Happy Reading 🍀
Rombongan keluarga dari pria sudah memasuki rumah Ana.
Mereka disambut dengan hangat dan sangat hormat oleh keluarga Ana. Walaupun ini hanya sebatas acara lamaran saja, namun suasana penuh dengan khidmat sangat terasa di ruangan itu. Mungkin, karena calon besan keluarga Ana tergolong dari golongan priyai. Hingga suasananya tak secair acara lamaran lainnya.
Rombongan tamu wanita di arahkan ke dalam ruang keluarga yang cukup lebar. Duduk lesehan di atas hamparan karpet berbagai warna dan motif. Sementara tamu pria tetap berdiam di ruang tamu.
Gus Azmi yang tampak gugup, duduk di sebelah sang Abah. Sementara Gus Fahmi, memilih duduk di dekat pintu bersama Gus Ahmad.
Lurus dengan anak tangga yang terlihat di dalam ruangan. Ia melirik ke arah Ning Syila yang berjalan menaiki anak tangga.
Debar jantung Gus Fahmi dan Gus Azmi sama-sama berdegup dengan kencang.
Gus Azmi dengan rasa gugupnya karena bahagia.Sedang Gus Fahmi dengan rasa takutnya menghadapi Ana. Mereka sama-sama menunduk, mendengarkan percakapan dari kedua belah pihak. Walau tak mesti masuk ke dalam pikiran mereka.
Sebentar kemudian, terlihat Ana mulai menuruni anak tangga.
Tatapan Gus Fahmi refleks terangkat ke atas. Menatap Ana yang mengukir senyum ke arahnya. Ana sangat terlihat cantik dengan pakaian yang diberinya.
Tatapan Ana berubah menjadi penuh tanya saat melihat Gus Fahmi tidak menggunakan pakaian yang sama dengannya.
Sebagian part di hapus, yuk baca di bukunya☺
Bunda, ini salah..
Tolong Ana!Ya Allah…
Hati Ana menjerit. Sementara orang-orang disekelilingnya berucap Alhamdulillah. Begitu juga dengan Nyai Halimah. Ana merasa, ini tidak adil buatnya. Mulutnya dipaksa bungkam dengan kebahagiaan mereka. Setitik bening Kristal mulai jatuh dari kelopak matanya. Ia ingin segera berlari dari sana. Mencari Gus Fahmi, dan meminta penjelasannya.
Ning Syila menangis menatap Ana yang hanya menunduk, nyaris tak bisa berkata apa-apa. Dia yakin, Ana terluka. Bahkan sangat terluka. Pendar bahagia dari wajah Ana yang tadi dia lihat, hilang seketika. Kepalanya beralih menatap Gus Fahmi yang juga tengah menatap Ana, pilu. Tangannya terlihat mengepal di depan lututnya yang bersila.
Ya Allah, kuatkan mereka..
Pintanya dalam hati.Ning Aisy yang juga bisa melihat kepedihan Gus Fahmi di bingkai pintu, mulai mengusap air matanya. Ternyata hati Kak Fahminya masih tetap pada Ana. Seorang gadis yang kini tampak terpekur, menunduk di hadapan uminya.
Bagus tak kuasa memendung kesedihannya melihat sikap Ana yang terlihat patuh. Ia beringsut melewati Gus Fahmi, keluar dari ruangan. Jika Ana berani mengeluarkan pendapatnya sekali saja, tentu ia akan langsung berada di garda terdepan untuk menyokongnya.
“Astaghfirullah…!” lirihnya sambil menutup matanya yang sudah basah.
Sebagian part di hapus, untuk kepentingan kepenerbitan.
yuk baca di bukunya☺“Astagfirullahal adziiim, Ana. Kenapa bisa salah begini? Bukannya kemarin Ana bilang kalau dia adalah Gus Fahmi?”
Ana diam tak menjawab. Ia hanya terus menangis. Tangisan Ana makin membuat Bagus sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]
Fiksi Remaja[SUDAH DI TERBITKAN] sekelumit tentang... #Ana : Perempuan yang mempunyai sifat ceria, ceplas ceplos dan santri baru yang mondok karena rasa ingin taunya, mengenai penyebab kakak sepupunya yang tiba tiba pergi ke Turki tanpa pamit padanya. dan Pen...