56

3.3K 59 0
                                    

Hujan yang turun dengan derasnya membasahi apa saja yang ditimpanya,ditambah dengan angin yang kencang,diiringi oleh suara petir yang saling bersautan.

Sasya terus berjalan menerpa derasnya hujan,sepanjang jalan dia terus menangis,bahkan sangat sulit membedakan mana air matanya dan mana air hujan, karena keduanya saling berpadu dalam satu waktu.

Gemuruh yang bising tidak menghentikan langkahnya,jarak rumahnya masih sangat jauh,tidak ada niat terbesik dibenaknya untuk naik taxi sampai rumah,dia tetap bersikeras mengayunkan kakinya.

Dari kejauhan,tepatnya dibelakang sasya,seorang pria terus mengikutinya,bahkan pria itu mengikuti Sasya dari tadi,keadaan yang sangat gelap,hanya dengan bantuan lampu jalan yang minim,tapi tetap saja,wajah pria itu tampak tidak jelas.

Sebuah kilat yang terlihat menyala,membuat Sasya terkejut dan ketakutan,sangat mengerikan bagi Sasya berjalan dijalanan yang sepi tanpa penghuni,bahkan Sasya tidak berfikir akan keselamatannya,andai saja ada orang jahat disekitar sana,apa yang akan dilakukan oleh Sasya.

Sasya dengan seketika berjongkok ditepi jalan sambil menutup kedua telinganya,bertepatan dengan petir yang sangat memekakkan telinganya berhasil menyapa dan membuat gadis tersebut ketakutan.

Sasya menatap kedepan,hujan semakin lebat,kemudian dia kembali menutup telinganya dan hanya bisa berjongkok dengan ketakutan di tepi jalan.

Sasya menangis dengan terisak-isak,suara tangisannya ditutupi oleh suara hujan,dan air matanya disapu bersih oleh air hujan yang mengalir diwajahnya.

Tiba-tiba sasya merasa tubuhnya dipeluk dengan sangat erat,Sasya tidak bisa melihat siapa yang baru saja memeluknya,sepertinya itu seorang pria,Sasya dapat merasakan getaran pada tubuh pria tersebut.

Tidak ada suara yang keluar dari mulut pria itu,malahan dia tambah mempererat dekapannya, karena merasa risih, Sasya mendorong tubuh pria tesebut dengan semua tenaganya,dan alhasil pria tersebut terduduk diaspal.

"Rava"kata Sasya.

Ya pria yang mengikuti Sasya sedari tadi itu ialah Rava,disaat Sasya baru keluar dari bar, Rava langsung mengikutinya, karena keadaan hari udah malam,bukan Rava orangnya yang akan ngebiarin cewek keluyuran malam-malam,apalagi Sasya,dan Sasya juga dalam keadaan mabuk waktu itu.

Rava memberikan sedikit senyuman ke Sasya,lalu dia berdiri dan menghampiri Sasya yang masih setia menunuduk ketika berada dihadapan Rava.

Rava mengulurkan tangannya kewajah Sasya,sekilas Sasya melihat tangan itu,dan menyambutnya, Sasya berdiri berkat pertolongan uluran tangan Rava.

Disaat Sasya baru berdiri, Rava langsung memeluk tubuh Sasya yang sudah basah kuyup,begitu juga dengan dirinya,perlahan hujan mulai mereda.

Rava melepaskan dekapannya,menatap wajah Sasya dengan sangat dalamnya,tangannya dia gunakan untuk mengusap wajah sembab Sasya.

"Kita pulang ya"kata Rava sambil beralih menggenggam tangan Sasya.

Rava memutar langkah kembali ke bar, karena disana Rava memarkirkan mobilnya,tidak mungkin dia harus berjalan atau menunggu taxi dalam keadaan tubuh yang basah seperti ini.

*-*-*

Rava membuka pintu mobilnya,dan mengambil sesuatu didalamnya, Rava kembali keluar dengan menenteng sebuah bingkisan.

"Ganti dulu pakaian kamu"suruh Rava sambil menyerahkan bingkisan itu ketangan Sasya.

