5

7.1K 163 5
                                    

Sasya berjalan kearah gerbang,dengan menyandang ransel hitamnya,seharian disekolah,Sasya tidak berani keluar kelas,cuma gara-gara dia canggung bertemu Rava,yeah,perkataan Rava ditaman waktu itu berhasil membuat Sasya mabuk kepayang.


"mau pulang?"tanya seseorang yang membuat Sasya menoleh kearah pemilik suara .

"Sendiri?"tanya Sasya ketika menyadari pemilik suara itu ialah Raka.

"Iya,mau bareng?"tawar Raka.

"Nggak nggak,takut ngerepotin"tukas Sasya.

"Ngga ko,ayo,sekalian temenin cari makan"cengir Raka.

Raka melirik Sasya yang berdiri dibalik kemudinya,"mau gue bukain pintu?"

Sasya yang merasa tertegur oleh kata Raka,langsung membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya.

Keheningan menyapa keduanya untuk beberapa saat,sampai Raka membuka suara.

"Gimana kemaren?"tanya Raka yang membuat Sasya menoleh padanya.

Sasya mengernyitkan dahinya,"ooh yang ditaman itu?"

"Mm, gue ngga tau apa yang sebenarnya terjadi sama kalian,gue pikir kalian suka satu sama lain,dan mau gak mau gue harus milih mundur"

"Hah?gimana?"Sasya mencoba memahami kata yang keluar dari mulut Raka.

"Ah lupain aja,kita udah sampai"kata Raka mengalihkan pembicaraan dan keluar dari mobilnya.

Sasya masih terdiam,dan tak berkutik sedikit pun.

"Heyy ayo turun"Raka tertawa kecil menyadari raut muka heran Sasya.

Keduanya masuk kedalam restoran,Sasya mengambil duduk didepan Raka,dengan menopang dagunya dengan tangannya.

"Ka?are you ok?"tanya Sasya yang langsung saja memegang dahi Raka.

"Emang gue kelihatan kayak orang sakit ya?"tanya Raka.

"Bukan kelihatan Raka,tapi lo emang sakit,suhu tubuh lo panas banget"celetuk Sasya.

"Gue gapapa kok,yok makan,keburu dingin nanti"balas Raka.

Sasya meraih sendok didepannya dan mulai memakan makanan yang ada didepannya.

Setelah keduanya selesai makan,langsung saja mereka berjalan kearah parkiran, tiba-tiba saja Raka menarik tangan Sasya yang berjalan didepannya.

Sasya yang merasa tangannya ditarik pun menoleh kebelakang,"Raka!!"

Sasya panik saat menyadari wajah Raka terlihat pucat,dan Raka seperti tidak memiliki energi lagi untuk bertahan.

"Masuk kemobil dulu ka"kata Sasya yang membukakan pintu untuk Raka.

Sasya berjalan kearah kemudi dan mulai melajukan mobilnya.

"Kita kerumah sakit aja ya"minta Sasya.

Sasya menoleh kearah Raka,dan menyadari Raka sudah bercucuran keringat dingin,bibirnya pucat,dia benar-benar sakit sekarang,bagaimana bisa?padahal tadi dia terlihat sangat sehat.

***-***


Sasya berjalan kearah dokter yang baru saja menangani Raka,"dia baik-baik saja kan Dok?"

"Dia cuma kelelahan,tapi sebaiknya untuk sementara waktu dia harus dirawat dulu,dia juga harus banyak istirahat,dan satu lagi,matanya menjelaskan kalau dia jarang tidur"balas dokter yang diangguki Sasya.

Sasya membuka pintu,dan berjalan mendekat kearah Raka.

"Makasi ya"balas Raka yang masih terlihat pucat.

"Dokter bilang lo kelelahan"

Raka memaparkan senyumnya,dan tanpa sadar dia meraih tangan Sasya dan menggenggamnya.

"Gue kelelahan karena selalu mikirin lo Sya"

"Ihh masih bisa bercanda ya lo"kata Sasya gemas dan memegang pipi Raka.

Klekk

Keduanya tersadar ketika mendengar suara pintu tertutup.

"Siapa?"tanya Raka.

Sasya mengangkat bahunya,"gue liat dulu ya"

Sasya berjalan keluar dan tidak menemukan siapapun disana, Sasya melirik gawainya yang berdering.

"Maaf ya,gue gajadi kesana"~Rava

"Loh kenapa?terus Raka gimana?"~Sasya

"Gue ada urusan,lo tenang aja,gue udah ngabarin nyokap bokap nya kok,jagain dia ya"~Rava

Dduutt

Sasya mengernyitkan dahinya,padahal dia belum membalas perkataan Rava,kenapa Rava malah menutup telfonnya.

Sasya memegang gagang pintu, berniat untuk kembali kedalam,tapi langkahnya terhalang ketika seseorang memanggilnya.

"Eh Tante,om"sapa Sasya ketika menyadari yang memanggilnya ialah orang tua Raka.

***-***

Rava berlari memasuki mobilnya,dia baru saja menerima telfon kalau Raka masuk rumah sakit,kenapa dia bisa bersama Sasya?sesore ini.

Rava menaruh mobilnya diparkir dan langsung masuk menuju lift,Sasya mengatakan kalau dia berada dilantai 4.

Akhirnya,saat Rava keluar dari lift,dia langsung melihat Sasya yang tengah berbicara dengan dokter,Rava melangkahkan kakinya kesana,tapi dia harus mengangkat telfonnya yang baru saja berdering terlebih dahulu.

"Iya Tante,dilantai 4"~Rava menutup telfonnya.

Ya baru saja nyokap Raka menelfonnya,setelah menyimpan handphone nya,Rava melihat Sasya tidak ada lagi disana,mungkin dia sudah masuk.

Rava membuka pintu ruang itu,dan

Degggg

Rasanya jantung Rava berhenti untuk sementara,apa yang dia lihat?Raka? menggenggam tangan Sasya?bahkan Raka menatap Sasya dengan sangat tulusnya.

"Gue kelelahan karena selalu mikirin lo Sya"

"Ihh masih bisa bercanda ya lo"Sasya memegang pipi Raka.

Bagaimana bisa Rava masuk kedalam sana?apa yang dikatakan oleh Raka barusan?apa dia mencintai Sasya?ah bahkan Sasya memegang lembut pipi Raka.

Rava mengepalkan tangannya dan menutup pintu dengan keras,dia tidak habis pikir,jika benar yang dipikirkan oleh Rava terjadi,lantas bagaimana dengan Raka?teganya dia menghianati sahabatnya sendiri, jelas-jelas dia tahu kalau Rava sangat menginginkan Sasya.

Rava kembali keparkiran,mencoba menelfon Sasya,dan mengatakan kalau dia tidak bisa kesana sekarang.

Setelah menutup telfonnya,Rava dengan emosi memukul dinding yang ada didepannya,yang ngebuat tangannya lecet.

"Seharusnya lo jujur ka"..

Hy apa kabar semua😇

Jangan lupa vote,
Share & comment ya😉

Angel Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang