CP 2

50.1K 3.7K 58
                                    

Sbelum baca klik bintang pojok kiri dulu kuy 🌱



Happy Reading 🌱

Lina menyodorkan minuman pada Ana, lalu duduk disampingnya.

Mereka meneguknya bersama-sama.

Pandangan mereka sama-sama melihat taman di hadapannya.

"Kenapa tadi kamu bilang seperti itu An?" Tanya Lina sedikit kecewa pada Ana.

Ana diam saja, dia hanya menjawab dengan helaan nafas pelan.

"Seharusnya tidak kamu utarakan di depan umum pernyataan kamu itu, bagaimana kalau kabar itu sampai ke telinga Gus Fahmi? Atau Pak Kyai dan Bu Nyai?"

Sekali lagi Ana hanya terdiam sambil memperhatikan botol minuman di tangannya.

"Aku juga belum pernah bertemu dengan Gus Fahmi, namun aku sangat meyakini bahwa Gus Fahmi takkan jauh berbeda dengan Pak Kyai, terlepas beliau lulusan dari mana. Dan jujur, aku pun juga sangat ingin bertemu dengannya seperti santri putri lainnya, mungkin aku bisa menjadi salah satu Cinderella pesantren seperti yang ada di novel-novel" Senyum Lina merekah.

Ana ikut tersenyum.

"Maksud kamu, kamu ingin menikah dengannya?"

"Ya, namanya jodoh kan rahasia Allah, siapa tahu aku berjodoh dengan putra mahkota pesantren ini ... "

Lagi-lagi Ana tersenyum, kali ini dengan gelengan di kepalanya.

"Aku doakan semoga ya"

Mereka berdua tertawa lepas sambil mengamini ucapan Ana.

"Kalau kita bisa menjadi Cinderella pesantren ini, pasti semuanya akan terasa bagai mimpi"

"Kenapa?"

"Semua juga dilayani, mau makan, nyuci baju, bahkan anak-anak kita pun sudah ada pengasuhnya masing-masing"

"Oya?"

Lina mengangguk pasti.

"Aku pikir di pesantren berbeda, ternyata sama saja"

"Maksudnya?"

"Emh, tidak menganggap semua sama dong? Berarti masih akan ada sistem kasta di sini"

"Kasta?"

"He'em, tuan dan pembantu"

"Hush! Jangan sembarangan ngomong gitu, di pesantren tidak seperti itu!".

"Oya?"

"Pengertiannya sudah tidak seperti itu lagi, mereka yang membantu para kyai dan keluarganya adalah orang-orang yang sekalipun tidak dibayar mereka tetap bersedia mengerjakannya. Alasannya hanya satu, mengharap barokah"

"Yakin?"

"Ana!"

"Iya deh calon Bu Nyai!" Lina tersenyum berlanjut menjadi gelak tawa keduanya.

Walau Ana sendiri pun belum mengerti arti dari barokah itu sendiri, ia tak mau melanjutkan pembahasannya lagi.

Dari jauh, seorang santri berkopyah hitam berdiri memperhatikan dua gadis yang tengah duduk bersama.


_BFA_


Ana baru saja selesai melipat mukenanya, saat santri putri berlari-lari keluar dari asrama melewati musholla tempat Ana duduk.

"Ana, ayo ikut!" Ajak Lina.

"Kemana?"

"Lihat Gus Fahmi, beliau terlihat dari pintu dhalemnya Pak Kyai tuh, ayo!"

"Gak ah, ngapain?"

"Katanya pingin tau seberapa tampannya pangeran mahkota di sini?!"

"Idih, itu kamu kali, aku gak!"

"Yakin?"

Ana mengangguk pasti sambil meraih tasbih di sampingnya.

"Ya udah, aku tinggal ya?"

Sekali lagi Ana mengangguk.

Dhalem tempat tinggal Pak Kyai memang berada tepat di samping musholla asrama Putri. Ruang tamu untuk santri putri merupakan ruang belakang dari sebuah rumah.

Ruang utamanya berada di depan, berdampingan juga dengan asrama putra. Namun tak jarang semua aktifitas akan dikerjakan di ruang belakang saat ada tamu di ruang utama.

Saat itulah biasanya anggota keluarga pesantren juga berada di ruang belakang, walau hanya sekedar menyuruh beberapa abdi dhalem untuk membantu.

Leher Ana terangkat sedikit demi sedikit, mencoba mengintip diantara kerumunan santri putri di depannya. Namun yang terlihat hanyalah punggung seorang pria berbaju putih dan berkopyah putih.

Tiba-tiba debaran itu begitu kencang dirasa, hingga ia pun harus merabanya untuk sekedar menenangkannya.

Siapa yang Ana lihat?😛

Finn TBC dulu ya.


Tenang update setiap hari kok 😅


See you next chapter 😁

A story by :Laily shofaria

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang