras kini.
"Maaf Ri, ibu gak bisa berbuat apa-apa," ucap Risa, ibu kandung Adrian.
"Ini bukan salah ibu, ini memang takdir kami berdua bu," elaknya masih dalam pelukan itu.
Tangan Risa mengelus lembut kepala Rianty. "Padahal ibu pengen banget kamu yang jadi istri Adrian. Ibu udah cocok banget sama kamu."
"Natalie baik kok bu, ibu pasti nanti bisa cocok juga sama dia. Percaya deh sama aku," ujar Rianty.
"Semoga kelak kamu dapat pemuda yang baik dan bisa terima kamu apa adanya ya sayang, ibu selalu doa untuk kebahagiaan kamu."
"Makasih, bu."
"Sering-sering main ke rumah ya walau pun udah gak sama Adrian lagi," pinta Risa pada Rianty.
Rianty mengangguk dan menguraikan pelukan itu. Dengan mata yang merah dan rambut sedikit acak-acakan. Rianty mencoba memberikan senyum terbaiknya hari ini untuk Risa.
"Kamu tetap jadi anak perempuan ibu sampai kapan pun," ucapnya.
Saat keduanya sedang asik bercengkrama Ardi beserta istri dan anaknya menghampiri. "Bu, dipanggil ayah tadi disana," ujar Ardi.
"Ibu nemuin ayah dulu ya, Ri," pamitnya pada Rianty.
"Iya, bu."
Risa telah beranjak pergi. Kini Ardi dan istrinya memandang Rianty pilu. "Kamu perempuan kuat kok, mungkin memang Adrian gak baik untuk kamu."
"Iya, Ri jangan sedih lagi. Masih ada kami yang sayang sama kamu," ucap Ara, istri Ardi.
"Makasih mas, mba."
"Mas Ardi sama Mba Ara tetep jadi kakak kamu. Kami berdua tetep sayang sama kamu," ucap Ara sembari mengelus pundak Rianty. "Ada Arfi juga yang sayang sama kamu," tunjuknya pada anak lelaki yang sedang dalam gendongan Ardi.
Anak lelaki yang masih berumur 2 tahun itu seakan mengerti karena dia mengangguk dan memanggil Rianty berulang kali.
"Ante ndak oleh anis eyus," ucapnya dengan nada khas anak kecil.
"Iya sayang tante gak nangis terus kok," sahut Rianty sembari mencolek pipi Arfi gemas.
"Arul kemana mba? Kok gak ikut kalian?"
"Arul sama ayah tadi di depan. Biasalah, kamu kayak gak tau Arul aja kalo ketemu ayah gimana," jawab Ara sambil terkekeh mengingat tingkah putra sulungnya yang selalu manja dengan sang kakek.
Rianty pun ikut terkekeh pelan. Sudah hapal betul dengan kelakuan Arul. Mungkin jika Arul bertemu dengan Rianty saat ini, dia akan segera pindah haluan dan bermanja ria dengan Rianty.
Dan benar saja. Belum ada 5 menit Arul sudah berlari menghampiri Rianty dengan raut wajah yang sangat bahagia.
"Tante Rianty!" panggilnya dengan berlari melepaskan cekalan sang kakek. Sang kakek hanya geleng kepala. Memang begini jika sudah bertemu Rianty.
"Tante nanti kita jalan-jalan lagi ya. Arul mau es krim pokoknya sama permen lolipop yang gedeee banget," ucap Arul dengan semangat.
"Iya nanti kita jalan-jalan sama Om Adrian terus sama Tante Natalie juga ya," ujar Rianty menyanggupi.
Arul menggeleng kuat. "Arul maunya jalan-jalan sama Tante Rianty sama Om Adrian aja, gak mau sama Tante Natalie."
"Loh kenapa?"
"Kalo Tante Natalie ikut, Arul yang gak mau ikut," kekehnya tanpa memberi penjelasan lebih.
"Iya deh iya nanti jalan-jalannya sama Om Adrian aja," ujar Rianty mengalah. Arul jadi semangat lagi mendengarnya.
"Jagoan om kenapa? Kok keliatannya seneng banget sih," kata Adrian yang kini berjalan mendekati mereka.
"Nanti kita jalan-jalan kayak dulu lagi ya, om. Arul pengen banget jalan-jalan sama Tante Rianty sama Om Adrian lagi," ucap Arul.
"Tante Natalie boleh ikut gak?" tanya Natalie yang terlihat ingin mengakrabkan diri dengan Arul.
Arul mendelik kecil lantas menggelang. "Tante gak boleh ikut. Nanti tante gangguin Om Adrian sama Tante Rianty pacaran. Arul gak mau liat Tante Rianty sedih," katanya dengan wajah polos anak kecil itu.
Natalie mengatupkan bibir. Tersenyum kecut mendengar pernyataan yang terlontar dari si mungil Arul. Sedekat itukah Rianty dengan keluarga Adrian? Hinggal si kecil Arul saja bisa menyimpulkan bahwa keduanya memiliki hubungan istimewa seperti yang Natalie pikirkan saat mereka tidak sengaja bertemu saat itu.
*****
Gimana? Gimana? Gimana? Puas gak sama part ini? Kecewa gak sama Adrian yang labil? Kesel gak sama Rianty yang pasrah? Kangen gak sama Jovi yang jail?
Jangan lupa vote dan komennya zeyeng:)))
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...