CP4

41.3K 2.7K 59
                                    

Happy Reading🌱

"Assalamualaikum!"

Seorang Pria berkopyah putih mengangkat tangannya ke arah pria lainnya yang baru saja keluar dari masjid.

"Wa'alaikumsalam warohmah!" senyum mengembang dari pria lainnya yang langsung meraih tangan pria berkopyah putih itu serta menggenggamnya erat.

"Apa kabar?" tanyanya.

"Alhamdulillah baik lah, kita kerumah saja ayo!"

"Ah tidak usah, kita disini saja!" pria berkopyah putih itu lantas duduk di teras masjid.

"Wah, kejutan nih buatku! Bagus ada disini, kapan pulang dari turki?"

Pria bernama Bagus itu pun tertawa lirih.

"Baru kemarin aku datang"

"Waaah, langsung ke sini?"

Lagi-lagi dia tertawa lirih.

"Aku merindukan seseorang, makanya aku kesini"

"Aku?"

"Bisa saja, adikku"

"Adik?"

Bagus mengangguk. 

"Adik sepupuku, dia di sini"

"Mondok?"

"Iya, kejutan juga buat aku. Kenapa tiba-tiba dia mau mondok? Padahal dulu dia yang sangat menentangku untuk belajar ke Turki"

"Sejak kapan?"

"Emh, katanya sih sudah sebulanan di sini"

"Sebulan? Masih baru berarti, putra atau putri?"

"Putri"

"Wuah, apa ini kisah asmara?"

"Hush, dia sepupuku!"

"Kan tidak apa-apa sepupu menikah?"

"Tapi keluargaku dan keluarganya yang tidak mungkin sepakat"

"Wah, jadi bener nih kisah asmara?"

Bagus menepuk pundak pria di sampingnya.
"Jangan memancingku!" Ujarnya kemudian Mereka tergelak bersama.

"Sudah bertemu dengannya? Atau masih perlu bantuanku untuk memanggilnya?"

"Ehh.. tidak usah! Nanti aku bisa menemuinya sendiri, tetep lewat mahrom kan?"

"Iya, tapi sepertinya sepupu tidak boleh. Karena dikhawatirkan.."

"Aku tau, aku akan menunggunya di rumah saja"

"Hah?"

"Kalo ijin pulang dia masih boleh kan?"

"Haha.. hebat! Cerdas! boleh boleh, itu lebih aman. Paling tidak tanggung jawab ada di keluarganya, bukan di pesantren!"

Kembali mereka tertawa bersama.

_BFA_


Ana memegangi perutnya sambil sesekali menengok jam di tangannya. Lina terbangun melihat Ana masih belum tidur.

"Kenapa An?" Tanya Lina.

"Aku lapar, hehe" Jawab Ana sambil meringis.

Lina bangkit dari tidurnya, menoleh ke arah jam dinding di kamarnya. Terlihat jarum jam mengarah ke angka dua.

"Sudah tengah malam begini mana ada orang jual nasi An?"

"Sudah dari tadi juga aku belum tidur gara-gara perut ini"

Lina tampak berfikir sejenak.

"kamu punya roti gak?" tanyanya kemudian. Ana menggeleng. 

"Kalau mie?"

"Ada, tapi bukan yang cup"

Lina tersenyum. "Gampang, ayo!"

Lina beranjak dari tidurnya memakai jaketnya dan mencari mie instan milik Ana bersama-sama.

Mereka berdua keluar dari kamarnya perlahan.

Berharap tidak menimbulkan suara apapun yang bisa membangunkan teman-teman sekamarnya.

"Kita mau kemana?" Tanya Ana setengah berbisik sambil mengikuti langkah Lina.

"Ke dapur umum, siapa tau masih ada sisa air panas disana"

Dapur umum adalah dapur yang biasa digunakan untuk memasak nasi yang akan dijual di kantin pesantren.

Kadang juga digunakan untuk memasak saat ada acara-acara besar pesantren, seperti haul, hari raya idul adha, maulid nabi dan acara-acara besar islam lainnya.

Dapur umum ini pun sering digunakan para santri untuk mengambil air panas untuk membuat mie.

Mie ala santri yang hanya di masak dengan menuangkan air panas pada bungkus mie yang telah terbuka sedikit, persis seperti cara untuk memasak sebuah mie instan cup.

Pelan Lina membuka pintu dapur.

Berjalan menuju sebuah panci besar yang tetap duduk di tungku besar dari tanah liat itu. Membuka tutup pancinya, lalu memasukkan telunjuknya ke air yang masih ada di panci. Ana menatapnya dengan harapan sambil memegang mie instannya. Lina menggeleng seolah meminta maaf.

Ana menggigit bibirnya, meringis. Terdengar langkah seseorang mendekati dapur, Lina mengacungkan telunjuknya ke arah bibirnya.

Ana menoleh ke arah suara yang mendekat ke arahnya.

"Astaghfirullah..!" ucap seseorang yang tampak terkejut begitu melihat Ana dan Lina berada di dapur umum.

"Kamu?!" Ana menunjuk seorang pria yang saat ini berdiri di hadapannya.

Matanya beralih ke arah tasbih yang nangkring manis di tangan pria tersebut.

Cepat diapun menyembunyikan tasbihnya ke dalam saku bajunya.

"Ke.. kenapa ada di sini tengah malam begini?" Tanya pria tersebut gugup.

Ana tersenyum ragu sambil menunjukkan mie di tangannya

Finn TBC lagi.

Yang pernah mondok mungkin pernah mengalami insiden kelaparan tengah malam macam ana dan lina. Wkwkwk😂😂

Jangan lupa klik bintang d pojok kiri ya 😂

See you next chapter

A story by : Laily shofaria

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang