CP5

38K 2.6K 56
                                    

Happy Reading 🌱


Ana dan Lina merasa tak percaya, mereka bisa masuk ke dalam dapur dhalem.

Tak henti mereka melihat ke sekeliling, takjub dan terpesona.

Setting interior dapur dhalem memang berbeda dari apa yang mereka bayangkan.

Mereka sama sekali tak pernah menemukan desain dapur yang seperti itu selama ini.

Dindingnya berlapis batu alam.

Di tengah-tengahnya ada barisan rumput-rumput kecil yang mengelilingi sebagian dinding, Tertanam di dinding dengan lampu hias dari bawah potnya, Elegant.

Sebagian dinding lainnya menjadi pembatas jalan menuju ruang tamu belakang dengan pahatan-pahatan desain ala turki.

Meja makannya terbentuk menjadi lesehan dengan bantalan duduk mengelilingi meja berhadap-hadapan.

Di sebelahnya tertata tempat nasi dan lauknya, lengkap dengan pencuci mulutnya.

Rak piringnya pun berada tepat di bawah tempat makanan yang tertutup tudung saji.

Kompor, kulkas, microwave dan segala macam peralatan masak pun ada di bagian lainnya dari dapur tesebut.

Bersebelahan dengan wastafel yang di bentuk bagai pancuran air menggunakan bambu.

Terlihat pria yang tadi memergoki mereka berada di dapur umum tengah sibuk mengambilkan nasi serta lauknya.

Ana meraba dadanya, ada yang bergemuruh di sana saat ia memperhatikan pria di depannya.

"Ini cukup?" tanyanya sambil menunjukkan isi piring di tangannya.

Ana mengangguk senang.

Lina meraih tangan Ana, Dia terlihat sangat gugup dan takut.

Tangannya sedingin es, Ana menerima piring yang di ulurkan padanya.

Pria itu bergegas mengambil satu piring lagi, namun tangannya terhenti saat Ana berkata...

"Em Gak usah, ini saja cukup, terima kasih!"

"Ayo!" bisik Lina sambil menarik tangan Ana.

"Sebentar, tapi apa gak papah kamu ambil makanan yang ada di sini?" Tanya Ana.

"Emh, saya..."

Belum sempat si pria tersebut menjawab, Ana pun sudah memotongnya.

"Aaah iya, kamu kan abdi dhalem ya ... pantes aja bisa masuk ke dapur ini, oke .. makasih ya, besok aku kembalikan piringnya!" ujar Ana.

Pria berkoko tersebut tersenyum sambil mengangguk, Dia pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat kepergian Ana dan Lina.

"Astaghfirullah" Ucapnya lirih seraya mengelus dadanya yang berdebar sejak tadi.

_BFA_

"Kamu gak makan Lin?" Tanya Ana sambil melahap nasinya.

Lina menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Aku takut!"

"Takut? Kenapa?" Ana menatap Lina heran.

"Kita masuk ke dhalem tanpa ijin, apalagi dibantu dengan santri putra yang entah siapa dia, kalo sampai kita ketahuan pengurus pesantren atau bahkan abdi dhalem lainnya, kita bisa dijatuhi hukuman berat An, Apalagi kalau sampai kita dituduh mencuri, kita bisa diberdirikan di depan pesantren putra"

Ana menghentikan suapannya.

"Waaaah, bukankah kita ke sana hanya karena ajakan dari abdi dhalem itu? Bukan kemauan kita untuk masuk ke dalam kan?"

"Justru itu, kita gak tau siapa dia. Kalau tiba-tiba kita di tanya, kita mau jawab apa? Sedangkan kita sendiri gak tau namanya siapa dan dia abdi dhalem dari mana?"

"Aduuh, pusing kalau sudah dipikirin sekarang, Yang penting sekarang kita gak ketahuan, Terus biar aku yang tanggung jawab nanti kalau memang jadi masalah!!" tegas Ana.

"Tapi An..."

"Apalagi?"

"Bukankah mengambil makanan tanpa ijin dari pemilik itu sama saja dengan mencuri ya?"

Ana tersedak.

Lina mengambilkan air di dekatnya. Ana meminum airnya cepat.

"Kenapa kamu baru bilang sekarang?" protesnya.

"Maaf, aku baru kepikiran juga!" Lina meringis.

Ana menghela nafas melihat piring di depannya.

Semua sudah terlanjur.


TBC dulu yah...

Siapa hayo yang ngasiin ana nasi coba? Ada yang tau??

Jangan lupa klik bintang pojok kiri yaa


See you next chapter.

A story by : Laily shofaria

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang