46

3.6K 67 0
                                    

Rava berjalan keluar dari kantornya,dan hendak berjalan menuju mobil yang dia parkirkan didepan perusahaan yang tampak besar.

"Rava tungguin aku"teriak Alya yang baru keluar dari balik pintu kantor.

"Apa?"tanya Rava dengan datarnya.

"Kenapa aku ditinggalin sih,emangnya kamu nggak mau ngantar aku pulang apa"kata Alya yang sekarang sudah berada didepan Rava.

"Sampai kapan kamu ngikutin aku terus,aku kekantor kamu ikutin,aku balik kerumah juga kamu ikutin,aku itu bukan anak kecil yang harus terus diawasi"kata Rava dengan nada yang sedikit ditinggikan.

Rava membuka pintu mobilnya dan hendak masuk kedalam,tapi ia murungkan niatnya itu, Rava kembali menatap Alya.

"Aku mohon sama kamu,jangan menanggapi suatu hubungan dengan serius,walaupun orang tua kita tau bahwa kita berdua itu pacaran,tapi aku nggak pernah mengakui itu semua,bahkan aku belum pernah menyatakan cinta sama kamu"setelah menyampaikan kata pedasnya, Rava langsung masuk kemobilnya dan meninggalkan Alya ditempat.

Alya mengernyitkan dahinya,dan mencoba mencerna baik-baik omongan Rava.

"Dia selalu membiarkan wanita berjuang dengan sendirinya"kata Alya sambil mengepalkan kedua tangannya.

Rava melajukan mobilnya balik ke apartement untuk istirahat,tubuhnya terasa sangat lelah,saat sampai disana, Rava menaiki sebuah lift untuk menuju lantai kamarnya.

Rava melirik seorang pria berseragam putih yang berdiri disebelahnga,pria itu memakai topi  yang membuat wajahnya tak terlihat,dia terlihat membawa sebuah kotak yang bertuliskan nama Sasya,karna penasaran akan nama itu,Rava memutuskan untuk bertanya.

"Mau kelantai berapa?"tanya Rava.

"13"balas pria tersebut dengan sedikit senyuman.

Merasa sangat kenal dengan suara tersebut, Rava dengan santainya menarik topi yang tadinya melekat dikepala si pria.

"Hey ternyata itu kamu"kata Rava.

"Sudah lama tidak ketemu"terlihat keduanya berjabat tangan.

"Ngapain kamu kelantai tiga belas?dan kotak itu?"tanya Rava.

"Kotak ini isinya obat,aku mau mengantarnya kekamar Sasya"balas pria yang merupakan dokter yang familiar dengan sebutan Afri.

Dokter itu dulunya merupakan dokter pribadi mamanya,dan sekarang malah beralih menjadi dokter pribadi Sasya.

"Apa dia masih mengonsumsi obat?"tanya Rava.

"Ya begitulah,selama bertahun&tahun ini dia sangat ketergantungan dengan obat,sebenarnya dia bisa saja dirawat dirumah sakit,tapi dia menolak"jelas Afri.

"Sudah lama kamu nggak ngirim kabar kesehatan sasya keaku"kata Rava.

"Bagaimana nggak?aku selalu mengirimnya,salah kamu sendiri,siapa suruh ganti handphone"sinis Afri.

"Kamu tau dari mana kalau aku ganti handphone?"heran Rava.

"Kamu nggak perlu tau aku taunya dari mana,nih"Afri memberikan kotak yang tadi ketangan Rava.

"Buat apa?"tanya Rava.

"Aku tau kamu itu pengen banget ketemu sama Sasya,sebagai anak yang baik,kamu gantiin aku buat nganterin obat ini ke kamar Sasya,dia sekarang udah diatas"jelas Afri.

Afri membuka topinya dan menaruhnya dikepala Rava,begitu juga dengan jubah putih selututnya,ia menyuruh Rava memakai itu agar tidak dikenali oleh Sasya.

****-****

Sasya mengayunkan kakinya turun dari kasur,sebuah bunyi bel berhasil mengganggu istirahatnya,padahal kepalanya terasa sangat sakit hari ini.

Angel Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang