Happy Reading 🌱
Ana dan Lina melangkah masuk ke ruang makan Dhalem yang dulu sudah pernah mereka masuki. Dua meja yang dulu letaknya berjejer dengan jarak sekitar 1 meter kini berjejer dengan rapat. Membentuk sebuah meja berukuran persegi panjang. Di sekelilingnya sudah tertata bantal tipis untuk mereka duduk.
Bu Nyai Sa'diyah dan Bu Nyai Halimah istri Kyai Kholil tampak sedang menyiapkan beberapa masakan di atas meja.
Dibantu oleh Bik Rumi dan Ibu paruh baya yang dulu juga membantu Ana mengembalikan piringnya. Bu Nyai Sa'diyah tampak bertanya-tanya tentang kehadiran Ana dan Lina. Begitu juga dengan Kyai Jakfar dan Bu Nyai Halimah.
Bagus memberi salam sambil menunduk, diikuti oleh Ana dan Lina. Ana memilih duduk di dekat Bagus yang duduk di samping Gus Fahmi. Lina berada tepat diantara Ning Aisy dan Ana.
Di depannya Gus Azmi duduk dengan senyum yang selalu terhias di bibirnya. Kyai Kholil dan Kyai Jakfar duduk di antara putra mereka. Begitu juga dengan Bu Nyai Sa'diyah dan Bu Nyai Halimah, mereka duduk diantara Gus Azmi dan Ning Aisy.
Ada beberapa khodam putri yang masuk menyiapkan makanan pencuci mulut di samping tempat makan. Ana melirik lemari di sampingnya yang mempunyai beberapa fungsi sekaligus itu.
Di atas menjadi meja untuk meletakkan bermacam-macam hidangan untuk makan, lengkap dengan ricecooker nya. Di bawah menjadi tempat rak piring dan gelas-gelas yang biasa di gunakan untuk menjamu tamu di ruangan itu.
Dan yang paling membuat Ana tak bisa menahan malu adalah saat ia melihat piring yang sama seperti saat itu. Piring yang kini berada di depannya juga.
Bik Rumi terlihat tengah membantu menyiapkan nasi di piring mereka.
Kyai sudah lebih dulu mengambil lauk, di susul dengan Bu Nyai.
Ana dan Lina yang masih mematung mendapat perhatian dari Kyai Kholil.
"Ayo dimakan! Ambil lauknya! Le, dekatkan itu lauknya." Kyai Kholil tampak menyenggol Gus Azmi di sampingnya.
Gus Azmi tersenyum, lalu mengarahkan sepirih penuh dengan rendang.
Ana tersenyum melihat semua mata tertuju padanya.
Bagus membantu mengambilkan lauk untuk Ana.
"Ana masih kuliah?" tanya Kyai Kholil.
"Baru semester pertama Kyai," jawab Ana sopan.
"Santri baru atau sudah lama di pesantren?" lanjut Kyai Kholil.
"Masih baru."
"Berarti masih harus banyak belajar ya?"
"Inggeh Pak Kyai."
"Ndak papah.. itu bisa jadi tugas suami nanti untuk ngajarin istrinya memperdalam agama."
Gus Fahmi tersedak mendengar perkataan Kyai Kholil. Bagus membantu menepuk punggung Gus Fahmi. Segelas air yang sudah tersedia di sampingnya segera di teguknya.
Kyai Jakfar mulai memperhatikan Gus Fahmi. Tak biasanya putra semata wayangnya itu tersedak di meja makan.
Sedangkan Gus Azmi tersenyum melihat Ana tak berani mendongakkan kepalanya. Ia fokus pada nasi di piringnya.
"Satunya siapa namanya?" kini gantian Kyai Jakfar yang bertanya.
"Lina, Kyai," Jawab Lina tak kalah sopan.
"Santri baru juga?"
"Boten, sudah hampir tujuh tahunan."
"Waaah.. sudah lumayan lama ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]
Teen Fiction[SUDAH DI TERBITKAN] sekelumit tentang... #Ana : Perempuan yang mempunyai sifat ceria, ceplas ceplos dan santri baru yang mondok karena rasa ingin taunya, mengenai penyebab kakak sepupunya yang tiba tiba pergi ke Turki tanpa pamit padanya. dan Pen...