25

4.1K 96 6
                                    

Rava memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah Sasya,hari ini Rava berencana ingin mengikuti kemana Sasya pergi. Sudah hampir satu jam Rava duduk manis dalam mobilnya,tapi gadis yang ditunggunya tak kunjung keluar dari rumah.

Akhirnya perjuangan Rava duduk berjam-jam dalam mobil pun tidak sia sia, Rava melihat Sasya keluar dari rumahnya,tapi keliatan Sasya tidak membawa mobil,dia berdiri didepan rumahnya sambil menunggu taxi.

Rava mengikuti kemana taxi yang ditumpangi Sasya pergi,hingga taxi tersebut berhenti tepat didepan rumah sakit. Sebelum turun dari mobil untuk mengikuti Sasya, Rava terlebih dahulu mengenakan topi dan masker yang dia beli hanya untuk memata-matai Sasya.

Sasya terlihat duduk disebuah kursi yang ada disalah satu rumah sakit tersebut,tak lama seorang wanita dengan rok selutut datang menghampiri Sasya. Rava mengikuti keduanya,disaat Sasya dan dokter sedang berbicara didalam, Rava membuka pintu ruangannya dengan pelan,dengan pintu yang sedikit terbuka, Rava dapat mendengar percakapan keduanya.

"Bagaimana dengan perkembangannya??apa sudah terasa membaik?"tanya dokter itu.

"Belum tan"balas Sasya.

Wanita tersebut merupakan adek papanya,yang dikenal bernama Dilla,dan dia juga dokter di rumah sakit tempat Sasya berobat.

"Obatnya kamu minum kan?

"Waktu itu obatnya nggak sengaja jatoh,jadi aku nggak tau jatohnya dimana"balas Sasya.

"Terus kamu nggak minum obat dong?"tanya Dilla.

Sasya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dilla terlihat menuliskan resep obat Sasya dikertas,dan memberi kan nya kepada Sasya.

"Kamu harus rutin minum obat,dan jangan sampai hilang lagi,minggu depan kamu datang temui tante kesini,mama sama papa kamu sudah tau tentang keadaan kamu sekarang??"

"Belum,aku belum ngasih tau siapa-siapa"

"Kamu harus ngomong sama orang tua kamu,jangan tunggu sampai situasi memburuk baru mereka tau"

"Baik tan,aku akan kasi tau mama sama papa nanti,kalau gitu aku permisi dulu"pamit Sasya sambil berdiri dari duduknya.

Rava yang menyadari Sasya yang akan berjalan kearah pintu pun langsung menutup pintunya,dan duduk dikursi yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Sasya keluar dari Ruangan tersebut sambil memasukan kertas yang tadi diberikan oleh Dilla kedalam tasnya.

"Sebenarnya lo sakit apa sih Sya?kenapa gue takut ya?"batin rava.

*•••=•••*

sasya melangkahkan kakinya masuk ke sebuah perusahaan yang terlihat besar yang ada didepannya,saat sampai di lobi, Sasya menanyakan dimana ruangan papanya, Sasya tidak mengetahui dimana ruang kerja papanya dikantor ini,karna dia belum pernah datang kesini, Sasya pikir kantor yang didatanginya waktu itu ialah kantor papanya,ternyata itu cuma salah satu anak dari perusahaannya.

"Permisi mbak!!ruang kerja nya pak Gito dimana ya?"tanya Sasya.

"sebelumnya Maaf,mbak ada perlu apa dengan pak Gito?"tanya karyawan yang ada di lobi tersebut.

"urasan pribadi,mbak nggak boleh tau"balas Sasya.

"Maaf mbak,kalau belum ada janji dengan beliau,kami tidak bisa memberi tau ruangannya,karna bentar lagi ada meeting"

"Yaelah,ribet banget sih,pake janji segala,emang segitu pentingnya ya meeting itu?"ketus Sasya sambil memukul meja yang ada didepannya.

"maaf mbak,kalau mau cari ribut jangan disini,nanti karyawan lain ke ganggu"

Angel Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang