CP 25

31K 1.9K 144
                                    

Happy Reading🌱

Mereka duduk ber-empat di ruang tamu.

Tampak sesekali Ana menghela nafas pelan sambil memperhatikan kaligrafi-kaligrafi yang terpajang di sekitar ruangan.

Kaligrafi dari tangan dingin Gus Azmi sendiri.

Rasanya aneh baginya berada di tengah-tengah keluarga itu.

Beberapa kali pula ia melirik jam di tangannya, berharap orang yang ditunggunya akan segera datang.

Aisy membantu khodam putri yang datang membawakan minuman untuk mereka.

"Diminum tehnya An!" Ujarnya berusaha memecah kesunyian.

"Terima kasih ... " Jawab Ana pelan. Gus Azmi tersenyum menatap Ana.

"Kenapa Kak Azmi?" pertanyaan Aisy menarik perhatian Gus Fahmi yang sejak tadi sibuk membaca kitab oleh-oleh Gus Azmi.

"Tidak apa-apa, ternyata memang benar dia panitia PHBI?" Seolah mengenang apa yang terjadi malam itu, Gus Azmi kembali terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Maksud Kak Azmi, Ana yang megang tangan Kak Azmi waktu itu?" Mata Aisy membulat. 

Gus Fahmi menutup kitab ditangannya lalu menatap Ana yang meringis melihat tawa Gus Azmi.

"Tidak seperti itu, jangan bikin fitnah ah!" Ana mengelak kesal, ia khawatir Gus Fahmi akan salah paham padanya. Gus Azmi masih saja tergelak.

"Wuah, Ana! Aku gak nyangka kamu bisa seberani itu?" ujar Ning Aisy seraya menggenggam tangan Ana.

"Waktu itu aku benar-benar tidak tau kalau dia Gus Azmi, lagi pula itu hanya karena dia tidak mau menerima kue yang aku berikan."

"Tapi itu sama saja Ana, bersentuhan dengan lain jenis itu tidak boleh hukumnya. Siapapun dan apapun alasannya!" Tegur Gus Fahmi dengan tatapan yang sama sekali ia tak mengerti.

Ana menunduk, ia menggigit bibirnya.

"Kenapa kamu yang marah Fahmi?" Gus Azmi bertanya heran melihat sikap Adik sepupunya yang tak seperti biasanya.

"Oh, maaf Kak, mungkin Fahmi kecapean. Jadi nadanya gak karuan. Fahmi mau ke belakang dulu." Gus Fahmi beranjak pamit.

"Ya sudah, sekarang kamu bisa pergi sama Aisy untuk lihat lokasi acara yang harus kamu dekor. Kalau butuh sesuatu, Aisy yang akan bantu kamu. Sebagian bahannya juga sudah aku siapin, detail desain yang aku inginkan juga sudah aku kasih ke Aisy. Aku juga masih ada kerjaan." Gus Azmi bangkit dari duduknya diikuti Ning Aisy dan Ana. 

Senyumnya terus menerus menghiasi wajahnya, mengingat kekonyolan Ana malam itu.

Aisy tersenyum.  Lalu meraih tangan Ana.

"Jangan pikirkan Kak Azmi! Kadang dia juga bisa bertingkah seperti anak-anak, walaupun itu jarang banget, yuk.. keburu sore." Ana mengangguk mendengar penjelasan Ning Aisy.


_BFA༊*·˚


Gus Azmi tengah menatap keluar jendela. Ke arah Ana yang tengah sibuk memindahkan beberapa barang di atas panggung. 

Beberapa santri juga membantu mempersiapkan segalanya seperti apa yang sudah Ana instruksikan. 

Ia terlihat sangat menikmati kesibukannya itu, walau kadang masih terlihat raut lelah dari sekaan keringat di lengannya. 

Ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu lagi dengan wanita yang mempunyai nama Ana itu. Masih jelas diingatannya, ekspresi Ana saat menyebutkan namanya di hadapannya. 

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang