Rapat dimulai. Di isi dengan perkenalan panita lebih dahulu. Satu persatu panitia berdiri memperkenalkan diri. Hingga sampai pada giliran pemuda disamping Gus Fahmi.
Benar, pemuda berkaca mata itu adalah Gus Fahmi.
Dan pemuda di sampingnya.
Masih dengan senyum manisnya pemuda itu berdehem sebentar, sebelum memulai perkenalannya.
Matanya tak berani bersitatap terlalu lama dengan Ana. Padahal ia rindu.
"Nama saya Bagus, saya salah satu teman Gus Fahmi saat di Turki, Atau bisa dibilang khodamnya." ia berhenti sejenak.
"Saya datang tiba-tiba ke sini, juga karena permintaan yang cukup tiba-tiba dari Gus Fahmi untuk pembenahan PHBI- Peringatan Hari Besar Islam- di bulan Maulid ini, Berhubung Gus Fahmi sejak kecil sudah tidak tinggal di Indonesia, jadi kemungkinan masih belum terlalu paham dengan kegiatan yang biasa kita lakukan di pesantren untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Sallallahu'alaihi wa sallam ini. Jadi saya hanya membantunya untuk memetakan kepanitian serta memilah beberapa lomba yang bisa digunakan sebelum kita liburan Maulid. Semuanya mohon kerja samanya ya?"
Dengan lancar Bagus membuka perkenalannya.
Deretan kalimatnya cukup membuat seisi ruangan terpukau. Teratur dan to the point.
Semua menjawab setuju seraya bertepuk tangan, kecuali Ana.
Selama rapat berlangsung, mata Ana tak pernah lepas dari Bagus.
Gus Fahmi juga memperhatikan itu. Mungkin Ana memang sengaja menghindari kontak mata dengannya.
Atau mungkin juga Ana memang tengah merindukan Bagus.
Mungkin dengan begitu Ana bisa mengurungkan niatnya untuk berhenti dari pesantren.
Begitu banyak kemungkinan-kemungkinan yang muncul di hati Gus Fahmi melihat tatapan Ana pada Bagus.
Hampir dua jam mereka berkutat dengan berbagai macam planning kegiatan Maulid.
Macam-macam kegiatan sudah fix. Pembagian susunan kepanitiaan juga sudah fix.
Gus Fahmi meminta notulen rapat untuk segera mencetak hasil dari rapat malam itu, berikut tupoksi dari kepanitiaan.
Buku agenda yang berisi tanda tangan hadir seluruh peserta sampai di depan Ana.
Dengan malas Ana mengambil pena yang ia selipkan di sela-sela bukunya.
Matanya tertuju pada tanda tangan teratas.
Tertera sebuah nama dengan huruf kapital dari pena berdiameter cukup besar diantara pena peserta rapat lainnya.
ANSHORI.
Bukan Fahmi yang tertera di sana, melainkan Anshori.
Sekali lagi Ana menghela nafasnya sambil membuka tutup penanya, dan mulai menuliskan namanya di kolom terakhir peserta rapat.
"An, kamu kenal sama pemuda di samping Gus Fahmi itu?"
Lina berbisik di telinga Ana saat mereka tengah menunggu notulen rapat selesai mencetak hasil keputusan rapat hari itu.
Ana mengangguk, sambil mencorat coret buku agendanya.
"Siapa?" tanya Lina lagi.
"Kakakku."
"HAH?!" Lina terbelalak tak percaya.
"Yah, begitulah ekspresiku tadi," ujar Ana sambil melirik Lina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]
Teen Fiction[SUDAH DI TERBITKAN] sekelumit tentang... #Ana : Perempuan yang mempunyai sifat ceria, ceplas ceplos dan santri baru yang mondok karena rasa ingin taunya, mengenai penyebab kakak sepupunya yang tiba tiba pergi ke Turki tanpa pamit padanya. dan Pen...