Part 64_"Youre Strong Gus"

12.8K 1K 307
                                    

Happy Reading 🌵

"Ning!" panggil Gus Fahmi saat melihat Ning Syila keluar dari dalem selepas mengantar orang tua Ana.

Ning Syila mengangkat alisnya sambil menghampiri Gus Fahmi.

"Dibelakang, acaranya sudah selesai?"

"Gak denger bunyi acaranya udah berubah jadi bunyi musik gitu?" Ning Syila tampak menggoda Gus Fahmi.

Lagi-lagi Gus Fahmi tersenyum.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Ning Syila heran, sambil menengok ke sekitar. Gus Azmi dan Gus Ahmad, suaminya, tidak terlihat.

"Kak Ahmad sama Kak Azmi lagi di ruangan Kak Ahmad. Ada yang mau dibicarakan katanya."

"Oh, terus, kamu mau ikut aku ke belakang?" tawar Ning Syila. Sebenarnya lebih pada basa-basi, karena dia tahu, Gus Fahmi pasti takkan mau masuk ke dalam lingkaran pesantren putri kecuali ada acara ataupun ada yang harus dia kerjakan di tempat itu.

"Sudah sepi kan?" Gus Fahmi memastikan.
Alis Ning Syila terangkat sebelah. Ada tanda tanya besar di matanya. Tumben, Gus Fahmi menyambut tawarannya.

"Iya, sudah sepi. Ayo kalau mau ikut!" ajak Ning Syila.

Gus Fahmi mengangguk dan mulai mengikuti langkah Ning Syila menuju tempat acara putri.


_BFA_


"Kamu lama tidak terlihat, ternyata kamu di sini?" Ning Aisy membuka percakapan.

Ana hanya menjawabnya dengan senyuman dan anggukan di kepalanya.

"Apa karena kata-kataku waktu itu..."

"Ndak, Ning. Sama sekali gak ada sangkut pautnya dengan hal itu." Ana memotong ucapan Ning Aisy.

Ning Aisy tampak menghela nafas sambil tersenyum. Masih terlihat rasa canggung di senyumnya.

"Saya pindah karena, saya benar-benar ingin mendalami ilmu agama."

"Tapi kan itu bisa di dapat di pesantren yang dulu?"

"Memang, tapi mungkin tidak akan mudah buat saya."

"Kenapa?"

"Karena sayapun juga butuh menenangkan diri, baik dari rasa bersalah, pesimis, atau aura negatif apapun yang bisa mempengaruhi niat saya untuk belajar."

"Sebenarnya, ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu."

"Tentang apa, Ning?"

"Perasaan kamu."

"Perasaan saya?"

Ning Aisy mengangguk.

"Tapi, itupun kalau kamu gak keberatan."

"Monggo, Ning. Mau tanya apa?"

"Bagaimana perasaanmu pada Kakakku?"

"Maksud Ning Aisy?"

"Kakak kandungku, Azmi."

Ana terdiam. Mata mereka beradu dalam tanya. Ana sendiri juga tak mengerti. Mengapa Ning Aisy bertanya tentang perasaannya pada Gus Azmi? Dia pikir, Ning Aisy akan bertanya tentang perasaannya pada Gus Fahmi. Dan Ana sudah menyiapkan jawaban jika benar Ning Aisy menanyakan itu padanya.

_BFA_


Gus Fahmi mengedarkan pandangannya.

Mencoba mencari sesosok wanita mungil yang selalu ada dalam harapnya.

Ning Syila yang seolah mengerti dengan apa yang Gus Fahmi cari, mulai menunjuk dua orang wanita yang tengah mengobrol santai di deretan bangku yang belum sepenuhnya terlipat.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang