CP 42

26K 1.7K 102
                                    

Sorry buat yang pada nungggu 🙏🙏

Semalem ketiduran 😁

Happy reading 😘😘

Suasana sudah mulai sepi.

Beberapa peralatan sudah tertata rapi di pojokan musholla.

Sebagian anggota FKS ada yang sudah mulai terlelap di emperan musholla, sebagian lagi ada yang masih mengobrol.

Sementara anggota FKS putri rata-rata dari mereka sudah pulang di jemput oleh walinya masing-masing.

Karena rumah mereka yang lumayan dekat. Anggota FKS putri yang rumahnya jauh banyak yang ikut menginap di rumah anggota FKS yang berdekatan dengan acara.

Gus Fahmi, Gus Azmi dan Bagus tengah duduk di sisi musholla. Entah apa yang mereka bicarakan sambil menatap langit. Sesekali terlihat tawa mereka merekah indah, membuat iri para bintang.

Begitu juga dengan Ana yang kini tengah duduk di keremangan menatap mereka bertiga. Ning Aisy yang baru saja selesai sholat menghampiri Ana lalu melihat ke arah yang sama dengan Ana. Senyumnya tersungging di bibir merahnya.

"Mereka bertiga di sebut-sebut sebagai tiga mutiara dari Indonesia saat di Turki," Ning Aisy membuka percakapan.

Ana menoleh kearahnya dan menggeser duduknya. Memberi tempat untuk Ning Aisy.

"Kamu tau kenapa mereka mendapat julukan itu?" tanya Ning Aisy.

Ana menggeleng walau sebenarnya hatinya sudah mulai menebak-nebak, mungkin karena mereka sama-sama tampan dan menarik?!.

"Karena mereka punya keahlian di bidangnya masing-masing. Dan dengan keahlian merekalah, mereka menjadi saling melengkapi saat bersama."
Ana menyimak perkataan Ning Aisy.

"Kak Azmi yang ahli dibidang Al-quran dan tafsirnya juga asbabun nuzulnya, Kak Fahmi yang ahli dalam bidang Hadist dan Sejarahnya, dan Bagus yang ahli dalam bidang sastra arab beserta ushul fiqhnya."

Walau Ana tak mengerti tentang istilah-istilah yang di sebutkan Ning Aisy tadi, paling tidak Ana sedikit paham bahwa ketiganya lebih paham agama daripada dirinya.

"Aku sering ke Turki sebenarnya bukan hanya karena ingin bertemu dengan Kak Azmi. Tapi dengan Kak Fahmi juga. Kak Fahmi adalah orang yang lebih tertutup dibandingkan dengan Kak Azmi. Tetapi Kak Fahmi lebih telaten mengajariku dibandingkan Kak Azmi. Terkadang kami belajar bertiga saat di Arab. Namun aku lebih nyaman bertanya pada Kak Fahmi dari pada Kak Azmi."

Ana menyimak cerita Ning Aisy sambil tersenyum memandang Gus Fahmi.

"Dia kadang memang terlihat sangat dingin, tapi sebenarnya perhatiannya sangat besar saat ia menyukai sesuatu. Seperti tasbih yang kemarin kamu temukan. Tasbih itu selalu Kak Fahmi bawa kemanapun dia pergi. Pernah suatu waktu tasbih itu tertinggal di sebuah masjid saat kami berkunjung ke Madinah. Padahal kami sudah pergi dari tempat itu sekitar dua jam perjalanan. Alhasil, kami pun harus kembali untuk mencari tasbih itu. Untungnya ada seseorang yang berbaik hati menyimpankan tasbih itu di tempat imam. Jadi kami tidak perlu mencarinya berkeliling."

Ning Aisy tertawa lirih mengenang kejadian itu.

Anapun ikut tersenyum mendengar cerita Ning Aisy seraya membayangkan kedekatan mereka.

"Kamu sendiri sedekat apa dengan Bagus?" kali ini Ning Aisy mencoba mengorek tentang kehidupan Ana.

"Kak Bagus... segalanya buatku. Setiap aku mau mengambil keputusan besar biasanya aku bertanya padanya. Sebelum aku pindah ke rumahku sekarang, aku tinggal bersama dengannya. Jadi sejak kecil kita sudah terbiasa bersama. Belajar bersama, kemana-mana juga bersama." Ana mulai mengenang kebersamaannya dengan Bagus.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang