Pagi ini Rianty diantar ke sekolah oleh Abi. Karena Jovi tidak memberinya kabar sejak pulang dari rumahnya kemarin.
Rianty membiarkan Jovi untuk menenangkan diri lebih dulu. Agar setelahnya dia bisa lebih terbuka dengannya.
"Eh, Ri!" sapa Franda saat sudah memasuki gerbang sekolahnya. "Malam minggu Jovi nginep rumah lo?"
Rianty mengangguk samar dengan wajah yang sendu jika mengingat keadaan Jovi saat itu.
"Kok bisa?"
"Dia ke rumah gue dengan keadaan yang lagi kacau banget, Nda. Lo tau gak dia kenapa?"
"Aduh, gimana ya? Kayaknya kalo masalah ini mending dia deh yang cerita langsung," ucap Franda yang memang bingung untuk menjelaskan kepada Rianty.
"Iyaudah, nggak papa."
Saat langkah Rianty dan Franda lebih dalam lagi. Datanglah Jovi dengan motor miliknya yang jok belakangnya berisikan gadis cantik. Namun terlihat asing bagi Rianty. Rianty mengerjap memperhatikan lebih lekat lagi. Dan itu memang benar Jovi, tetapi siapa gadis itu? Kenapa bisa bersama Jovi?
"Ri, lo-"
"Udah kesiangan, Nda, gue jaga barisan nih hari senin," potong Rianty seolah dia terlihat biasa saja.
Franda diam, menuruti Rianty berjalan menuju kelas. Dalam hatinya masih merutuki Jovi dengan gadis itu. Franda kesal, kenapa bisa gadis itu bersama Jovi sekarang? Apa jangan-jangan gadis itu sekarang sekolah disini?
Rianty keluar kelas dengan membawa topi siap untuk upacara. Berpapasan dengan Jovi dan Satria yang sedang berjalan menuju lapangan. Jovi masih menunduk memakai dasinya.
"Selamat pagi pacar Jovi!" sapa Satria ramah saat melihat Rianty. Jovi yang sedang menunduk pun secara refleks mendongak untuk melihat wajah Rianty.
Rianty lalu tersenyum. "Jo," panggilnya.
Jovi malah mengalihkan pandangannya ke Satria. "Gue duluan," ucap Jovi lalu meninggalkan Rianty dengan Satria.
Satria jadi bingung. Tak mengerti apa yang sedang terjadi diantara keduanya. Tapi memang terlihat ada yang tidak beres dari Jovi.
"Cepetan ke lapangan, upacara udah mau mulai,"
Satria meringis canggung. Lalu beranjak pergi meninggalkan Rianty.
*****
"Tumben banget Jovi gak nyamperin lo," ucap Naya heran karena hari ini Jovi tidak menghampiri Rianty untuk ke kantin bersama.
"Nggak papa kali, Nay, kan gue masih ada kalian. Gak selamanya harus sama dia," ucap Rianty santai. Padahal hatinya pun sudah bertanya-tanya kenapa Jovi berubah.
Franda hanya melirik sekilas. Melihat Rianty yang berusaha tegar dihadapan mereka. Padahal Franda tau bagaimana perasaan Rianty saat ini. Pasti sedang tidak karuan rasanya.
"Eh, tapi kerasa gak sih sejak Rianty pacaran sama Jovi kita jadi lebih seru gitu, liat tingkah anehnya Satria, sering adu mulut sama mereka, ya berantem kecil gitu," komentar April.
Naya tertawa geli. "Iya juga sih, jadi makin rame dan gak suntuk."
"Lo berdua malah rumpi aja, cepetan gih jalannya gue udah laper," sahut Franda mengalihkan pembicaraan tentang Jovi sekarang dihadapan Rianty.
"Loh itu cewek siapa? Kok bisa sama mereka bertiga?" ucap April heran saat melihat tiga cowok itu ditemani dengan satu cewek. Ucapan April membuat Rianty langsung menghentikan langkah dan melihat arah pandang April.
April benar. Di samping Jovi sudah ada cewek yang tadi pagi berangkat sekolah bersama Jovi. Rianty berjalan menghampiri meja mereka.
"Jo," panggil Rianty lirih.
Jovi menoleh dan menemukan Rianty sudah berdiri dekat dengan meja mereka. Jovi kembali mengalihkan pandangannya.
"Gue udah kenyang, gue duluan," ucapnya sontak membuat Satria dan Jevin mengernyit heran. "Ayo, Rain!" Jovi beranjak dan menggandeng lengan gadis itu. Berjalan menjauh dari mereka. Mungkin lebih tepatnya lagi pergi menjauh dari Rianty.
"Sini Ri duduk!" suruh Satria yang tak enak dengan Rianty.
Rianty hanya tersenyum lembut padanya. Franda yang sudah kesal tidak bisa lagi menutupi emosinya. Naya dan April mendekati Rianty. Mencoba menguatkan Rianty. Sedangkan Franda malah keluar dari area kantin dengan tergesa-gesa.
Dia menemukan Jovi yang akan mengantar gadis itu ke kelasnya. "Rain bisa ke kelas sendiri kan?" Gadis yang bernama Rain itu mengangguk paham.
"Nda,"
"Gue mau ngomong sama lo," potong Franda begitu saja. Lalu tersenyum kepada Rain sekilas sebelum dirinya menarik tangan Jovi dengan paksa.
"Maksud lo apa?" tanya Franda saat mereka berdua sudah berada di toilet ujung koridor. Tempat dimana Jovi dan yang lainnya bolos.
"Apaan? Gue gak ngerti," jawab Jovi seolah tidak tau apa-apa.
"Kenapa lo kayak gini? Lo berubah Jo, lo gak pernah mikirin perasaan Rianty saat lo berubah gini?"
"Udah lah, Nda gak perlu dibahas."
"Apa lo bilang? Gak perlu dibahas? Lo gila? Hah? Jawab!" cecar Franda. "Jelasin siapa Rain sebenernya, jangan malah lo jauhin Rianty!" Amarah Franda sudah mencapai puncaknya.
"Gue gak bisa, Nda,"
"Kenapa gak bisa? Lo tinggal jelasin kok."
"Gue gak pantes buat dia, Nda," ucap Jovi lirih. Franda jadi mendelik tidak percaya dengan apa yang baru saja Jovi ucapkan. "Gue cuma anak broken home yang gak punya masa depan, yang bisanya cuma nyusahin orang. Dia pantes dapet yang lebih baik dari gue, Nda."
"Lo kenapa sih, Jo?"
"Keluarga gue beda jauh sama keluarga dia yang keliatan harmonis. Keluarga gue berantakan. Gue juga cowok gak jelas, lo tau itu kan, Nda? Gue takut gak bisa bahagiain dia, Nda."
"Jo, lo ngomong apa sih? Dengan kayak gini apa lo buat dia bahagia? Gak kan? Dia malah makin sedih, dia kecewa sama lo pasti. Jangan buat kepercayaan dan kesempatan dari dia sia-sia."
"Gue gak bisa, Nda, biarin gue menjauh, biar sekalian dia mutusin gue. Gue cuma mau dia bahagia, Nda."
Franda menghela nafas frustasi. "Kalo lo gak mau jelasin siapa Rain sebenernya, biar gue yang jelasin sekarang ke dia," ucap Franda membuat Jovi menahannya.
"Oke, gue bakal jelasin ke dia, tapi tolong kasih gue waktu. Gue mau dia terbiasa tanpa gue saat ini," ucap Jovi pada akhirnya.
"Kalo lo masih ngulur waktu untuk jelasin ke dia, gue siap buat jelasin ke dia langsung," ancam Franda.
"Gue janji bakal jelasin semuanya ke dia, tapi lo tau kan gue paling sensitif kalo cerita tentang keluarga,"
"Dia pacar lo Jo, apa salahnya lo cerita ke pacar lo sendiri sih?"
"Dia cuma pacar gue, Nda, gue rasa dia gak harus tau semua tentang keluarga gue yang berantakan ini."
"Terserah lo deh ya. Yang gue mau lo harus kasih tau Rianty siapa Rain sebenernya."
Setelah mengatakan kalimat itu, Franda pergi meninggalkan Jovi begitu saja. Jovi menghela nafas berat. Pikirannya kacau saat ini. Begitu juga dengan hatinya. Jovi menyandarkan tubuhnya pada dinding kokoh yang ada di belakangnya. Berangsur duduk di bawah dengan tatapan tak terbaca. Sesekali membenturkan kepalanya pada dinding itu.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...