Sasya menerimanya dan langsung masuk kembali kedalam bar untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian yang diberikan oleh Rava.

Sasya menatapi dirinya melewati kaca,betapa bodohnya seorang Sasya yang menangis hanya karena seorang pria, Sasya menyesali semua kata yang pernah dia ucapkan ditaman kepada Rava, Sasya sangat menyesalinya,dimana Sasya melontarkan kata pisah dengan mudahnya dan pergi meninggalkan Rava begitu saja,dan sekarang Sasya malah menyesali itu semua.

Sasya kembali keluar dan menghampiri Rava yang masih setia menunggunya didepan mobil.

"Biar aku antar pulang"kata Rava.

Sasya dengan spontan menggelengkan kepalanya,"aku bisa pulang sendiri.

Sasya hendak berjalan menjauhi Rava,tapi tangannya ditahan oleh Rava.

"Sekali ini aja"minta Rava.

Sasya akhirnya menerima tawaran Rava untuk mengantarnya pulang,keduanya masuk kemobil,dan mulai melajukannya.

Keheningan menyapa keduanya,tidak ada yang buka suara sama sekali,tetap kokoh pada pendirian untuk bungkam satu sama lain.

Sampai akhirnya,mobil Rava berhenti didepan rumah Sasya.

"Terima kasih"kata Sasya dan langsung membuka pintu mobilnya.

Lagi-lagi tangan Sasya ditahan oleh Rava,"jangan bersedih"

Sasya hanya memaparkan secercik senyum dan langsung keluar dari mobil Rava,tanpa kata atau menoleh sedikit pun, Sasya langsung masuk kedalam rumahnya.

Langkahnya berhenti seketika diujung pintu,ketika ia mendapati Syifa dan Raka yang sudah berdiri menyambut kedatangannya.

Syifa berjalan kearah Sasya dan memegang kedua bahu Sasya.

"Berhenti pergi ke bar,pikirin kondisi kamu,kamu belum pulih"kata Syifa dengan raut wajah cemasnya.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Sasya,dia tetap diam sambil menatap manik mata Syifa.

"kamu tau?aku nggak akan.."Syifa mengusap air matanya yang keluar setelah ia bicara dengan terisak.

"Nggak akan bisa bahagia kalau kamu seperti ini"Syifa bicara dengan nada yang serius dan raut wajah yang sendu.

"Aku nggak ngerti sama jalan pikir kamu,aku depresi karena mikirin kamu,semuanya aku lakuin agar kamu bisa tersenyum tanpa sebekas luka,tapi usaha aku nggak ada hasilnya,semuanya kamu terima lalu kamu buang dengan begitu saja"Syifa bicara dengan lantangnya didepan Sasya.

Lain hal nya dengan Sasya,ia masih setia mendengar tutur kata dari Syifa tanpa membalasnya.

"Harusnya kamu mikir"Syifa menunjuk kepalanya.

"Kamu itu cantik,berpendidikan,kaya dan apa yang kamu inginkan selalu kamu dapatkan,lelaki didunia ini banyak yang mau sama kamu,tapi kenapa kamu terus menginginkan Rava yang udah jelas-jelas akan menikah"perasaan Syifa bercampur aduk,antara marah dan sedih.

Langkah kaki terdengar mendekati Sasya dan Syifa, Andika,pria itu terbangun dari tidurnya setelah mendengar ribut dibawah.

"Udah malam,kenapa masih disini?"tanya Andika.

Syifa mengusap air matanya yang turun dengan begitu saja.

"Kembali kekamar kalian,dan tidak ada keributan lagi"Andika kembali lagi kekamarnya.

"Huft"Sasya mendengus kesal,dan memutar bola matanya,lalu berjalan meninggalkan Syifa dan Raka yang masih menunggu balasan dari Sasya.

Jujur Syifa sangat kecewa dengan prilaku Sasya,sabar adalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh Syifa untuk saat ini.

Hey semuwa
Apa kabar
Moga baik aja ya
Bagus nggak
Jangan lupa voment ya
Sampai jumpa di part selanjutnya
Byebye

See u❤️

Angel Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang