Satria dan Jevin tengah asik menghirup asap rokok di toilet ujung koridor itu. Karena toilet itu sangat ujung jadi jarang ada yang kesana. Maka dari itu selain bolos ke tempat Babeh mereka sering bolos di toilet ujung koridor ini. Cukup aman.
"Bang!" panggil Naya yang mendekat kearah Satria yang masih bergelut dengan asap rokok.
Satria menoleh. Dan menghembuskan asap dari mulutnya.
"Matiin rokok lo!" pinta Naya yang tidak suka asap rokok.
Satria dan Jevin langsung membuang puntung rokok itu dan menginjaknya agar apinya mati.
"Ngapain lo kesini?"
"Gue bosen ngeliatin Rianty sama Jovi pacaran mulu," keluhnya kepada sang abang.
"Bilang aja lo iri," sahutnya.
"Ish, ya bukan gitu. Gue envy liatnya, jadi galau sendiri."
Satria menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah adik kembarnya ini. "Makanya cari doi biar gak sendiri terus."
"Lo ngomongin gue nyari doi, lah apa kabar sama lo?"
"Gue mah gampang," jawabnya meremehkan.
"Halah, sok banget bilang gampang. Lo aja gak berani bilang sama kawan gue."
"Itu beda lagi urusannya," Satria membela dirinya.
"Bener kata adek lo tuh, Sat," Jevin membenarkan ucapan Naya.
"Sekarang tuh percuma bilang sama dia, dia aja masih ngebet banget sama si ketos dingin itu."
"Ya justru itu lo harus gas terus biar dia bisa lupa sama si ketos," cecar Jevin.
Satria berdecak kesal. Jadi malas membahas perasaan. "Lo jangan sok ceramahin orang, lo juga kalo berani bilang ke orangnya langsung," Satria menyeringai. Merasa menang dari Jevin yang sudah kicep.
"Lo masuk kelas aja sana!" Satria menyuruh Naya kembali ke kelas. Naya mengerucutkan bibir kesal. Namun tetap berbalik jalan ke arah kelasnya.
"Gue mau ke kelas," Jevin beranjak meninggalkan Satria.
"Ye si anjir, malah gue yang ditinggal sendiri. Jadi berasa banget jomblonya," cibir Satria.
"Lo emang jomblo kali," sahut Jevin yang belum jauh.
Satria mengumpat. Jevin terlalu jujur jika tentang Satria yang jomblo. Ucapannya kadang suka benar.
*****
"Kamu mau ke rumah sakit gak?" tanya Jovi yang sudah menghampiri Rianty saat bel pulang tiba.
"Sebenernya sih nanti malem, tapi kalo kamu mau kesana yaudah sekalian aku ikut."
"Yaudah sekarang aja."
Rianty setuju. Mereka melangkah ke parkiran tempat dimana motor Jovi terparkir.
"Kok kamu bawa helm dua?" Rianty menerima helm pemberian Jovi.
"Tadi pagi aku jemput kamu, tapi ternyata kamu udah berangkat duluan."
"Jadi tadi pagi kamu jemput aku?"
Jovi hanya mengangguk. "Cepet naik, keburu sore."
Rianty menaiki motor Jovi. Bukan pertama kalinya Rianty berdua dengan Jovi seperti ini. Tapi kali ini kegugupan Rianty bertambah. Tidak tau apa alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIANTY
Teen FictionMencintaimu adalah hal terindah Merindukanmu sudah pasti kurasa Memilikimu hanya impian semata Bersamamu adalah harapanku juga ~Rianty Febriana~ Ini kisah Adrian dan Rianty yang diselingi oleh orang ketiga, tetapi menjelma sebagai tokoh utama. Start...