CP 14

29.9K 2.1K 102
                                    


Happy Reading🌱

Ana berulang kali mengusap wajahnya. 

Ia masih tidak percaya dengan ucapannya tadi.

Bisa-bisanya dia mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu pada seorang pria?

Bagaimana jika Anshori nanti malah menghindarinya? Dan tidak mau lagi berhubungan dengannya?

Helaan nafas Ana terlihat sangat mengganggu Lina yang duduk di depannya. Sesekali Lina tersenyum melihat Ana yang terkadang menaruh wajah penuh penyesalan itu di atas bukunya.

"Ana, kenapa?" tanya Lina basa-basi sambil tersenyum.

"Jangan ketawa, aku tau kamu Cuma mau menggodaku," jawab Ana yang kini sudah menutup wajahnya dengan kedua tangannya. 

Kembali Lina tersenyum.

"Aku kagum sama keberanian kamu, aku belum tentu bisa begitu."

"Iya, karena orang yang kamu suka putra mahkota di sini, kalau orang yang aku suka kan hanya pelayan putra mahkota."

"Trus, kamu malu karena menyukai pelayan?"

"Bukan karena itu Lina, aku yakin Gus Fahmimu itu tidak lebih baik dari Anshoriku."

"Anshoriku?!" alis Lina terangkat, bibirnya terlihat lebih lebar sekarang. 

Cepat Ana menutup mulut Lina.

"Linaaa!" beberapa santriwati yang juga ada di perpus sontak menoleh ke arah Ana dan Lina.

"Kita ke kelas aja yuk, ntar lagi sudah waktunya Nahwu." ajak Ana sambil merapikan buku-bukunya. 

Lina masih saja tersenyum sambil mengikuti Ana.

_BFA༊*·˚

Gus Fahmi membuka bungkusan kresek di tangannya.

Ia tersenyum sambil mengingat kejadian kemarin.

"Aku titip ini ya buat Ana." sesaat sebelum Bagus pulang dari pesantren.

Gus Fahmi menerima bungkusan kresek yang terulur ke arahnya.

"Apa ini?" tanya Gus Fahmi.

"Cokelat."

"Segini banyak?"

"Iya, Ana itu moody orangnya. Biasanya kalau lagi bête atau kondisi hatinya lagi gak bagus, dia butuh ini buat nenangin hatinya. Alasannya sih, makan cokelat bisa bikin rileks." Bagus tertawa diikuti oleh Gus Fahmi.

"Selalu?"

"Selalu, jadi dari situ aku tau, kalau dia lagi makan cokelat, itu artinya kondisi hatinya lagi gak bagus, dan jangan sekali-kali ganggu dia dulu. Makanya, dia gak pernah ketinggalan yang namanya cokelat di tasnya. Ini aku lupa kasih ke dia buat oleh-oleh dari Turki kemarin."

"Siap, nanti aku sampaikan!"

"Syukron, aku pamit ya."

"Iya, hati-hati dijalan!"

"Assalamualaikum!"

"Wa'alaikum salam warohmah!"

_BFA༊*·˚


"Ana!" 

Ana tertegun mendengar suara itu. 

Anshori tepat dibelakangnya. 

Lina menoleh lebih dulu, sontak ia mencubit lengan Ana. 

"Pangeran kamu!" bisiknya.

"Ya Allah, mampus aku!" batinnya.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang