57

483 18 1
                                    

Adrian tengah berkonsentrasi untuk menembus jalanan malam yang semakin sepi. Diliriknya Rianty yang sudah tertidur pulas. Rianty memang terlihat kelelahan. Adrian tersenyum kecil memandangi wajah Rianty yang terlihat anggun saat tidur seperti ini. Cinta Adrian pada Rianty memang nyata, hanya saja sulit untuk digapai. Rianty sudah terlalu jauh melangkah sehingga Adrian kesulitan menyamai langkahnya.

Adrian menghentikan mobil itu di pinggir jalan yang sedang sepi. Ditatapnya wajah Rianty lekat. Pipi tembam yang menggoda untuk dicolek. Serta bibir pucat karena tak berpoles apapun. Sungguh indah memandang Rianty yang memang natural ini. Cantiknya Rianty memang dari dalam. Pesonanya sungguh menawan.

Adrian mengelus pucuk kepala Rianty dengan sayang. Lalu menyelipkan anak rambut yang jatuh menutupi wajahnya. Kemudian menghela nafas pelan. "Kalo aja gue gak telat pasti lo udah jadi milik gue sekarang." Jemari Adrian kini beralih mengusap pipi gembul Rianty.

Tanpa berpikir panjang Adrian mencium kening Rianty cukup lama. Membuat Rianty mengerjapkan mata tersadar. Ada sesuatu yang kenyal menyentuh keningnya. Dan saat dia membuka matanya ternyata Adrian sedang menciumnya. Adrian langsung menjauhkan diri dari Rianty. Rianty hanya diam dan tak berani mengatakan satu patah kata. Melirik Adrian saja Rianty tidak berani.

Kini hanya keheningan malam yang menemani mereka berdua di dalam mobil. Adrian masih dengan santainya mengendarai mobil. Sedangkan jantungnya sudah berdetak kencang. Hingga akhirnya mereka sampai di rumah Rianty dengan selamat.

"Maaf." Adrian lebih dulu memulai pembicaraan sebelum keluar dari dalam mobil.

"Lupain aja yang lo lakuin tadi," ucap Rianty begitu santai. Adrian pikir Rianty akan marah padanya dan tidak mau menemuinya lagi. Tapi ucapan Rianty tadi tidak menunjukkan itu, melainkan kalimat yang di dalamnya tersirat sangat datar dan dingin.

Rianty dan Adrian berjalan memasuki rumah. Adrian menukar kembali kunci mobil yang tadi dia pakai dengan kunci motor miliknya. Setelah itu berpamitan untuk pulang kepada Abi dan Sita.

*****

Adrian dan yang lainnya sudah memenuhi rumah Rianty. Rumah yang biasanya sepi itu kini mendadak ramai. Ini pasti ulah Adrian. Dia pasti tau jika Rianty bosan di rumah saat liburan seperti ini. Adrian menghubungi temannya yang juga teman Rianty. Yang memiliki waktu luang dipersilakan ikut ke rumah Rianty siang ini.


"Tumben banget rame-rame kesini?" tanya Sita yang membukakan pintu.

"Iya tan, biar Rianty gak bosen di rumah terus jadi mending kita main kesini," jawab Adrian sembari melempar senyum.

"Ada Vano sama Oji juga ternyata, udah lama banget kalian gak kesini loh."

Yang merasa disebut namanya hanya tersenyum tipis.

"Ini siapa? Kok tante baru liat," tanya Sita lagi saat Diko menyalaminya.

"Diko tante," ucap Diko sopan.

"Tumben Faren gak keliatan, biasanya kalo ada Vano sama Oji pasti ada Faren," ujar Sita yang masih kepo.

"Faren lagi jemput Franda, tan," jawab Adrian.

Sita mempersilakan mereka semua untuk masuk untuk menunggu Rianty yang masih bermalas-malasan di dalam kamar.

"Tante ada amanah nih dari mama, kata mama ditunggu buat berangkat arisan bareng," ujar Elvano yang teringat amanah yang diberikan oleh sang ibu sebelum berangkat kesini.

ADRIANTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang