8

854 38 0
                                    

Rianty sampai di rumah. Hari ini dia pulang diantar oleh Franda. Karena Elvano masih belum ada kabar. Di rumah Rianty sepi tak berpenghuni. Sang ibu sedang pergi, dan sang ayah sudah pasti bekerja.

Rianty berjalan menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya.

Bukankah hari ini adalah hari spesialnya? Tetapi mengapa orang yang spesial baginya tak ada?

Perasaanya semakin tak karuan. Ia bingung. Harus mengakhiri ini dan kembali pada Reyhan atau melanjutkan hubungan ini walaupun tak sejalan?

Saat ia berbaring handphone miliknya bergetar. Ia meraihnya dengan malas. Tanpa melihat siapa yang menelponnya. Ia langsung mengangkat dan meletakkan ke telinganya.

"Hallo, siapa ya?"

"Ini gue Adrian , Ri."

"Eh, Ad- eng Rian- eh Adrian"

"Panggil Ian aja kalo lo mau."

"Emang boleh?"

"Boleh dong kalo untuk bidadari kayak lo. Hehe"

"Gombal aja lo bisanya."

"Mending gombal lah dari pada gembel."

"Eh iya juga sih. Hehe."

"Lo kenapa nelpon gue?"

"Pengen aja."

"Eh?"

"Kenapa?"

"Enggak."

"Ohh gitu."

"Ian?"

"Hm?

"Lo tau gak Elvano kemana?"

"Eh iya gue lupa."

"Lupa apa?"

"Gue mau ke mabes. Udah dulu ya!"

Adrian menutuskan sambungan telponnya secara sepihak. Membuat Rianty mendengus kesal. Pertanyaannya belum dijawab. Main tutup aja tuh telpon.

*****

Elvano pulang lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan. Ia merasa sangat lelah, sehingga ia memutuskan untuk langsung tidur. Tetapi tidurnya tidak nyenyak karena sang kakak mengganggunya.

"Van?"

"Hm?"

"Bangun, abang mau cerita!"

"Vano ngantuk bang, besok pagi aja deh ya." Ucapnya tanpa membuka mata.

Vano. Begitulah panggilan kesayangan dari sang kakak.

"Ck. Bangun cepetan!"

"Iyaudah cerita cepet!"

"Oke. Kamu dengerin ya!" Ucap Alvino, kakak dari Elvano yang terpaut usia 4 tahun darinya.

"Jadi gini abang tuh........" Vino bercerita panjang kali lebar tambah tinggi. Tetapi adik kesayangannya ini malah tertidur pulas.

"Jadi dari tadi abang cerita kamu malah tidur Van?" Tanyanya pada Elvano yang jelas-jelas sudah tidur pulas disampingnya.

"Untung adek satu-satunya, kalo bukan udah ku tendang dari sini, Van." Ucapnya sambil menggelengkan kepala atas tingkah adiknya ini.

ADRIANTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang