CP 26

31.7K 2.2K 128
                                    

Hai gais :)

jangan lupa klik bintang pojok kiri :)

Happy Reading 🌱


Sementara Gus Fahmi, pergi dari kamar itu dengan terus menerus mengelus dadanya. Ia masuk ke dalam kamar tamu lalu berdiri besandar di balik pintu.

"Apa Ana akan mengerti dengan tulisanku?"

"Bagaimana jika dia tidak menemukan tulisan itu dan membuangnya?" Monolognya.

"Ya Allah, kalau dia benar-benar membuangnya, lalu tulisan itu diketahui Ning Aisy atau Kak Azmi? Astaghfirullah." Gus Fahmi mengelus dahinya. 

Mencoba berfikir tenang dan mencari tahu bagaimana caranya agar tulisan itu benar-benar sampai pada Ana. 


_BFA༊*·˚



Setelah sholat maghrib, Ana mencoba untuk berbaur dengan para santri putri yang tampak sedang membaca Alquran dengan metode tartil di pimpin oleh Gus Azmi. 

Setiap malam Jumat setelah maghrib Gus Azmi menyempatkan diri untuk memberi pembelajaran tentang Al-quran sekaligus pemahamannya di musholla putri. 

Bacaan Alquran Gus Azmi sama merdunya dengan bacaan Gus Fahmi.  Namun tetap saja, tidak ada getaran yang Ana rasakan seperti tiap kali ia mendengar lantunan bacaan Alquran Gus Fahmi. 

Ning Aisy yang tampak berjalan mengontrol para santri, mendatangi tempat Ana duduk.

"Kakakku memang tidak terlalu dekat denganku, tapi aku bisa memahami setiap kondisi hatinya hanya dengan melihat ekspresinya, dan caranya mengaji," ujar Ning Aisy setengah berbisik. 

Ana mengangkat alisnya. Ning Aisy tersenyum lalu menunjuk Kakaknya yang tampak fokus dengan Alquran ditangannya.

"Seperti sekarang, pasti dia lagi bahagia."

Kali ini Ana mengernyit.

Ia sama sekali tak melihat ekspresi apapun di wajah Gus Azmi. Sama seperti ekspresi-ekspresi orang-orang yang membaca Alquran lainnya.  Ning Aisy tergelak melihat Ana yang terlihat bingung.



_BFA༊*·˚



"Kak Fahmi tidak usah membantu, biar Ning dan Ana saja. Kak Fahmi di sini saja," Ujar Ning Aisy saat melihat Gus Fahmi bersiap-siap mengikuti mereka.

"Kenapa?" tanya Gus Fahmi seraya mengancingkan lengan bajunya.

"Kak Fahmi kan lagi luka tangannya." 

Gus Azmi yang baru saja datang dari Masjid masuk lalu memperhatikan mereka bertiga yang sudah berdiri di depan pintu.

"Kalian mau kemana?" tanyanya.

"Mau lanjut menghias panggung Kak," jawab Ning Aisy.

"Loh, gak makan dulu? Ayo makan dulu." 

"Nanti saja kalau sudah lapar Kak," Ning Aisy menolak.

Gus Azmi menoleh ke arah Ana.

"Tapi tamu tetep harus makan, Ana mau kan?" 

Ana membuang muka. 

Gus Azmi tersenyum lalu mengulurkan tangannya ke arah Ana.

"Mau aku seret ke tempat makan?"

Ana mundur satu langkah, terkejut dengan ucapan Gus Azmi. 

Begitu juga dengan Ning Aisy dan Gus Fahmi yang tak kalah terkejutnya dengan Ana. 

Gus Azmi makin melebarkan senyumnya.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang