Happy Reading 🌱
Pak Karim berjalan ke arah rumah Pak Haryono dengan payung yang melindunginya dari hujan.
Di jalan sebelum sampai ke rumah Pak Haryono, dia melihat mobil yang dari kemarin terlihat markir di halaman depan rumah Pak Haryono.
Tangannya spontan melambai, memberi isyarat agar mobil itu berhenti.
Ia berlari menyebrang jalan, berbicara sebentar dengan pengemudi mobil, lalu ikut masuk ke bangku belakang. Mobil itu lantas melanjutkan kembali perjalanan mereka hingga tiba di depan rumah Pak Karim.
Pak Karim turun lebih dulu lalu menjadi penunjuk arah ke kamar tempat Gus Fahmi berada.
"Ana." Bagus terlihat tak senang melihat Ana tengah mengganti kompres di kepala Gus Fahmi.
Ia segera menarik lengan Adik sepupunya itu keluar dari kamar.
Sementara Gus Azmi cepat menghampiri Gus Fahmi yang sudah terbangun karena suara Bagus.
"Kak ... " mata Ana memelas melihat Bagus setelah tangannya dilepas oleh Bagus.
"Kamu apa-apaan sih?" Bagus mencoba menahan emosinya dengan memijat keningnya dengan keras. Ana terlihat bingung dengan emosi Bagus.
"Kak Bagus kenapa?" Ana sedikit takut melihat reaksi Kakak sepupunya.
"Kenapa kamu bisa berduaan saja sama Gus Fahmi di kamar?"
"Gus Fahmi sakit Kak, tadi dia sempet jatuh dan gak sadar. Ana cuma jagain dia aja ..."
"Tapi tetap saja itu bukan alasan Ana, perempuan dengan laki-laki yang bukan muhrim berada dalam satu ruangan berdua, itu dosa. Apa kamu tidak pernah mengerti tentang khalwat antara laki-laki dan perempuan?" potong Bagus.
Dada Ana terasa sesak. Ada apa dengan Kak Bagusnya hari ini? Suaranya tegasnya cukup membuat ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Matanya berair.
"Kamu bisa telpon Kak Bagus, bukan menanganinya sendiri! Atau minta bantuan tuan rumah untuk merawatnya! Kenapa kamu masih tidak mengerti juga?"
Bagus masih bernada emosi, ia sama sekali tak menatap Ana yang sudah mulai meneteskan air matanya, menatapnya tak mengerti. Ana menggigit bibirnya, mencoba untuk menahan isaknya.
Kepalanya sudah cukup sakit saat menangisi Gus Fahmi, dan kini Kakaknya pun mempermasalahkan hal yang menurutnya masih sepele.
Gus Azmi mendekat ke arah Gus Fahmi. Ia membuka beberapa kancing baju Gus Fahmi setelah sebelumnya meraba keningnya. Terlihat sedikit ruam di dada Gus Fahmi. Gus Azmi menghela nafa lalu beranjak dari duduknya.
Namun langkahnya terhenti saat Gus Fahmi mencoba menarik tangannya."Kak ..." suara Gus Fahmi membuat Gus Azmi menoleh ke arahnya.
Gus Fahmi memberi isyarat dengan kedipan matanya pada Gus Azmi untuk lebih dekat lagi. Gus Azmi menuruti ucapan Adiknya, ia mendekatkan telinganya ke wajah Gus Fahmi.
"Tolong, jangan katakan apapun tentang anggur pada Ana!"
Gus Azmi menatap kaget ke arah Gus Fahmi. Ternyata perkiraannya benar. Gus Fahmi sakit karena alergi anggurnya.
"Jadi benar kamu makan anggur?" tanya Gus Azmi tak percaya.
Gus Fahmi mengangguk pelan.
"Ya Allah Fahmi, kamu sudah muntah-muntah?"
Kali ini Gus Fahmi menggeleng.
"Pantas saja ada ruam di dada kamu, kenapa kamu bisa makan anggur padahal kamu tau akibatnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]
Ficção Adolescente[SUDAH DI TERBITKAN] sekelumit tentang... #Ana : Perempuan yang mempunyai sifat ceria, ceplas ceplos dan santri baru yang mondok karena rasa ingin taunya, mengenai penyebab kakak sepupunya yang tiba tiba pergi ke Turki tanpa pamit padanya. dan Pen...