CP 35

28.9K 1.8K 135
                                    

Jangan lupa bismillah dulu.

Siapkan hati anda agar tidak nyesek.


Happy reading🌱

Tampak sedari subuh para santriwati sudah mengantri di pintu masuk dalem bersama dengan walinya masing-masing. Bersiap untuk sowan, berpamitan pada Bu Nyai.

Sementara Ana dan Lina hanya bisa menonton sambil lalu membaca buku di tangannya. Masih lengkap dengan mukena mereka masing-masing.

"Seru ya?" tanya Ana seraya tersenyum melihat kerumunan di depannya.

"Ini yang nanti akan kita rindukan kalau sudah berhenti dari pesantren." Jawab Lina.

"Oya, katanya masih ada pengajian lagi pagi ini, tapi kenapa mereka sudah berpamitan?"

"Pengajian pagi ini untuk para santri putra. Karena kepulangan kita tidak di hari yang sama dengan putra."

"Kenapa?"

"Dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."

"Aku gak ngerti."

"Ana, sudah fitrah perempuan dan laki-laki untuk mempunyai hubungan selain teman. Begitu juga dengan kita para santri. Pasti banyak di antara kita yang sudah mempunyai pasangan di seberang. Nah.. kalau missal kepulangan kita bersamaan, lalu kita janjian ketemuan di luar bagaimana? Kan masih tanggung jawab pesantren. Kecuali jika sudah bersama wali, maka itu tanggung jawab wali masing-masing. Karena beberapa di antara kita pulangnya kan ada yang tidak bersama wali kita."

"Tidak bersama wali, berarti pulang sendiri?"

"Bukan, rombongan. Sudah ada ketua rombongan yang biasanya dari pengurus atau tetangga di sekitar pesantren yang ditunjuk oleh Kyai buat mengantar."

"Emh, termasuk kamu kalau pulang ke Kalimantan?"

"Yes, seratus!" Lina tersenyum mengangguk.

"Kamu beneran gak mau ikut aku?" tanya Ana lagi pada sahabatnya.

Lina menggeleng pasti.

"Kalau begitu aku akan usahakan ke sini untuk menengokmu nanti!"

Lina mengangguk-anggukkan kepalanya setuju.

"Oiya, semalem Gus Azmi ngomong apa aja sama kamu?" Lina penasaran.

Ana tampak berfikir, ia menutup buku bacaannya.

"Aku bingung."

"Kenapa?"

"Dia cuma bilang kalau dia sudah nemuin jawabannya pas lihat aku megang Alqurannya."

Lina mengernyit tak mengerti juga.

"Memangnya kamu sudah ngasih jawaban apa?"

"Justru karena aku belum ngasih jawaban apa-apa sama dia."

"Emh, apa itu berarti beliau sudah yakin bahwa kamu menerimanya karena kamu menerima Alquran darinya?"

"Ya Allah? Benarkah?" Ana tak percaya.

Lina mengangguk.

"Kalau begitu aku harus mengembalikannya segera."

"Kenapa?"

"Apa karena kamu gak ingin menerimanya?"

"Lina harus berapa kali aku jelaskan. Dia bukanlah seseorang yang pantas untukku."

"Justru karena beliau pantas untukmu An. Jika ilmu agama seorang wanita tidak lebih tinggi dari seorang laki-laki yang menjadi suaminya, maka tugas suami untuk mengajarinya. Karena suami adalah imam dan letak surga untuk istrinya,"

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang