CP 34_"Tasbih, permen Or Al-Qur'an??"

29.8K 1.7K 146
                                    

Happy Reading🌱

Ana sudah tak bisa menahan kantuknya lagi, ia meminta beberapa lembar tisu pada teman di depannya.

Ana menyiramkan air pada tisu yang sudah lebih dulu di lipatnya, lalu menempelkannya di matanya.

Gus Fahmi menatap Ana dengan tersenyum.

"Ke toilet saja kalau sudah gak kuat An," saran Lina.

"Sepertinya aku memang harus ke toilet," Jawab Ana seraya memiringkan kepalanya ke dekat Lina. Ia menoleh ke tempat Gus Fahmi berada. Tapi yang dicarinya sudah tidak ada di sana. Ada rasa lega di hatinya.

Ana bangkit dari duduknya dengan pasti.

Ia berjalan ke belakang panggung melewati tempat Gus Azmi dan Gus Fahmi duduk dengan menunduk. Suasana belakang panggung yang cukup gelap membuat Ana hanya fokus pada jalan di depannya. Selain takut, Ana juga harus segera kembali ketempatnya semula sebelum Gus Fahmi kembali ke tempatnya juga.

"ASTAGHFIRULLAH...!"

Ana menjerit seraya menutup mulutnya saat hampir menabrak Gus Fahmi yang tengah menggerak-gerakkan tangannya ke belakang kepalanya.

Gus Fahmi yang tak kalah terkejut juga berucap istighfar seraya menurunkan tangannya yang sebelumnya masih nangkring dibelakang kepalanya. Malu,Salah tingkah.

"Ke... kenapa di sini?" Ana terbata, alisnya terpaut sedikit kesal.

"Emm--aku ... Ana sendiri?"

"Balik nanyak lagi. Aku mau ke toilet!"

"Oh, silahkan." Gus Fahmi mundur memberi jalan pada Ana.

Ana menyilangkan tangannya di depan dadanya. Matanya menatap tajam ke arah gus Fahmi. Gus Fahmi mulai merasa tak enak. Ia meraba sakunya. Mengeluarkan beberapa permen dari sana.

"Permen?" Gus Fahmi mencoba menawarkan permen di tangannya.

Mata Ana menyipit, ia mencoba menyelidiki Gus Fahmi lewat raut wajahnya.

"Aku ngantuk juga," jawab Gus Fahmi akhirnya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sontak Ana tertawa dengan keras sambil menutup mulutnya. Beruntung suara penceramah di depannya masih lebih keras dari tawanya. Gus Fahmi ikut tertawa ringan di sampingnya.

Gus Fahmi kembali menawarkan permen di tangannya saat Ana sudah berhenti tertawa. Walau masih ada sedikit senyum geli dibibirnya, ia menjumput beberapa permen di tangan Gus Fahmi.

"Ana masih ngantuk?" tanyanya kemudian.

Ana menggeleng, "Berkat kamu, kantukku hilang," Jawabnya kemudian.

Kembali mereka tersenyum.

"Oya, Ana gak jadi ke toilet?"

Ana menggeleng lagi.

"Aku harus kembali," Ujar Ana sambil berbalik memunggungi Gus Fahmi.

"Tunggu." Gus Fahmi mencoba menahannya.

"Iya?" Ana berbalik kembali.

Gus Fahmi mengeluarkan sebuah tasbih kecil dari sakunya. Tasbih yang Ana lihat selalu ada di tangan Gus Fahmi kemanapun dia pergi. Gus Fahmi mengulurkannya ke arah Ana. Ana menerimanya ragu walau ia tak mengerti maksudnya.

"Mungkin Ana bisa berdzikir pakai itu, agar tidak ngantuk malam ini."

Gus Fahmi mendekat ke arah Ana.

"Tolong jaga tasbih itu baik-baik, karena hanya tasbih itu yang selalu menemaniku selama ini."

"Dan aku ingin kau yang akan menemaniku setelah ini, selamanya." Batinnya.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang